Terjerat Cinta Nona Arogan
hor
rcakapan dengan kedua orang tuanya terus menghantui pikirannya
awa Denan menemui orang tu
ya?" gumam
a dia mulai membuka aplikasi chat berwarna hijau. Baru saja dia akan meng
epuk kening pelan. "Nomor pons
mpat Echa
nomor Echa.. Bukan sekali dua kali lelaki itu melakukan hal serupa, bahkan sudah ber
a Echa kepada dirinya sendiri. "Sekarang fokus, gimana c
ring mendekati Echa, tetapi wanita itu selalu menolak dengan melontarkan kalim
jika Wira setuju dan menyuruh mereka menikah akan bahaya. Entah bagaiman
ok kerja," putus Echa. Selain Denan, pi
l alph
*
paruh baya yang sekarang sedang terbaring lemah di hadap
lang bekerja Denan selalu pergi ke rumah sakit. Walaupun sudah sering melakukan cuci darah, tetapi akhir-akhir ini kondisi ibunya sem
isa bayar biaya pengobata
un Denan terpaksa membongkar tabungannya bahkan pernah sekali Ratih -Ibunya- memin
lelaki itu lelah, sangat lelah. Tiba-tiba saja pikiran Denan melayang pada Echa, wani
id
ahwa Echa sebenarnya tidak mencintainya, semua yang ditunjukan perempuan itu hanya obsesi belaka. Kekasihnya juga salah satu alasan Dena
rima saja t
menggelengkan kepalanya pelan. B
k Ratih. Tak lama setelah itu, mata wanita Ratih terbuka, pandan
ngat lirih. Denan saja sekarang
rulur untuk menyentuh tangan putranya yang
nan
si terkejut. Tapi terkejutannya tidak berlangsung lama setelah mel
?" tanya Denan. "I
bilkan ib
. Lelaki itu dengan telaten dan penuh kasih sayang menyodorkan gelas itu kepada Ra
ya," ucap Ratih
an gangg
bangun saja kamu malah melamun. Tadi ibu cuma haus makannya b
istirahat lagi ya," titahnya sembari me
malah mengerucutkan bibirnya. "Ibu
dah malam bu
Dari siang ibu belum lihat kamu, sekarang baru li
i lemah lembut, tetapi sifat keras
Denan sembari mengembuskan napa
"Ibu cuma pingin ngobrol
capek," canda Denan de
is?" tanya Ratih tanpa memped
kan
ol dengan ibunya. Helaan napas panjang terdengar keluar dari mulut lelaki itu. "Biar Dena
an kalau seumpama ibu dirawat jalan jug
idak ingin menuruti, tetapi kondisi wanita paruh baya itu belum stabil. Terkadang saja saat Denan bekerja, Ratih sering mengeluh
ada ujian tengah semester, itulah sebabnya malam ini Ara tidak menemani Ratih di rumah sakit. Ratih sendirilah yang meminta
kitar 6 tahun lalu, sejak saat itu tuga
an nggak mau ambil resiko,"
ah dan berakhir mendiamkannya. Ratih paham betul bagaimana sikap Denan, putranya itu sangat menyayangi dir
nan. "Denan keluar dulu, mau k
tu. Dia tahu, pasti membeli kopi hanyalah alasan belaka. Denan hany
harus bahagia,