Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Malam yang mencekam di rumah James Howart billionaire asal Las Vegas yang bermukim di Jakarta, Indonesia. Tampak di dalam rumah, sang billionaire yang dibeberapa bagian tubuh terhias red liquid bertarung dengan Adrian Sanders salah satu musuhnya di dunia bisnis perminyakan dunia.
Adrian menyerang James karena merasa sakit hati sebab satu kilang minyaknya di Abu Dabi disegel Badan Pengawas Industri Perdagangan karena diketahui beroperasi tanpa izin resmi, serta menindas para pekerjanya dengan mengupah di bawah upah minimum yang ditetapkan lembaga Badan Dunia tersebut. Lantas satu unit bisnisnya yang lain yaitu Kasino di Las Vegas di bredel sebab di sana ditemukan memperjual belikan remaja putri di bawah umur ke beberapa rumah bordil ilegal, serta pengedaran narkotika.
Setelah diselediki ternyata apa yang dilakukan badan tersebut atas laporan dari James yang bukan hanya billionaire pemilik Howart Company yang tersohor di dunia, ternyata tangan lembaga tersebut yang bertugas mengawasi dan menyapu para bisnisman seperti Adrian. Namun sebenarnya bukan dari laporan James, melainkan dari pengaduan Gonzales sahabat baik Adrian yang sakit hati karena pria itu menculik putri tunggalnya yang masih berusia 12 tahun lantas dijual entah ke rumah bordil mana.
Saat ditanya mengenai itu Adrian mengelak karena memang tidak pernah menyelidiki para remaja yang diculik para bawahannya untuk dijual ke rumah bordil. Akhirnya kasus tersebut diajukan ke jalur hukum di Las Vegas, tapi Adrian menang karena tidak bukti atau saksi yang kuat bahwa putri Gonzales diculik oleh kaki tangannya. Tidak lama Gonzales mendapat kiriman berupa jenasah putrinya tersebut entah dari siapa. Gonzales semakin dendam, maka ke lembaga pengawas tersebut melaporkan secuil bisnis haram Adrian.
Maka kemudian lembaga tersebut mengutus James untuk melakukan menyitaan, pembredelan, dan lainnya atas secuil bisnis haram Adrian tersebut. Pria tersebut tentu sangat marah karena selama ini meski mereka bermusuhan tiada pernah saling mengusik bisnis satu sama lain yang mereka punya. James sudah menjelaskan bahwa dia hanya melaksanakan tugas dari Badan Pengawas Industri Perdagangan, siapa melaporkan pun sudah diterangkan.
Namun Adrian tetap tidak terima, sehingga terjadilah malam ini penyerangan ke rumah James di Jakarta.
Di sisi lain terlihat Bayu salah satu ajudan James, menggendong Bella putri tunggal sang presdir, sambil fighting dengan para petarung timnya Adrian, agar bisa menerobos keluar dari rumah membawa lari sang nona kecil yang berusia 5 tahun, dan Airine istri tercinta James.
“Nyonya!” terdengar pekikan kaget sang ajudan karena si nyonya menjadikan sasaran peluru timah yang mengarah ke Bella, “Nyonya!” pekiknya segera melempar belati di tangannya ke Adrian yang memuntahkan peluru tersebut.
Belati pun mengenai tangan pria tersebut yang memegang pucuk senjata.
“Akh!” pekik sang presdir Lian Company yang terkemuka seperti Howart Company milik James.
Melihat ini, James cepat menendangkan kaki-kakinya bertubi ke badan presdir tersebut, lantas berlari secepat mungkin untuk membantu Bayu yang kewalahan menghadapi para petarung karena sambil melindungi Airine yang sekarat dan Bella digendongannya. Sang billionaire yang jago kungfu dengan cepat menyikat para petarung tersebut dengan tangan kosong dan senjata ditangannya yang berupa pistol dan pedang pendek.
“Bayu!” jeritnya ke Bayu yang masih memeluk pinggang Airine dan menggendong Bella, “Lekas keluar dari sini! Selamatkan Airine dan Bella!” jeritnya minta agar si ajudan cepat pergi karena dia sudah membuka jalan untuk itu, “Lekaslah!”
Bayu tidak ada pilihan, dengan kemampuan kungfunya, dibawa lari secepat mungkin kedua wanita malan yang bersamanya keluar dari rumah ini, di mana James melindungi dari belakang bersama para ajudan sang presdir yang tersisa.
Adrian cepat menyambar senapan mesin dari tangan salah satu jenasah di lantai, lantas memberondongkan peluru timah ke arah rombongan tersebut. James segera menjadikan diri sebagai sasaran.
“James!” terdengar jeritan kaget Airine karena sang suami terkena serbuan peluru, “James!” jeritnya hendak ke si suami yang perlahan rubuh dengan kedua lutut membentur keras ke lantai, “Lepas, Bayu!” jeritnya karena Bayu mengeratkan pelukan dipinggangnya, “Lepas, Bayu!”
Bayu tidak mengindahkan segera melanjutkan pelarian, lantas saat berhasil sampai di luar, terdengar ledakan sangat keras dari rumah tersebut, sejurus kemudian di udara tampak semburan si jago merah disertai gulungan asap hitam.
Airine mendengar ini menjadi lemas, kedua lututnya dijatuhkan ke atas rumput.
“Nyonya!” jerit Bayu cepat mengangkat kembali tubuh si nyonya, tapi sang nyonya malah melepaskan pelukannya, “Nyonya?!” sang ajudan segera berjongkok di hadapan ibunda Bella.
“Mama.” Terdengar suara lirih Bella yang sedari tadi hilang akibat ketakutan luar biasa. Wajah gadis kecil ini mulai bersimbah air mata.
“Bayu.” Airine bicara dalam napasnya yang mulai pendek-pendek ini, “Lekas kamu bawa Bella ke ayah saya di Italy.” Dia segera menurunkan perintah, “Di sana, kamu bantu ayah saya mengasuh Bella baik-baik, karena dia pewaris Howart Company dan seluruh kekayaan James. Mengenai semua itu sudah ada ditangan ayah saya. Karena James feeling hari ini akan terjadi sebab dia gagal meyakinkan Adrian bahwa bukan dia yang melaporkan unit-unit bisnis haram Adrian ke Badan Pengawas Industri Perdagangan.”
“Anda ikut kami, nyonya.”
“Tidak, Bayu, karena James segera menjemput saya.” Airine tahu dirinya segera dijemput sang suami ke alam abadi. Dengan sisa tenaganya, dikeluarkan sesuatu dari dalam saku celana panjangnya, kemudian dipasangkan ke leher Bella, “Bella,” dia pun menegur putrinya, “Dengarkan mama. Kamu harus tetap hidup, karena kamu pewaris Howart Company dan seluruh kekayaan ayahmu. Belajar yang rajin nantinya di sekolah dan ke kakekmu. Jangan lupa lanjutkan berlatih kungfumu ke paman Bayu. Paham anakku?”
“Aku mau sama mama.” Terdengar suara lirih si mungil ini yang semakin berlinang air mata.
“Jangan cengeng, sayang.” Airine menyeka air mata putrinya, “Mulai saat ini kamu bersama kakekmu dan paman Bayu di Italy.” Ditegarkan sang anak, “Ingat semua pesan mama tadi, karena kamu putri ayahmu, James Howart billionaire terpandang di dunia, kelak kamu harus sehebat ayahmu itu.”
Bella yang masih balita hanya sesunggukan menangis, belum mengerti semua yang dikatakan sang mama.