Mengejar Dosen Duren
Ahh ..
h
hh
mbut emas pada pria berkulit maskulin
in kencang suara desahannya, semakin kencang dan aktif pula gera
ampilkan tugas mata kuliah atau artikel tentang mata pelaj
tasi, ada yang rajin dan lain sebagainya, mereka random. H
kepala sang mahasiswa yang sedang asyik nonton film 21+. Menurut Elizabeth nont
beginian di kampus." Pria berambut gondrong menepuk pun
aran yang bagus sih untuk pria dewasa y
k kencang. "Bangke. Udah putus dan dia langsung jadia
God. Ka
oli sedang berjalan bermesraan, terlihat
i, dia sudah tidak bisa lagi melakukan apapun yang ma
um." Dulu dia dan Daniel juga seperti itu tapi di luar kampus karena menjalani hubungan sembunyi-sembunyian ali
yawa. Sungguh maut, jodoh dan rezeki itu hanya Tuhan yang tahu, Eli se
li yang merasakan penyesalan di akhir, ji
edih
ih gentayangan, meninggalkan luka bagi keluarga dan suamin
orang-orang tidak tahu betapa sakit hatinya saat ini, dia terlihat b
nkanmu untuk membuka mata batin agar kau bisa melihatku?" Ini ide bagus
merupakan manusia. Sudah beda alam sekarang shay. "Lah cara menyarankannya bagaimana? Bicara
ering dia lihat di televisi. Kan setan-setan di TV bisa menulis dengan darah, dengan lipsti
akkan tangannya untuk memegang pulpen milik Daniel yang ada di atas nakas. Sayang tangannya mana bisa pegan
ata usahanya sia-sia. Mau sekuat dan segigih
pinta Eli dengan penuh harap, gerak
gigihan yang luar biasa. Akhirnya pulpen bergerak
sa aku gerakkan sedikit tapi tidak bisa dikontrol." Segini
tau dia denger." Ada cara lain yang bi
niel. Mungkin kurang kencang, tidak ada respon apapun yang diberik
Wanita ini pantang menyerah, kasihan kan bayi mereka, nasib E
ease!" teriak Elizabeth kini d
u menggaruk telinganya yang terasa gatal. Lah berarti sekuat a
Elizabeth kembali merenung. Dengan cara
etkan Elizabeth. "Seberapa kerasnya kamu be
ke kiri, dia tidak melihat ad
?" tanya Elizabeth. Dia kembali melirik ka
dia pun melirik ke segala arah. Yan
nya dia sendiri dan anak-anak indigo lain yang bisa dengar. Setelah beberapa kali mendengar
ita sambil mengimbangi langkah kaki ga
ri Jelita. "Hei kamu .... Kamu kan yang mengataik
ena kesal pada Jelita. "Ish sombong,
ita. Ada setan lain di kantin dan Jelita jelas terlihat menghindari hantu-hantu tersebut
n ada bantuan untuknya dan untuk Elizer. Tuhan maha baik, masa sih tuhan tega membiarkan Elizer m
datang padaku untuk menawarkan bantuan!" Sep
pas