Perihnya Jalan Taubatku
minta rekanya membawa masuk kembali Bram da
itu terdengar, mereka terus menyalakan lampu blitz kamera untuk mend
am masuk ke dalam ruangan dimana dia dan keemp
ejam sembari membayangkan masa depannya yang k
ini kita tak akan pernah kuat menghadapi konser
rir musiknya yang memang begitu padat sehingga unt
!" seru Swarna memasuki r
ecepat
kita pergi hari ini juga, kalian tak u
ap untuk pergi seperti per
il ambulan rumah sakit lewat jalan belakang a
udian Bram dan teman-temannya kemudian dinya
n rumah satu-satunya yang ada di hati Bram hanyalah
depan rumah wanita paruh baya ini lalu mencari posisi p
memang tak mengatakan te
i Ujang," tutur Enin lalu membuka
ngat yakin akan mendapatkan sambuta
ng langsung memeluk Bram seperti ap
ucap Bram berkali
Enin terus mengucap syukur Alhamdulillah atas kembalinya Bram, dia terus berhara
ng kalau Ujang p
kej
u yang sudah berbulan-bulan tak dijumpainya. "Keju
ngkahnya lalu menoleh ke arah
emarinya," jawab Swarna sambil menyalakan kembali mesin mobilny
sia
Nin. Nanti Ujang c
ita berdaster melintas di depan rumah Enin kemudian b
nin dengan nada sinis. "Kok p
t?" ketus Enin samb
" tunjuk tetangga
tu, dia ini ujang
ia gak akan masuk penjara, Nin," lede
kemari kalau Cuma m
kayak gitu kok dibilang ujang sho
ngak ganggu kamu
e Pak RT mau lapor biar itu peng
aba dadanya yang tak menyangka tetangganya bisa
menyangka jika kembalinya dia di rumah neneknya akan disambut
gan Bram menuju tamunya sederhananya. "Nin belum masak si
ari tempat ini. Bram takut mere
lisi yang kemarin kemari, yang nyusul kamu. Dia diminta kasih En
Pak RT
yang sinis selama k
SK
n Enin supaya mereka ga
pergi mereka sesin
an betapa dia telah bertahan tinggal di rumahnya yang
ng tinggal kita yang sama-sama menguatka
ram minta orang untuk pinda
orang-orang itu. Pokoknya Ujang yang kuat iman, ya
ya air mata yang menggambarkan betap
ari ibunya ini masih tegar berdiri di sampingnya hingga Bram kembali mendapatkan kep
jang?" tanya Enin dengan sua
tah
s semangat. Ujang kan punya Widi,
itu lagi, Nin. Ayahnya ya
Jang, apa benar ayah mert
mang sudah bilang padaku kalau dia tau soal in
, ta
i. Karirku sudah hancur karena dia,
gi cucunya, tapi nasi sudah menjadi bubur namun
kamu lanjutk
a kuliah lagi?" Bram mengge
tinggal skripsi aja. Bisa lah nan
kata-kata neneknya itu hanya sebu
kir Enin ngak bera
yum karena bukan itu
us a
ana raut wajahnya kelak jika kembali ke ka
encoba membuat cucu
m ma
Biar Bram jadi sarjana. Berat memang, tapi k
butuh waktu biar Bram berani
m
ia lalu memeluk wajah Bram yang masih saja tak bersemanga
rdoa dengan tulus, Allah akan kuatkan hati ujang sholehnya Enin," tutur Enin dengan b
t. Tapi Bram yakin, Enin