icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Lawon Abang (Kafan Merah)

Bab 3 Tiada Peduli

Jumlah Kata:1012    |    Dirilis Pada: 03/06/2023

ak

sinya tumpah. Dia mulai memunguti satu persatu uang yang berserakan. Air matanya

ini, Mbah mau ke rumah Kardi." Mbah Karso berbicara p

s meter dari rumahnya. Nafasnya terengah-engah, dia sudah cukup kepayahan malam ini. Duka dan kenya

lik Kardi terlihat di kejauhan sana, membuat

Dok Do

ii! Kardi!" Serunya

erunya se

engar nyaring, kemudian si pemilik ru

ingin meniadakan Mawar, pria renta itu juga ikut dijauhi. Tapi bila dipik

ninggal, Di!" ujar Mbah Karso tergugu. Kardi tampak terkejut,

nar menjalankan rencan

o D

u saja rumah Parto atau Misbah, jangan rumahku! Percuma toh, aku ndak mau menggali liang buat

u. Mawar putuku bukan pembawa sial, Di! Berapa kali to

rdi gangguin Mawar dengan dorong dia ke sungai!? Mawar nyumpahin Mardi biar hanyut, eh hanyut beneran toh!?

sing kalian takuti wis ndak bisa terbuka. Kenapa sampean masih bersikeras

, jangan harap ada warga yang mau datang membantu. Asal sampean tau, kematian Maw

jolak amarah. "Setan koe!! Yang Iblis bukan Mawar, tapi ka

i rumah-rumah para penggali kubur, namun jawaban yang sama dia terima. Terpaksa, dia

an lesu, mengambil cangkul dan

Duk!

r sendirian. Rasa sesak kembali merajai hatinya yang gersang. Satu hal yang dia

menimpa sampean itu sudah di rencanakan. Mereka keji, Nduk. Entah fitnah ap

Si Mbah. Sampean pakai saja kafan yang Mbah siapkan buat kalau Mbahe ninggal. Uange ndak cukup buat be

matanya jatuh ke kening Mawar. "Mbah bersihkan getih

sediakan. Dia membaringkan Mawar di amben bambu. Tangannya gemetar kala membuka satu persat

air lalu menyiramkan perlahan. "Getihe ndak mau berhenti. Ini pasti sak

arik, lantas membawanya kembali ke ruang depan. Tikar yang penuh dar

r ke atasnya. Dia membebat tubuh cucu semata wayangnya per

ngkan, Mbah cuma sendirian," lirihnya. Akhirnya,

. "Duh Gusti, piye iki? Si Mbah ndak punya cadangan kain kafan," desahnya parau. Tak ad

enang, Mbah ndak akan jauh-jauh dari sampean. Setiap hari, M

ngungan. "Gimana cara Mbah turunkan sampean, Mawarku?" gumamny

an Si Mbah, Nduk. Maaf," mohon Mbah Karso. Pria itu turun, membenarkan posisi Mawar ya

ereka berbuat seperti ini, Mbah ndak bisa terima," rutuknya sembari menutup liang itu dengan tanah. Setelah berjam-jam lamanya melewati semua hal yang m

ar padam. Bagaimana Mbah melewati ini tanpa sampean, Nduk? sementara sela

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka