Saving My Two Sons Mentally
an bahu tanpa mengalihkan tatapannya dari ponsel
erus, hmm? Sabar ya, Nak. Faaz haus ya? Ik
itu membuat kedua sudut bibir Riana tertarik keatas begitu
elanjutkan mencuci piring. Posisinya yang masih menggendong Faaz, sama sekali tak me
melangkahkan kakinya menuju ke kamar dan akan meletakkan Faaz di atas ranjang. Akan tetapi ternyata Indra
kehausan," jawab Riana dengan hati yang mulai berd
ana dengan tatapan tajamnya. "Kenapa gak di selesaikan dulu! Faaz biar disini, daripa
nangis terus menerus. Kamu yang ada di sampingnya justru cuekin Faaz dan pilih mainin hp daripada nenangin anaknya. Padaha
ak terima dan langsung berdiri untuk mendekati istrinya. "Faaz itu masih ke
erhatiin dia dulu? Aku tuh yang kerja sampe gak bisa konsentr
ah samping. "Jangan ngejawab terus bisa gak! Kam
sedikit badannya. Sebuah air mata luruh dan Riana langsung me
pernah bisa terelakkan. Sudah banyak sekali Riana
ke dapur lagi buat nyelesein tu
kahkan kakinya kembali menuju dapur. Riana mengelap kompor. Dia juga tak lupa membi
az menangis. Hal itu membuat Riana semakin tergesa, lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk m
nyodorkan piring dan segelas air p
ya sudah datang. Riana mengambil Faaz dari
irnya kembali melangkah pergi menjauh. Faaz pun tidak serewel tadi, han
ngering sambil menggendong Faaz, l
i gendongnya. Sebentar lagi ya, jemuran ibu t
mata, rasa sesak menghampiri dadanya. Ia benar-benar sudah tidak tahan me
alu sakit kalau aku terus bertahan dengan suami y
mana kam
dang mencuri, Riana langsung menghentikan a
kkan baju-bajunya ke dalam tas. Dia baru saja sele
u," ucap Indra dengan penuh penekanan, seolah m
ngapain?" Riana kembali melanjutk
pi, apa alasan kamu sampe masukin baju k
da pilihan lain menurutnya, selain pergi dari rumah. Dia tak ingin jika kesehatan mentalnya dan
ah ada tujuan apa kalau
u pulang ke ruma
u terkesan jelek di ma
ok gak pernah mau ngakuin kesalahannya,' cibir Riana di dalam hati. Dia masih cukup waras untuk tida
tiba-tiba dia merasakan kasur di sebelahnya bergerak. Riana refleks lang
kamu lih
k di sini." Riana kembali melanjutkan ak
unkan sedikit egonya untuk membujuk Riana. Indra meneguk ludahnya deng
kamu mau
tak habis pikir dengan pola pikir Indra yang selalu tak pernah merasa salah kepada siapapun. "Kamu
ini aja. Jangan pulang, aku akan usaha