/0/25602/coverorgin.jpg?v=f78608e96138309796e790df68c40154&imageMogr2/format/webp)
Vicky selalu mengira bahwa pria itu akan mendatanginya malam-malam.
Mungkin Evander akhirnya akan bosan dengan istrinya dan masuk ke dalam kamarnya.
Pria itu akan mengunci pintu kamar dan membangunkannya dengan sebuah ciuman. Pria itu kemudian akan duduk di pinggir ranjang dan menyalakan lampu agar bisa melucuti pakaiannya.
Tangan kasar Evander akan terasa luar biasa melawan kulitnya yang gemetaran. Pria itu bahkan tidak perlu mengatakan apa-apa. Vicky hanya butuh pria itu menindih dan menjejalkan kejantanannya, lalu menyetubuhinya hingga ia menjerit dan memohon agar diampuni.
Tapi seperti biasa, semua itu hanya fantasi.
Vicky tidak benar-benar ingin memiliki hubungan dengan suami baru mommynya. Evander Jacobson adalah daddy tirinya.
Vicky hanya suka membayangkan pria itu ketika ia bermasturbasi. Ia membayangkan kepala kekakuan pria itu terbenam di antara pahanya, lidah kasar menjilatinya. Sangat cepat hingga yang bisa dilakukannya hanyalah menggeliat dan melenguh memanggil namanya. Oh, daddy.
Ia ingin kata-kata yang keluar dari bibir Evander hanyalah perintah. Ia butuh kuku pria itu menggali ke pahanya ketika pria itu membenamkan dirinya hingga ke pangkal, memenuhi dan merobek celahnya yang belum tersentuh pria manapun.
Vicky membayangkan suara bola pria itu menampar selangkangannya. Denyutan batang yang ada di dalamnya akan terasa seirama dengan remasan celahnya, membentuk nada yang sempurna.
Ia mungkin akan melenguh dan membuat semuanya terasa sangat seksi. Tapi ia juga tidak ingin membuat semuanya mudah bagi pria itu. Ia mungkin akan melawan dan membantah. Hanya untuk melihat seberapa jauh pria itu bersedia mempertaruhkan harga dirinya untuk mendapatkannya.
Vicky tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya ketika lendir pelepasan pria itu berceceran memenuhi lubang sempitnya. Ia akan memastikan ia melenguh sekeras mungkin agar mommynya mendengar. Betapa ia membenci mommynya sendiri karena menikahi pria itu.
Vicky baru saja pulang dari kampus ketika menemukan pintu ruang kerja daddynya terbuka. Ia tidak bisa menahan diri. Ia tidak tahu mengapa ia melakukannya, tapi ia melakukannya. Ia masuk ke dalam.
Evander mendirikan perusahaan teknologi bersama beberapa teman kuliahnya ketika pria itu berumur 19 tahun. Perusahaan yang kemudian dijualnya dengan harga ratusan milyar ketika ia berusia 25 tahun. Sejak itu, Evander bekerja di rumah. Sebagai freelance dari satu proyek ke proyek lain, membangun semacam program komputer yang tidak terlalu dipahami oleh Vicky.
Ruang kerja Evander memperlihatkan level organisir di atas rata-rata. Pria itu memiliki binder berisi dokumen yang semuanya tersusun rapi sesuai abjad di lemari cabinet.
Vicky melihat laptop Evander terbuka di atas meja kerjanya. Mengikuti rasa penasarannya, Vicky duduk dan menekan mouse yang ada di sebelah laptop.
Layar langsung menyala, menampakkan screen saver laptop. Seorang model berbikini dengan dada padat tersenyum ke arah Vicky.
Kemudian kolom yang meminta password muncul.
Sial.
Vicky mencari-cari di sekitar meja untuk menemukan petunjuk. Secarik kertas atau note pad. Tapi ia tidak menemukan apa-apa.
Iseng, Vicky memasukkan namanya sendiri dengan sedikit tambahan yang kreatif. Siapa tahu, kan.
Victoria. Salah.
Vicky1. Salah.
FuckVicky.
Hampir saja Vicky menjerit ketika pesan "password diterima" muncul.
Vicky mulai menjelajah isi laptop daddy tirinya.
Tidak banyak yang menarik, kecuali satu, tersimpan di dalam folder tersembunyi. Folder dengan namanya, Vicky.
Vicky membuka folder sambil menahan napas dan hampir tersedak ketika melihat isinya. Puluhan, bahkan mungkin ratusan foto di dalamnya. Semua foto dirinya. Semua diambil ketika ia sedang telanjang.
Di salah satunya, Vicky bisa melihat dirinya sendiri ketika sedang bermasturbasi di kamar. Sangat jelas seakan pria itu berada di depannya ketika memotret. Vicky bisa melihat jemarinya masuk ke dalam celahnya yang sangat basah sementara matanya setengah terpejam dengan bibir membuka.
Dari mana pria itu mendapatkan semua foto ini?
Apakah ia memasang semacam kamera atau alat perekam di dalam kamarnya?
Kemungkinan besar begitu. Lagipula, ia dan mommynya lah yang pindah ke rumah pria itu setelah mereka menikah. Siapa yang tahu apa yang di pasang pria itu di kamarnya.
Vicky mendengar suara langkah kaki di lorong.
Panik, Vicky membanting laptop menutup dan mencari tempat untuk sembunyi. Ia memutuskan untuk masuk ke dalam lemari. Sambil menangkupkan tangannya sendiri ke depan bibir agar tidak bersuara, Vicky menunggu.
"Vicky?" Suara pria itu terdengar.
Langkah kaki kembali terdengar. Berjalan mengitari ruangan sebelum berhenti di depan lemari.
"Aku tahu kau ada di dalam lemari," pria itu melanjutkan. "Daddy punya mata di mana-mana."
Vicky mengumpat dalam hati. Tentu saja pria itu tahu ia ada di sana. Tidak punya pilihan, Vicky membuka pintu lemari dan menundukkan wajahnya, merasa bersalah sekaligus karena tidak ingin merasakan tatapan marah pria itu. Vicky yakin ia pasti akan dihukum setelah ini.
/0/24416/coverorgin.jpg?v=3f42961cc95c0f05100f937190aa6aeb&imageMogr2/format/webp)
/0/15746/coverorgin.jpg?v=dd951388bf1506d99ea44810f630efd4&imageMogr2/format/webp)
/0/13325/coverorgin.jpg?v=f9db7bf1ec9f385bd90ee444f0e58803&imageMogr2/format/webp)
/0/6677/coverorgin.jpg?v=11f7b2dbd634945e4fe9a13f3394e04f&imageMogr2/format/webp)
/0/6410/coverorgin.jpg?v=b597a35a50b71ddbc3839b462c2c9419&imageMogr2/format/webp)
/0/22021/coverorgin.jpg?v=40ba8dce77cf7c4da1bd8af23dfd3d9b&imageMogr2/format/webp)
/0/4111/coverorgin.jpg?v=49c8a6f31c26fa66a2a354791239267b&imageMogr2/format/webp)