Bismillah, Aku Ikhlas
apa aku harus me
erjaiku. Aku sudah menuruti keinginannya untuk
ebelum kamu berlutut di kakiku!" ucap Nindi lagi yang membuatku semakin
Aku yang semakin emosi memilih diam. Sudah berkali kuladen
bali ikut campur. Tangan kananya menarik kasar lengan
dugaanku. Bisa-bisanya kedua wanita in
maaflah sekarang!" titahnya lagi dengan sorot mata tajam menatapku. "Awas kam
ki terdengar mendekat ke arah kami dan
m menatap penasaran den
simpuh di bawah kaki Nindi. Wanita itu mengedipkan mat
Sebenarnya ini, ada apa?" tanya
lembar pandang kebingungan. Sebenarnya aku sangat berharap Mas
jawabnya dengan senyum keterpaksaan. "Kamu pasti capek, kan baru pu
gin buat suamimu," titahnya padaku yang langsung kuturuti. Sebenarnya, wala
napas dalam-dalam. Ya Allah ... aku benar-ben
ima, sab
angsung meraih sebotol air dingin yang akan kujadikan air es teh untu
padaku, yang seketika membuatku terhenyak. Ternyata, gadis berkuncir
i semakin mirip ibunya membuatku berani bersikap kasar. Sebenarnya aku bukan wanita bar-bar.
mnya lagi dengan tangan
nku yang kena cubit oleh gadis tomboy itu. Tidak
r, N
ar
sekali lagi sambil menunjukkan jari telunjuk tepat
ang tamu keluarga. Pria itu masih bersama dengan ibunya. Entah apa yang dibahas. Tapi, begitu aku masuk,
meraih teh es yang kubuat d
kalau suka, Mas
manis, dan pastinya jauh lebih seger." Ibu mertua menyambar ka
cukup." Pria itu beralih menatapku. "Terima kasih ya, Dek. Mas suka teh esnya.
celetuk wanita tua itu lagi menyindirku. Entah kenapa semakin hari, kebenciannya pa
, ia sudah hapal dengan tingkah ibunya yang super banyak omong itu. Ast
akku masuk kamar. Aku menurut, kami berjalan beriringan melewati ibu m
pria yang masih mema
ahku seraya berjalan me
dik perempuannya padaku. Namun, aku urung. Mengingat Mas Ilham yang
at ini posisinya sudah berada tepat
u dengan sangat lembut. "Kamu harus sabar