Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
"Ya ampun, Dion. Kemana sih dia kok belum datang juga, padahal hari ini kita sudah janji makan siang bersama," gerutu Olivia yang tengah menunggu sang pujaan hati sampai saat ini tidak kunjung datang.
Olivia gadis cantik 24 Tahun. Sipatnya yang lugu juga ia terkenal dengan nada bicaranya yang lembut membuat para Pria jatuh hati kepadanya. Wanita dengan rambut pirang sebahu dengan ciri khasnya yaitu gingsul gigi yang sangat cantik sekali terlihat. Alis tebal, bibir tipis dengan balutan liptin merah muda membuat kesan kecantikan wanita itu terpancar. Dion telah berhasil memenangkan hati Olivia dari sekian banyak Pria yang mendekatinya. Sudah dua tahun ini mereka berpacaran sampai kuliah pun mereka tetap bersama. Namun, sayang Dion belum berhasil memilik Olivia sepenuhnya. Olivia selalu menjaga kehormatannya untuk suaminya kelak, bagi dirinya Dion hanya kekasih dan belum tentu menjadi suaminya. Maka dari itu ia selalu menjaga dirinya dari hawa napsu.
"Evan, apakah kamu melihat Dion?" tanya Olivia pada temannya.
"Apa dia tidak memberitahumu! Katanya dia lagi tidak enak badan. Aku dengar sih dia mengalami demam. Coba kamu datang ke rumahnya, kebetulan di sana Dion hanya sendirian aku takut dia kenapa-napa," balas Evan tersenyum.
Evan Pria yang menyukai Olivia, apalah daya Evan hanya bisa mencintainya dalam diam setelah mengetahui bahwa Olivia sudah menjadi milik Dion.
"Terima kasih infonya, Evan," sahut Olivia. Perasaannya tidak karuan. Dirinya segera melajukan mobilnya menuju rumah Dion awalnya ragu ia datang ke rumah kekasihnya seorang diri tanpa di temani oleh Fani sahabat dekat Olivia.
Setelah beberapa menit ia lalui A
Akhirnya Olivia sampai di gerbang utama rumah Dion kekasihnya. Rumah mewah yang di kelilingi banyak satpam, kedua orang tua Dion sudah menyetujui pertunangan mereka bulan depan yang akan datang. Satpam yang melihat Olivia segera membukakan pintu gerbang yang menjulang tinggi besar bercat hitam dengan perpaduan warna kuning emas.
"Terima Kasih," ucap Olivia tersenyum.
Langkah kakinya terhenti saat dirinya mulai memegang knop pintu yang terbuat dari besi mahal terlihat sangat mengkilap. Rasanya ada sedikit ragu untuk masuk ke dalam rumah Dion seorang diri. Walaupun banyak para pelayan di rumah besar kekasihnya, akan tetapi Olivia selalu was-was.
"Aku harap dia baik-baik saja di dalam," gumam Olivia sambil membuka knop pintu.
Langkah kakinya di sambut hangat oleh para pelayan yang sudah berdiri di dekat anak tangga. Walaupun Olivia sama-sama dari keluarga kaya raya, akan tetapi, dirinya sungguh tidak mau diperlakukan seperti ini oleh pelayan, baginya Olivia hanyalah manusia biasa sama seperti para pelayan pada umumnya.
"Apa Dion ada di kamar?" tanya Olivia hati-hati.
Para pelayan hanya bisa tersenyum kikuk karena tidak tahu apa yang akan terjadi setelah Olivia masuk ke dalam kamar Tuan mudanya.
"Tuan, ada di dalam kamar Nyonya," ucap salah seorang pelayan.
Olivia tersenyum ramah, dirinya segera menaiki anak tangga yang menuju ke kamar Dion. Hatinya ada sedikit kecemasan dalam dirinya. Olivia pun akhirnya tiba di depan pintu kamar Dion. Mungkin Dion lupa ia tidak menyalakan pengedap suara di dalam kamarnya. Sehingga Olivia mendengar suara erangan dari balik pintu.
"Suara apa itu, aku yakin telingaku tidak salah dengar," ucapnya percaya diri sambil menempelkan daun telinganya ke pintu kamar. Karena Olivia sudah percaya kepada kekasihnya bahwa Dion itu tidak mungkin main belakang.
Suara itu semakin jelas di daun telinga Olivia sedikit demi sedikit Oliv membuka knop pintu kamar Dion. Cerobohnya Dion tidak mengunci kamarnya sehingga Olivia bisa segera masuk ke dalam.
Langkah kakinya bergetar setelah mendengar suara erangan wanita dan juga pria yang tidak lain dari dalam kamar. Jantungnya terkoyak sungguh dirinya tidak menyangka bahwa kekasihnya akan melakukan hal sekeji ini kepadanya. Terlihat di bawah lantai banyak berceceran baju dalam dan juga baju wanita berserakan di atas lantai. Tempat tidur mewah itu sudah terlihat acak-acakan membuat Olivia membekam mulutnya di barengi tetesan air mata yang mulai mengalir dari pelupuk mata.
Kerangka gunung kembar seorang wanita menggantung di depan cermin membuatnya semakin sakit. Olivia menghentikan langkahnya mengatur semua deburan jantung yang terkoyak habis. Tetesan air mata mulai bercucuran membasahi semua pipi manisnya yang semakin banyak.
"Apa yang telah terjadi," isak tangis Olivia menuju sumber suara yang sangat sakit di telinganya.
Olivia Melangkah mantap menuju kamar mandi mewah yang ada di dalam kamar milik kekasih hatinya. Suara air mengalir dan juga erangan kebisingan antara Dion dan wanita itu semakin menyakiti hati Olivia.
Tangannya gemetar hebat, tubuh lemas kakinya sudah tidak kuasa untuk melangkah maju kedepan. Olivia perlahan membuka knop pintu kamar mandi. Terlihat dua insan yang sedang beradu kasih di guyuran air shower.
Tangisnya pun semakin pecah, Dion masih belum sadar atas kehadiran Olivia kekasihnya sendiri yang telah memergoki dirinya sedang bermadu dengan wanita lain.
"Kamu sangat jahat Dion, menjijikan!" pekik Olivia mengagetkan Dion yang sedang melakukan kegiatannya bersama wanita lain.
Alangkah terkejutnya mereka melihat Olivia yang sudah berada di ambang pintu melihat apa yang sedang mereka lakukan.
"Ol-liva," ucap pelan Dion.
Wanita itu segera pergi meninggalkan Dion yang sedang menatap ke arah Olivia. Bagai di sambar petir siang bolong melihat kekasih hatinya yang selalu dia puja dan selalu Olivia doakan. Ternyata ia adalah seorang bajingan yang kini tengah berbuat sekeji ini kepadanya, sungguh ini sudah di luar batas Olivia.
Kekasih yang selama dua tahun ini telah Olivia percaya tega mengkhianati dengan cara kotornya. Berbuat tidak terpuji olehnya sehingga Olivia malu dan juga tidak tahu harus bagaimana.
"Aku membencimu," pekik Olivia kembali menutup pintu kamar mandi dengan sangat keras. Sehingga Dion segera meraih handuk dan segera melilitkan ke lingkaran pinggang. Wanita itu terlihat sangat kusut dengan rambut yang berantakan tersenyum sinis.
"Olivia tolong jangan pergi, aku bisa jelaskan semuanya padamu," pekik Dion mengejar Olivia yang akan keluar dari kamarnya.
"Apa yang akan kamu jelaskan lagi padaku, aku tidak tahu harus bicara apalagi padamu. Kisah kita aku akhiri cukup sampai di sini. Aku mohon kamu menjauh lah dari kehidupanku," tegas tangis Olivia.
"Tidak, pertunangan kita akan berlangsung bulan depan sayang," bujuk Dion mendekati Olivia.
"Tidak! Aku tidak mau mengenal dirimu lagi, setelah apa yang telah aku lihat oleh kedua mata kepalaku sendiri kau berkhianat padaku, sungguh aku tidak mau mengenal dirimu lagi. Pergilah dari kehidupanku," pekik Olivia sengit.
Wanita yang sudah di boking oleh Dion pun malah tersenyum penuh kemenangan. Melihat dua insan yang sedang berperang dihadapannya membuatnya berpikiran untuk merebut Dion dari Olivia.
"Aku bisa jelaskan padamu," bujuk Dion memegang tangan Olivia.
"Jangan sentuh aku, menjauhlah dariku," timpal Olivia menangis dengan rasa sakitnya.
"Amerta kau pergilah dulu ke luar," titah Dion kepada Amerta.
Melihat Dion bersikap manis kepada wanita yang tengah memadu kasih dengan pacarnya sendiri membuat Olivia semakin geram. Sungguh ini di luar dugaan Olivia, hatinya pun sulit untuk ia artikan. Pikirannya melayang dan juga Olivia tidak berhenti dari tangisnya.
"Aku akan pergi, aku anggap kita tidak pernah kenal satu sama lain. Dan aku mohon tinggalkan semua kenangan yang pernah kita lalui bersama," ujar Olivia membalikan tubuhnya melangkah pergi.