Menikah dengan Mantan Badboy
yang nama
ejak malam hari. Satya tersenyum kaku, menarik tangannya lagi kala ibunya Naya enggan menyambut ul
gitu?!" pr
an red carpet menaburinya dengan bunga-bunga mawar, menyajikan teh manis hangat serta beragam camila
se-lebay it
ini cuma orang biasa dari pelosok desa, bukan saudagar a
ng keluar dari bibir merah menyala milik sang ibunda. Dia pun melirik
trinya. "Cantik, kok. Sudah,
erotes, tetapi ya sudahlah. Melawan orang yan
k mampu membaca hal apa yang ada di pikiran Satya, tetapi Naya tetap s
ik walau usia sudah hampir setengah abad akibat perawatan di klinik yang tentu mahal serta te
l sendiri. "Udah, Satya, jangan
a kamu siapa
Papa, 'kan?" bala
mu anaknya Mama, kamu harus nurut ke Mama. Biar aja dia duduk
h tangan itu p
taupun berlian, setidaknya biar dia belajar menghargai ora
wajiban dia untuk bawa buah tangan, lagipula aku sudah meminta
ai sini paham, Kanaya Putri Cantika?" Fara tersenyum mengerikan, senyum menakutkan itu didukung oleh merahnya bibir
ndiri. Namun, dia hendak melawan juga tak memiliki cukup kuasa. Hendak memint
duduk di bawah,
gak ada yang
nya dengan de
d di toko daring, Sena masih setia membaca buku tentang sajak melankolis kesukaannya, Naya juga sibuk membalas pesan dari
kerj
an memutuskan menggeleng. "Belum ada, Tant
entu saja Satya merasa tersinggung, tetapi ia hanya bisa membalasnya dengan senyuman. Fara pun menyambun
cabang dari perusahaan ayahnya ialah sebuah privilege yang tidak dimiliki semua orang. Dan jujur dari lubuk hati paling dalam, N
rjaan enak, ongkang-ongkang kaki, berlagak bos, padahal kerjaanmu cuma men
kal laki-laki yang mengandalkan perempuan, apalagi sampai menjadikan perempuan itu sebagai tulang pung
ang dibeli juga harus berkualitas baik, dia alergi memakai barang murahan, nanti kulitnya bisa g
M
itu." Fara tetap berorasi, mengabaikan Naya yang sangat tidak enak hati juga perasaan serta harga diri Satya yang terinjak-injak. "Sa
putri Om satu-satunya. Di dunia ini, tidak ada yang tak berharga, tetapi untuk tau 'harga' dari hal-hal tersebut, haruslah disesuaikan dengan
esnya masing-masing, Mama nggak berhak menghina Satya seperti ini. Lagipula, aku
? Tidak. Apa dengan ucap sayang semua tagihan listrik akan terbayar? Tidak. Kamu sudah Mama dan Papa sekolahkan tinggi-tinggi, Kanaya, sudah Mama dan Papa beri hidup y
ta dan kasih sayang ini disuruh menemani laki-laki da
ng penting mau
ke arah Satya. Terkesan galak memang, tetapi ini semua demi kebaikan Naya. "Apalagi kala
ndwich generatio