Cinta Sang Majikan
kan itu! Jangan hanc
mu masih memiliki ma
ng berkerumun dan meneriakkan hal yang sama. Semua mendongakkan kepala, menatap ke arah bagian paling pun
an air mata terus mengalir. Terpaan angin kencang sesekali membuat rambutnya yang lurus bergerak. Pakaian sederhana yang dia ke
lakukan itu, Om.
Tidak. Jang
apas berat yang begitu jelas. Raut wajah takut langsung tergambar, membuat Amber menelan saliva pel
t keluarganya membuangnya, kenapa orang asing begitu mencemaskan dirinya? Sebenarnya, mereka benar cemas atau hanya sekedar
irinya. Mungkin, jika rumah yang mereka tempati bukanlah peninggalan dari orang tuanya, Amber yakin, sejak kecil dia sudah tinggal di jalanan. Menyadari tidak ada seseorang yang harus di
an lakuk
h dan hidupnya akan berakhir saat ini juga. Namun, teriakan itu membuat Amber menghentikan niatnya. Dengan
ngan akhiri hidup kamu yang masih muda i
. "Kenapa? Kamu takut aku akan mati dan menjadi arwah gentayangan di
inggal di sini. Jadi, aku tidak mempermasala
uruti kemauan kamu. Aku ke sini untuk mengakhiri hidup dan aku tidak akan mendengarkan apa p
memiliki kehidupan yang panjang. Kamu masih muda dan tidak seharusnya kamu mengak
ak kecil, menjadikanku anak yatim dan piatu. Sekarang, aku diusir dari rumahku sendiri karena masalah yang tidak aku inginkan. Selain itu, masyarakat menolak kehadiranku. Mereka mencemooh. Padahal ak
u tidak mau menjadi korban pemerkosaan seperti ini. Aku juga tidak mau menjadi bahan cemoohan. Aku tida
hat raut wajah frustasi dari gadis itu. Tubuh ringkih dan pakaian sederhana seakan membuat
u. Kamu mulai semua dari awal dengan kehidupan yang jauh lebih bai
undukkan kepala pun menatap
*
" sapa seorang pelayan s
sekali tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Tatapan setajam elang pun tidak beralih sama sekali. Hingga dia yang sudah sam
ggil Gavin d
matanya menatap ke asal suara dan tersenyum lebar ketika melihat putra tunggalnya i
tadi?" tanya Kala ketika su
tanya beralih, menatap wanita dengan pakaian
Gavin dan berkata, "Eveline sudah menunggu kamu dari tadi. Dia mau makan malam bersam
melangkahkan kaki, menuju ke arah meja makan dan mengikuti sang mama. Sampai dia yang sudah berada d
ar. "Gavin, bagaimana kabar kamu? Aku dengar kamu baru mem
Mega tengah melangkah ke arahnya. Namun, bukan asisten rumah tangganya yang menarik perhatian. Gavin yang melihat lebih terta
embawa sia