icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Lawon Abang (Kafan Merah)

Bab 2 Kematian Mawar

Jumlah Kata:1009    |    Dirilis Pada: 03/06/2023

ak

rgerak liar di atas tubuh Mawar. Lelaki itu langsung bangkit

Kang! sampean dip

tuk meraih pakaiannya lantas mengenakannya dengan cepat. Tubuh yang lelah dan remuk dia paksakan melangkah. Jalann

ikat sekitar luk

nafas, Kang! Hkkkhh!!" Lelaki tadi mengejang, matany

dakan. "Ini pasti gara-gara sumpah si perempuan

ana

tadi di... Lh

ebab utama atas apa

arena dipatuk ulo, Kang

itu sempat menyumpahi kita mati! Ayo kita buat s

meninggalkan Pramono send

sambil menahan nyeri yang merajai tubuhnya. Darah

Dra

ndekat. Mawar menoleh ke belakang, dia gemetaran hebat. Semakin kera

ang lelaki menarik rambutnya tanpa ampun. Diseretnya t

tu, di desa

g sudah menggelap pekat, juga suasana sekitar yang sudah sepi. Dia segera turun dari amben bambu yang sengaja diletakkan di teras ru

rumah," gumamnya dengan pikiran terbayang wajah cucu semata wayangnya. Dia segera meraih pincuk daun jati berisi makanan yang Tuan Rumah

mewah yang bahkan belum tentu bisa aku belikan meski setahun sekali. Aku jadi ndak s

cemas," Seru Mbah Karso sambil sesekali mengelap peluh yang membanjiri pelipisnya. Dia mempercepat laju lan

bar-lebar. Sesekali, desau angin membuat dedaunan bergemerisik. Tiba-tiba, kilat petir menyambar-

suk gendang telinga Mbah Karso. Mbah Karso sontak mengehen

an mata memindai sekitar. "Halah, wis pura-pura ndak dengar saja!" sambungnya l

Karso yang berada di dekat tebing menoleh ke atas, ke arah dimana sumbe

ughh

atung, tubuh rentanya gemetaran hebat, degup jantungnya semakin menggila tak terkendali. Dia mendekat, menyoroti wajah ayu yang terpercik darah i

bah Karso mendongak, melihat ke atas tebing. Bulan merah seakan bersembunyi di baliknya

meng-harap ke-matian-ku, Mbah.." lirih Mawar dengan terbata-bata menahan sakit tak berperi. Tangan putih pucatnya terul

erbuat sekeji ini, siapa!?" tany

ar sekarat, dadanya naik turun, pasang m

itu pejam begitu saja. Tangan yang semula berada dalam genggaman Mbah Karso kini jatuh terkulai

Mawar!!!" serunya

ughh

gi bergerak di hadapannya. Masih segar dalam ingatannya

idup, sampean jauh dari kata bahagia, kenapa bahkan di pengh

mpean yang Mbah punya, namun takdir merenggut sampean paksa dengan cara yang

mping tubuh yang tergeletak bersimbah darah. Kepalanya memutar, menatap le

i. Dia mengangkat tubuh Mawar dengan susah payah. "Hiks hiks, sampean abot Nduk! Sampean w

cuma bertumbuh dewasa, tapi ndak bisa sampai menua." Mbah Karso meratap sembari

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka