Kursi Panas di Kantor
Luxury Ho
ulan l
gunyah kapas puluhan kilo. Terasa tidak nyaman. Matanya mengerjap beberapa kali
ana
iselle tahu jika sekarang sudah pagi, atau mungkin siang hari. Suara derung pendingi
fas Giselle dan pria asing
ia melihat lengan kekar melingkari tubuhnya. Pun akhirnya Giselle menyadari punggungnya terasa hangat
pa yang t
yang sebenarnya terjadi tadi malam. Perlahan dia m
beranjak dari ranjang yang berantakan. Matanya membelalak m
ing ruangan, mencari potongan bajunya yang
sungguh-sungguh be
ta blus hitam dan rok span hitamnya ke dalam rengkuhannya. Tak lama setelahnya, d
ersebar sepanjang leher dan dada Giselle. Bekas kemerahan yang timbul dari gesekan brewok tipis dan halus yang menghia
r-benar tidak mengenali dirinya yang sekarang ini. Dasar alkohol sia
nggosok giginya dengan kecepatan cahaya. Rambutnya lurus hitam dan panjangnya
kukan semuanya dalam kecepatan kilat, Giselle kemudian keluar dari kamar mandi dan mencari tote bag serta
rangnya dan kemudian bergegas membuka pintu agar jangan sampai memb
k of shame dari produk pop kultur sep
sertai dengan penampilan yang meneriakkan kepada khalayak ramai, 'hey
kalau hari ini, dia be
r memaluka
*
ri yang menelusup masuk lewat celah gorden. Tak lama setelah s
so
l!" Rutu
iapa tahu gadis cantik yang menemaninya melewati malam kemarin masih ada di sana. Ben
teleponnya!" Akira mengusap waja
ena ghosting sama perempuan,
sempat terhantam perasaan gengsi setelah 'ditelantarkan seperti ini di pagi hari. Akira a
menggodanya. Segiat apapun mereka menggodanya, dan secantik apapun wajah san
! Dia tersenyum kecut mendapati keada
berkeliling untuk memastikan tak ada
yal sutra bermotif bunga yang tersembunyi di bawah ranjang tempat tidur. Dia mena
ell
ntik?" Akira tersenyum masam sambil
nanti jika kita kelak bertemu lagi." Ujar Akira sambil menghirup s