Alkisah Bunga Teratai
dalam celana kain sedang bersembunyi di balik tembok. Dia sedang mengamati keadaan lorong yang saat itu dipadati orang lain―yang mondar-mandir untuk mencari ruang kulia
endidikan memadati dua gedung utama. Gedung yang berhadapan langsung itu adalah gedung fakultas lain. Sedangkan fakultas di si
apas lega. Kalau keadaan seperti ini setiap hari, hidupnya
rik dari arah belakang. Akibatnya, dia tertahan. Ketika menoleh ke belakang, matanya me
a di bahu kiri dan kanan. Mereka berjalan bersebelahan dan dari jauh tampak akrab, padahal yang terjadi sebenarnya ada
aus lengan pendek dan celana ripped jeans membuka percakapan dengan nada ramah. Walaupun kedenga
nakan jaket denim dengan dalaman kaus berwarna hitam. Dia juga m
dukkan kepala, lelaki kacamata itu berkata dengan nada bergetar.
itu, lelaki jaket denim segera memasukkan tangannya ke saku celana kain milik lelaki kacamat tersebut. Dengan cekatan pula, dia
ngan pendek yang menepuk bahu lelaki ka
un lelaki kacamata itu terlambat. Mereka sudah terlalu jauh darinya dan terlalu jauh unt
sa puas dengan apa yang mereka perbuat. Saat membagi-bagikan lima lembar uang berwarna merah, me
dak langsung juga menghentikan perdebatan. Matanya mengarah ke punggung seorang mahasiswa yang baru
ang mengenakan jaket kulit dengan dalaman kaus berwarna putih. Mereka juga merangkul pundak orang itu dengan akrab dan terseny
ya nih di kampus ini," ujar lelaki jaket denim
anggapi dua insan yang selalu memiliki akal bulus untuk menjatuhkan musuhnya
ng lo, hitung-hitung buat nolongin teman juga." Dengan ramah, lelaki
a. Dihampiri mereka membuat suasana hatinya memburuk, karena dia tahu reputasi
yang membuat lelaki itu tersentak. Tidak hanya satu orang, namun lelaki kaus lengan pendek juga ikut merogoh sa
s kepala. Sedangkan mata lelaki kaus lengan pendek itu berbinar-binar ketika menyaksikan dompet kulit yang diidamkan
ih ya,
lagi, B
Dua insan yang berbuat semuanya itu sudah berlari menjauh. Rama menggelengkan kepala dan mengembuskan napas. Dia sadar kalau dia ti
ari dalam dompet kulit yang tidak banyak dimiliki orang lain seperti Rama. Seperti yang sering terjadi, mereka kembali berdebat
samaan dengan itu, uang yang ada di tangan masing-masing juga mendadak menghilang. Tidak hanya itu, dompe
a orang
di depan mereka sambil mengulurkan dompet kulit miliknya ke udara untuk mempermainkan mereka. Tidak ada yang tahu sejak kapan lelaki
ek yang mulai meninggikan suara. Sangat jauh berbeda
g lelaki tersebut. Dia juga menyunggingkan senyum manis. Tidak ad
tidak bergerak sama sekali. Dia hanya tersenyum dan diam-diam menertawakan mereka. Saat jarak mereka se
ari keliling lapangan sepak bola sebanyak satu kali selama tiga detik. Oleh karena itu, kemampuan itu bisa d
LON
panik karena baru saja menyaksikan seorang pria yang mengendarai motor matic melaju di jal
ang mendengar teriakan tadi dan juga menyaksikan kejadian itu mengejarnya tanpa henti. Sementara itu, pria bermotor heran sa
n. Motornya melaju, namun bola matanya mengarah ke kaca spion. Rama juga kebetulan melihat
ng aneh. Motor itu terpental jauh di jalan besar, bersama pengedaranya yang ikut terseret di jalan aspal. A
erluka sama sekali. Dia bahkan mendekati pria tadi yang tidak sanggup bangkit setelah punggungnya terhempas
gak apa-apa?" gerutu penjambret tadi dengan nada hampir meninggi. Di
a. Ngerusak mood gue aja," rutuknya dengan nada sebal. Dia kemudian menatap pria itu dengan tajam. Tangannya terulur ke kerah baju yang dikenakan
t. Dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk tegar, namun kakinya yang tidak mau mengikuti kata hati. Kakinya me
yang bukan manusia biasa sepertinya. Dia baru s
nya ke Rama. Lelaki itu masih tidak bisa bangkit, bahkan dia juga
i dekat Rama. Tanpa jawaban, lelaki itu hanya menganggukkan kepala. "Kalau gitu,
k jantungnya dari tadi tidak bisa tenang. Napasnya juga masih berusaha
ak manis dan cerah di mata orang lain. "Gue
i gedung. Jika dilihat lebih dekat, orang yang dilihatnya adalah Jeslyn dan Rama yang mengobrol tentang bermacam-macam hal
u mereka sama persis dengan orang yang dilihat dalam
*