Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Al tengah berkumpul bersama keluarganya karena sepupunya yang tinggal di luar negeri akan pulang ke Indonesia dan itulah sebabnya Al berada di tempat terkutuk ini.
Al duduk di samping ayah tirinya. Namun, suasana terasa hening karena tidak ada satu pun dari mereka yang mau memulai obrolan.
"Menurut kamu, bagaimana wajah Galang sekarang? Apa wajah Galang masih sama atau sudah berubah?" tanya ayah tirinya mencoba memecah keheningan di tempat tersebut.
"Mana gue tahu. Lu pikir gue dukun? Kalau gue dukun, lu adalah orang pertama yang gue santet!" balas Aldebaran dengan nada tinggi.
Al melontarkan tatapan sinis kepada ayah tirinya. Al sangat membenci ayah tirinya dan bagi Al, ayah tirinya adalah iblis yang sedang menyamar sebagai manusia.
"Jaga ucapanmu, Al. Kamu tidak boleh berbicara kasar kepada ayahmu," ujar bunda.
Bunda mencoba memberikan nasihat kepada Al, tapi Al membalasnya dengan acungan jari tengah.
"Terserah gue dong. Lu nggak berhak untuk mengatur hidup gue karena gue bukan anak lu lagi!" pekik Aldebaran.
Al memalingkan pandangannya karena ia malas melihat wajah ibunya yang mirip dengan wajah iblis betina.
"Kenapa kamu selalu bersikap, seperti ini? Apa kamu tidak sayang dengan bunda?" tanya ayah tirinya yang merasa kesal saat mendengar ucapan tak sopan dari Al.
"Tidak. Satu-satunya keluarga yang aku sayangi adalah Galang karena Galang selalu mengerti diriku. Tidak, seperti kalian!" balas Al.
Al mengungkit-ungkit kesalahan orang tuanya di masa lalu. Tak hanya itu, Al juga mengungkit tentang kematian ayah kandungnya yang masih menjadi misteri.
"Ayah meninggal secara tidak wajar dan aku yakin jika dialah dalang di balik kejahatan ini!" ucap Al.
Al menunjuk ayah tirinya. Namun, kedua orang tuanya malah mengabaikan Al karena mereka sudah bosan mendengar ucapan Al tentang kasus ini.
"Sudahlah, kamu tidak perlu mengungkit masa lalu. Lagi pula, ayah kamu sudah tenang di alamnya dan sekarang kita sudah memiliki pengganti yang jauh lebih baik," ucap bunda sambil memeluk lengan suaminya.
Al langsung terdiam karena ia malas berbicara dengan orang yang lagi dimabuk cinta. Al tahu jika cinta itu buta, tapi kenapa harus bunda yang menjadi korbannya?
"Bunda boleh bertanya sesuatu?" tanya bunda.
Al melirik sekilas. "Tanya apa?"
"Kapan kamu menikah? Usia kamu sudah hampir 30 tahun loh, tapi kamu masih jomlo hingga sekarang."
Bunda melontarkan tatapan serius kepada Al, sedangkan Al berpura-pura tidak mendengar pertanyaan bunda.
Bagi Al, pertanyaan kapan menikah adalah pertanyaan paling horor yang pernah ia dengar.
"Al, jangan pura-pura tidak mendengar. Bunda ingin kamu segera menikah atau bunda yang akan mencarikan jodoh untukmu!" ancam bunda.
"Aku tidak akan menikah sampai kasus kematian ayah terungkap. Lagi pula, perempuan zaman sekarang hanya bisa menyusahkan."
"Tidak semua perempuan di dunia ini menyusahkan. Di dunia ini banyak wanita tangguh yang belum kamu ketahui, Al."
Ayah tirinya mencoba menjelaskan kepada Al tentang definisi cinta sejati, tapi Al malah memberikan tatapan jengkel.
Al merasa mual dengan tingkah kedua orang tuanya karena orang tuanya bersikap, seperti remaja yang baru merasakan cinta, padahal usia mereka sudah 50 tahun.
Al fokus menatap layar ponselnya. Al berusaha menghubungi Galang, tapi Galang tak membalas pesan maupun telepon darinya.
"Kenapa Galang lama sekali? Apa mungkin mobilnya terjebak macet?" tanya Al dalam hatinya.
Al melihat ke arah depan. Al menanti kedatangan Galang dengan perasaan jenuh dan jengkel karena ada dua iblis sedang bermesraan.
Kedua iblis itu tidak tahu tempat karena mereka bermesraan di hadapan pria jones, seperti Al.
"Sampai kapan aku harus menunggu?" tanya Al sambil menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya.