/0/23359/coverorgin.jpg?v=6cc1c8db761967eeaa4c45bc90ba2de5&imageMogr2/format/webp)
"Rachel! Kamu cari mati!"
Di ranjang berukuran king, wajah pria itu tampak seperti sebuah topeng kemarahan, mata hitamnya kini terbakar oleh amarah dan rasa benci. Pembuluh darah di dahi dan lengannya sudah menonjol saat dia mencekik leher ramping wanita itu.
Wanita itu masih dalam keadaan setengah tertidur, tapi dia bisa merasakan ada hal yang tidak beres. Dia menyadari bahwa sekarang dirinya tidak bisa bernapas!
Rachel Verdianto membuka matanya lebar-lebar, masih belum sepenuhnya tersadar karena baru saja terbangun dari tidurnya. Kini dia bisa merasakan sepasang tangan di lehernya yang sedang mencekik dan merampas kehidupan dari dirinya. Rachel bingung dan mulai dikuasai oleh rasa takut dan juga panik.
Saat paru-parunya mulai berteriak mencari udara, naluri bertahan hidupnya mulai muncul ke permukaan. Rachel mengangkat tangannya ke tenggorokannya, mencoba menyingkirkan tangan penyerang yang kini masih mencekik tenggorokannya dengan erat.
Namun, pria itu sama sekali bergeming. Sebaliknya, pria ini justru malah mengencangkan cengkeramannya di lehernya, menyebabkan wajah Rachel kini berubah menjadi memerah dan penglihatannya kabur.
Brak!
Pintu kamar terbuka dan kepala pelayan bergegas masuk ke dalam kamar. Wajahnya memucat saat melihat pemandangan yang ada di depannya, sang kepala pelayan bergegas berlari ke arah ranjang, meraih lengan pria itu dan berteriak, "Tuan Rayadinata! Tuan Rayadinata! Tolong lepaskan Nona Rachel! Anda akan membunuhnya!"
"Dia pantas mati!" Pria itu memiliki tatapan mata yang begitu teguh, ucapan yang terlontar dari mulutnya diucapkan dengan begitu tegas.
Kepala pelayan tahu bahwa dirinya tidak bisa menghentikan pria itu secara fisik, jadi dia memilih untuk berlutut di samping ranjang dan mulai memohon untuk keselamatan hidup Rachel, "Tuan Rayadinata, saya mohon! Jika Anda membunuhnya, bagaimana Anda akan menghadapi Nenek Anda? Nenek Anda tidak akan bisa beristirahat dengan tenang di alam sana!"
Nenek?
Mendengar kata-kata kepala pelayan, Victor Rayadinata akhirnya sedikit mengendurkan cengkeramannya.
Rachel mengambil kesempatan yang sudah diberikan oleh kepala pelayan untuk melepaskan diri dari genggamannya dan merangkak pergi. Punggungnya membentur kepala tempat tidur dan dia tetap berada di sana dalam keadaan meringkuk, menatap Victor dengan mata terbelalak lebar dan ketakutan.
Kepala pelayan melihat perubahan sikap Victor sebagai sebuah petunjuk bahwa dia harus terus mendesaknya, "Tuan Rayadinata, mohon bersabarlah! Hari ini perceraian Anda akan segera diresmikan. Anda tidak akan pernah melihat wanita ini lagi! Biarkanlah dia tetap hidup demi Ibunya. Ibunya pernah menyelamatkan Nenek Anda, apa Anda ingat itu? Tolong tenangkan diri Anda!"
Victor sepertinya merasa kata-kata kepala pelayannya masuk akal. Pria itu bangkit dari tempat tidur, mengenakan piyama miliknya dalam diam. Setelah selesai, dia membalikkan badan dan berbicara dengan nada suara sedingin es.
"Aku akan memberi tahu Ivan untuk mengirim surat cerai ke sini. Tanda tangani surat itu dan enyahlah. Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi."
Dengan tatapan terakhir yang dipenuhi dengan kebencian, Victor berjalan keluar meninggalkan ruangan, diikuti oleh kepala pelayan.
