Bismillah, Aku Ikhlas
engan sangat lantang membang
terpaksa harus cepat bangun da
lum masak juga?? Hah!" sentak ibu mertua y
Ibu mertuaku tak pernah menganggapku sebagai anak menantunya. Aku
ita tentang hal ini kepada mas Ilham, suamiku. Aku takut jika nanti mas I
bengong??" Lagi, dan lagi, mu
, aku akan berteriak kepada semua oran
awabku ragu. Aku takut jika ibu mertuaku akan
amu waktu di panti asuhan pasti sudah biasa kan, ke
p .
ra
tku, ibu mertua sudah beraksi menjatuhkan
nya meleset ke samping. Memang, ib
masak!" protesnya tak ingi
perih. Bagaimana bisa ibu mertuaku itu beru
ya. Bu Ratih yang dulu masih calon bumer, bersikap sangat baik padaku. Sambil tersenyum dia memuji-muji parask
lku hingga saat ini aku menda
aimanapun hatiku ingin berontak, begitu juga akhirnya aku pas
enuju lemari pendingin untuk men
inan kayak kemarin!" celetuk wani
Bu." Aku mulai berjibaku de
ertuaku sendiri yang membuat masakanku kea
ur santan yang masih belum mendidih di atas kompor. Karena aku sedang
suatu lagi ke dalam panci masakku. Aku paham betul toples yang dipegangnya saat itu
a-rata mengumumkan kepada seluruh anggota keluarg
sar itu harus terpaksa dibuang ka
pir pukul 08.00 pagi. Sesuai jadwal rutin, seharusnya kami
ang fit, aktifitas memasakku me
ibu mertua lagi
n tempe memilih tetap di posisi
maaa
Itu mulut atau to
u menghampiri ibu mertua yang
ru
k hidung dilemparkan ke arahku
m kelar, sudah ditambah lagi?
sung membawanya ke kamar mandi. Mulai memasukkan bar
a!!! Tempemu go
n ibu, aku buru-b
Dan tempe yang tadi berwarna kuning
sih!" Ibu mertua berkacak pinggang. Sud
g mengangkat wajan peng
karena minyaknya tidak bisa dipakai lagi. Maklumlah, jadi wanit
malah jad
sudah mateng semua kan? Sana siapin
ratu bagiku. Karena setiap perintah
h meja makan dan mempersiapkan
ang?" tanya mas Ilham
trimu!" seloroh ibu
k biasanya Naim
juga! Tanya
kut kena se
songin tempe. Soalnya tadi pas la
!" sewot ibu mertuaku dengan m
mi dan langsung menarik kursi untuk du