Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Awalnya, kehidupan sehari-hari Chayana berjalan dengan baik seperti biasanya. Namun, sejak kehadiran Ray di kampus, membuat wanita itu benar-benar muak.
Kemana pun ia pergi, telinganya selalu mendengar nama pria itu. Pelajar pindahan yang merenggut hati semua wanita di kampus. Chayana tak tertarik dengan hal semacam itu. Semuanya bermula sejak si playboy itu melakukan hal tak senonoh di kamar sebelahnya.
Setiap malam, Chayana tak bisa tidur karena suara Cantika sang permaisuri kampus selalu mengganggu telinganya. Suaranya yang tengah beradu dengan pria yang ia panggil Ray.
Selama seminggu, Chayana menahan semuanya. Titik kesabarannya serasa sudah berada di puncak teratas. Wanita itu akhirnya memilih menemui Ray dan mengajaknya mengobrol empat mata saja.
"Ngapain lo ajak gue ke sini? Mau bilang suka sama gue?"
Chayana memejamkan matanya sejenak mendengar perkataan Ray yang amat percaya diri. Tangannya gatal ingin memukul pria itu tetapi ia tahan.
"Bisa ngak lo jangan ke kamarnya Cantika? Risih gue dengar suara kalian."
"Kalau gue ngak mau, lo mau apa?" Ray berjalan lebih dekat dengan Chayana.
Biasanya perempuan yang ia dekati akan mundur dengan malu-malu dengan tatapan kagumnya. Namun, Chayana berbeda. Wanita itu bahkan tak bergeming. Kepalanya mendongak. Matanya tepat menatap Ray dengan tatapan kesal, marah serta jijik.
"Gue enggak ada pilihan berarti, selain laporin tindakan lo itu!" Jari wanita itu mendorong pelan dada Ray. Ia kemudian pergi dari sana meninggalkannya.
Ray berbalik menatap kepergian Chayana. Ia cukup tertarik pada wanita yang sama sekali tak menyukainya itu.
***
Laporan yang diberikan Chayana benar-benar berdampak buruk pada Ray dan Cantika. Walaupun sudah melakukan pembelaan bahwa ia tak pernah sekali pun ke kamar asrama wanita itu, Ray tetap saja harus dikembalikan ke kampusnya.
Ini karena seseorang melihatnya keluar pada malam hari. Ditambah dengan rekaman suara Cantika yang terus berteriak tak senonoh sembari memanggil namanya. Seakan mendukung itu, CCTV pun menampilkan seorang pria yang mengenakan jaket miliknya tengah memasuki kamar Cantika.
Ray sangat kesal. Pasti ada orang yang mencoba menjebaknya. Setelah dikeluarkan dari kampus itu, Ray mencari informasi tentang fitnah yang didapatkannya. Semuanya mengarah pada Chayana sebagai pelaku utamanya.
Wanita itu sengaja menjebak Ray agar bisa disingkirkan dari kampus. Chayana tak akan pernah tahu bahwa ia telah mengusik orang yang salah.
***
"Chayana! Woy!"
"Chayana?!"
"Iya, Maemun! Apaan, sih, teriak mulu!"
Chayana mendelik kesal menatap Mauren. Jika undang-undang memperbolehkan seseorang untuk mencekik, wanita itu pasti sudah mencekik.
"Lo tuh, yah! Kalau enggak ditegur pas melamun, ntar lo kesambet dedemit. Gue kan enggak sombong dan rajin menabung, makanya sadarin lo yang Astagfirullah!" Mauren melayangkan pukulan dengan menggunakan dokumen di tangannya ke kepala Chayana.
Wanita itu berusaha menghindari pukulannya. Namun, pada dasarnya tangan mungil Mauren yang gesit, Chayana terpaksa menerima pukulan itu.
Dering telepon yang berasal dari smartphone di atas meja kubikel milik Chayana terdengar nyaring. Wanita itu refleks melotot dan berdiri.
"Diii, bisa enggak sih, lo enggak usah melotot gitu?"
"Emang kenapa?" Chayana menatap Mauren.
"Lo kayak hantu Momo, sumpeek!"
Chayana yang tadinya melotot, kini menyipitkan mata. Ia kembali tersadar dengan panggilan telepon itu. "Gue balas lo nanti. Pulang lewat mana lo?" Ujung jari telunjuk dan jari tengah wanita itu menunjuk ke arah matanya kemudian beralih ke mata Mauren seakan memperlihatkan bahwa ia akan mengawasi Mauren.
Mauren hanya menatapnya jijik. Mimpi apa gue bisa akrab ama nih, orang?
"Ha--halo, Sayang? Gimana? Kamu bisa temenin aku ke pestanya, enggak?"
Tingkah laku Chayana berubah 180 derajat saat menjawab telepon. Mauren mangap-mangap tak percaya. Ia lalu memasang wajah terjeleknya sembari mengikuti ucapan Chayana.
"Maaf, Sayang. Aku ada kerjaan di jam segitu."
Senyum Chayana perlahan memudar. Ia menatap sepatunya. Bahu yang semula bersemangat, turun perlahan.
"Enggak bisa kamu luangin waktu sebentar buat aku? Kita udah enggak ketemu hampir tiga minggu, loh."
Hening sebentar, sebelum pria di seberang sana kembali menjawab. "Sorry, Honey. Waktu rapatku udah dekat. Aku tutup, yah. Love you."
"Dami, tunggu sebentar aku---"
Chayana menatap lesu layar smartphone-nya. Wanita itu mendesis dan menghela napas panjang.
"Kalau gue enggak cinta ama lo, lo udah gue mutilasi, Ka*pret!"
Gila! Beneran gila kekasihnya itu. Chayana meredam amarahnya. Jika saja bukan karena cinta, ia sudah menghajar habis Damian. Asal tahu saja, jiwa preman sekolahnya sudah lama tak ia lampiaskan. Pria itu sepertinya cocok dijadikan pelampiasan. Namun, lagi-lagi Chayana hanya mampu menyusun rencana itu tanpa mampu mempraktekkannya.
Ia terlalu cinta pada Damian. Pria yang dulunya mengejar Chayana. Tergila-gila padanya. Bahkan saat ditolak pun Damian tetap mengatakan cinta kepada Chayana.
"Hmmm, ini kali, yah, setelah manisnya diambil, sepetnya dibuang."
Chayana menghela napas dan menipiskan bibir. Sabar. (1)
"Dulu dia yang ngejar, sekarang lo yang ngejar. Miris, sih."