Pintu langsung terbanting di belakangnya, suara kencang itu menyakiti telinga Rachel. Wanita yang bernama Rachel itu menutupi dirinya dengan selimut, masih diliputi oleh rasa shock. Wajahnya sekarang pucat pasi, jantungnya berdebar kencang.
Rachel menundukkan kepalanya dan melihat ke arah tubuhnya sendiri. Dia sekarang dalam keadaan tanpa sehelai pun pakaian yang melekat di tubuhnya dan banyak memar gelap menodai kulitnya yang seharusnya mulus tanpa cacat.
Adrenalin yang mengalir di nadinya telah menumpulkan rasa sakitnya sampai sekarang. Tapi ketika kejadian yang terburuk telah berlalu, Rachel merasa seluruh tubuhnya sakit. Tubuhnya terasa sakit di mana-mana.
Rachel tidak bisa menemukan pakaian wanita di dalam lemari. Isi lemari itu hanya berupa kemeja pria dan jas hitam.
Tangannya meraih kemeja dan celana yang ada di sana, kemudian memakainya. Celana yang dia kenakan berukuran sangat besar untuknya, membuatnya terseret di lantai.
Di atas rasa sakit yang sudah dia rasakan, Rachel merasakan sakit kepala yang mengerikan mulai menusuk kepalanya. Sambil mengerang kesakitan, dia berjalan ke sofa dan duduk. Rachel menyandarkan kepalanya yang sakit ke belakang dan memejamkan matanya. Ingatan-ingatan yang bukan miliknya mulai membanjiri seluruh indranya.
Beberapa saat kemudian, Rachel membuka matanya lagi. Ingatan itu adalah milik mantan pemilik tubuh ini, wanita yang bernama Rachel. Setelah diam-diam memilah-milah bermacam-macam hal-hal dalam pikirannya, dia akhirnya sampai pada dua kesimpulan.
Entah bagaimana, dia telah dilahirkan kembali dari dirinya yang lama yaitu Shelia Davis menjadi Rachel Verdianto.
Yang menghuni tubuh ini sebelumnya adalah seorang gadis tidak berguna yang jatuh cinta pada seorang pria bernama Victor Rayadinata. Ibu asli Rachel jatuh sakit dan meninggal beberapa waktu yang lalu dan Ayahnya adalah seorang buaya darat yang menyedihkan.
Ada suara ketukan di pintu.
Suara yang tiba-tiba itu mengejutkan Rachel dari lamunannya. Suara dingin datang dari sisi lain pintu itu, "Bolehkah saya masuk ke dalam?"
/0/4862/coverorgin.jpg?v=df56744ad021a59f2b8fd13413dbca67&imageMogr2/format/webp)
/0/19910/coverorgin.jpg?v=0b94ad33c6c25cace4d10e28932213a4&imageMogr2/format/webp)
/0/7039/coverorgin.jpg?v=11b52d2710f09d733e8cc6a62e4a9af2&imageMogr2/format/webp)
/0/4751/coverorgin.jpg?v=6746a9a0e35bdd42d4cbb667e17a0cca&imageMogr2/format/webp)
/0/24027/coverorgin.jpg?v=00d82a3d6f2079c1d5a13fd023ac1e50&imageMogr2/format/webp)
/0/3058/coverorgin.jpg?v=501a380751715c5bad8393c43ad5509a&imageMogr2/format/webp)
/0/6677/coverorgin.jpg?v=11f7b2dbd634945e4fe9a13f3394e04f&imageMogr2/format/webp)
/0/14428/coverorgin.jpg?v=e673db163036ee391c656ce0b40786ba&imageMogr2/format/webp)
/0/2951/coverorgin.jpg?v=d73daa2b4f10c884e75a48c039e3d213&imageMogr2/format/webp)
/0/4037/coverorgin.jpg?v=8bfe3620bd9e16b9b38c6f948bc9a606&imageMogr2/format/webp)