Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
“Ryu, bawa kemari benda paling istimewa itu! Bersiaplah kalian, jika bukan karena ayahnya sangat perlu uang, aku juga tidak mau menjual dan akan menyimpannya sendiri.”
“Kau dengar, ‘ayahnya’?” bisik seorang pelanggan bertudung kain putih pada saingan di samping.
Sembari mengibaskan kipas bambu di tangan, ia melirik ke panggung. “Benar, benda itu pasti akan menghebohkan sejarah Pelelangan Chu. Karena ... pertama kali dalam abad ini, manusia dijadikan barang lelang.”
Kreek....
Sebuah peti besar berhasil dibawa beberapa orang pria berbadan kekar, ke depan panggung, sehingga mudah disorot oleh penonton di segala penjuru kursi.
“Wah, kalian yakin tidak akan berebut?” ujar pemilik tempat itu, tersenyum menyeringai. “Sebab apa yang ada di balik papan-papan ini, akan memanjakan mata tamu-tamu sekalian.”
Mendengarnya, para bangsawan dan orang biasa di bangku pelanggan pun mulai ricuh. Walau pun saling berbisik dengan kelompok masing-masing, suara mereka memekakkan telinga.
Dada pria berkumis tebal di sana bergemuruh tanda merasakan kemenangan dan keuntungan besar yang diraup malam ini. Berkat kemurahan hati sosok di balik tirai tersebut.
Sebut saja si pemilik pelelangan dengan nama Bear, ia melirik lewat ujung ekor mata. Tentu jika bukan karenanya kesempatan terkenal tak akan datang.
“Tuan Besar Liu. Terimakasih atas apresiasinya. Percayakan saja putri Anda kepada saya, beliau akan diberikan ke tangan yang mau membayar paling mahal.”
“Apa maksud Pak Tua itu?” bisik orang lain.
“Putri Bangsawan Liu? Yang berada dalam peti di depan sana?”
“Tenang, kawan-kawan. Kami memiliki ijin langsung dari kepala keluarga Liu! Kalian tidak perlu takut, tempat lelangku bukan hal ilegal.” Menodongkan selembar kertas dengan cap logo khusus, membuat beberapa dari mereka tercengang tak percaya.
Rumor yang tersebar mengatakan bahwa Fei Meng menolak perjodohan dengan pangeran-pangeran negeri sebelah, atau pun bangsawan di negara ini. Sampai-sampai mereka menyebutnya ‘putri bungsu yang angkuh’.
Ia jelas tahu jikalau kehendak para lelaki menikahi dirinya dikarenakan keelokan paras, dan hal itu membuat orang-orang semakin yakin tentang kesombongan pada dirinya. Terlahir dan dianugerahi kecantikan bagai Dewi, membuatnya tak boleh salah bertindak.
“Buka papan penutupnya!”
Dua orang tampak terlambat hadir, dikarenakan telah memesan kamar VVIP, mereka tidak menjadi sorotan dan bebas datang kapan pun.
Mata tajam yang malas terbuka itu terarah fokus ke seonggok tubuh putih mulus di panggung. Baru saja dipaksa keluar dari peti sempit. Jelas terlihat ketidaksukaan di wajah indahnya, menutupi dada menggunakan kain putih yang tersedia sehelai lebar, pun rambut hitam legamnya.
“Cantiknya ....”
“Dewi di tempat pelelangan, ini pertama kalinya.”
Belum selesai berbangga diri, seseorang dengan kasar memukul meja di depan.
“Hei, Bear!” teriak seorang tamu, menarik seluruh perhatian, termasuk sosok di kamar VVIP.
Senyum menghias wajahnya yang berekspresi murka. “Apa kau tidak takut jika Dewa atau pun kekaisaran melaknat tempat ini? Bukankah sudah tertulis di perjanjian kalau manusia dilarang diperjualbelikan? Budak saja tidak boleh, apalagi putri dari keluarga terhormat.”
“Tentang itu... silahkan bertanya langsung pada yang bersangkutan, saya hanya membantu dan mendapat komisi darinya.” Menaikkan salah satu alis seraya menatap hina Fei Meng.
“Hahaha! Mari bersiap menaruh harga!” Bear menyerukan lantang.
Kekhawatiran di diri orang-orang mulai pudar dibuatnya. Perkelompok mulai mendiskusikan angka yang akan mereka ajukan, ada pula yang hanya bergeming tidak berminat atau tidak tega menjadikan seorang manusia seperti barang.
Melihat antusias tamu membuat Bear senang dan meneguk alkohol di gelas itu, lalu tiba-tiba pandangan teralihkan pada sosok jangkung di atas sana. Tamu yang tak pernah absen setiap bulan, dan selalu menawar benda tak terduga.
Semacam artefak kuno, yang jarang diketahui orang manfaatnya.
Bear yakin, tamu tersebut tidak akan sudi memberi penawaran untuk perempuan itu.
“Chen, dapatkan Putri Fei Meng untukku,” titah suara berat di balik tudung kain itu, pelan. “Tanpa mengeluarkan sepeser pun koin. Kau mengerti maksudku, bukan?”
***
Liu Fei Meng, rambutnya yang lurus dan lembut, apabila tergerai memesona pasang mata. Cahaya terpantulkan dan gelombang surai hitamnya, kadang membuat orang lain buta.