Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
"Ini wanita yang saya janjikan Tuan," kata Rian dengan sedikit mendorong tubuh Renata.
Renata yang takut tidak mau melepas tangan Rian, dia semakin erat memegangi tangan kekasihnya tersebut.
"Mas, aku takut mas. Kenapa kamu bawa aku kesini?" tanya Renata yang belum tau kalau dia tengah dijual oleh Rian.
Rian adalah kekasih biadab yang tega menjual kekasihnya sendiri pada seorang tuan muda yang suka main wanita.
"Lebih baik kamu duduk disana dengan tuan muda Albert, jangan buat dia marah dengan sikap kamu," kata Rian dengan berbisik.
Renata menatap Rian dengan tatapan bingung, dirinya merasa ambigu dengan perkataan Rian yang menyuruhnya untuk duduk di samping Albert.
"Ngapain duduk disana mas?" Tanya Renata.
Rian berusaha melepas tangannya dan mendorong Renata namun Renata enggan melepas tangan Rian tentu hal ini membuat Rian kesal.
"Tuan Albert sudah menunggu jangan buat dia marah," bisik Rian.
"Aku nggak mau mas," sahut Renata.
Renata memohon pada Rian untuk membawanya pulang karena hari sudah malam namun Rian hanya tersenyum.
"Dia ini masih berusia dua puluh tahun, kuliah baru semester empat Tuan, meski saya lama berhubungan dengannya tapi tidak sedikit pun saya diperbolehkan menyentuhnya jadi bisa dipastikan kalau dia masih ori Tuan Albert," jelas Rian yang membuat Renata membolakan matanya.
"Kamu menjual aku mas!" teriak Renata yang tidak percaya kalau Rian tengah menjualnya.
"Kurang lebih seperti itulah," sahut Rian dengan santai.
Renata sangat shock dirinya sungguh tak percaya, lelaki yang amat sangat dia cintai tega menjual dirinya.
"Mas aku mohon mas jangan lakukan ini," pinta Renata.
Mata Renata membasah, dia terus memohon namun Rian seakan tidak perduli.
Tak ingin ada banyak drama, Albert meminta anak buahnya untuk membawa Rian keluar.
"Jangan tinggalkan aku mas! mas!" teriak Renata saat Rian dibawa keluar oleh anak buah Albert.
Renata meronta ingin keluar namun anak buah Albert menahan Renata. Dengan tubuh yang gemetar Renata mendekati Albert meminta supaya dilepaskan.
"Tuan saya mohon, ijinkan saya pergi," pinta Renata.
Albert tertawa keras, mana mungkin dia melepas Renata begitu saja sedangkan untuk menyetujui bisnis dengan Rian, Albert telah mengeluarkan uang yang tidak sedikit.
"Kalau kamu mau bebas bayar tiga triliun dulu," kata Albert.
Renata menangis darimana dia mendapatkan uang sebanyak itu? Untuk biaya kuliah saya orang tuanya harus kerja keras.
Renata yang tidak mau dijadikan jaminan atas bisnis kekasihnya memutuskan untuk berlari namun secepat kilat anak buah Albert menangkap Renata. Dirinya terus meronta dan berteriak meminta untuk dilepaskan tapi anak buah Albert tidak perduli dengan teriakan Renata.
Albert yang mulai kesal menghampiri Renata yang dipegangi oleh anak buahnya. Albert mengelus pipi Renata dengan tersenyum sinis.
"Setiap wanita ingin sekali aku tiduri tapi kamu malah ingin lari," kata Albert.
Renata menangis histeris, dia tidak mau digagahi oleh orang asing, apalagi usia Albert jauh diatasnya.
"Tuan saya mohon, biarkan saya pergi," pinta Renata.
"Enak saja," sahut Albert.
Albert memerintahkan anak buahnya untuk membawa Renata ke mobil karena dia ingin pulang ke mension.
Renata terus menangis, di dalam mobil dia terus meminta pada Albert untuk melepaskannya.
Melihat Renata yang menangis membuat Albert pusing, selama ini tidak ada wanita yang bersikeras untuk pergi darinya justru para wanita menawarkan diri untuk bisa dekat dengannya.
"Kamu sekarang telah menjadi milikku, Rian kekasihmu itu telah menjual dirimu padaku, jadi sudahi tangisanmu itu, telingaku sakit mendengarnya," Albert sungguh kesal.
Renata seketika terdiam, percuma juga dia meminta dan menangis. Kekasihnya Rian sungguh biadab menukarkan dirinya dengan bisnis yang menguntungkan dirinya sendiri tanpa memikirkan nasibnya sama sekali.
Sesampainya di mension, Albert membawa Renata masuk ke dalam kamarnya. Renata sungguh takut, dia bingung apa yang harus dilakukannya.
Dengan tubuh yang gemetar Renata duduk di sofa sambil meremas tangannya yang penuh dengan keringat.
Albert yang merasa gerah masuk kamar mandi dan beberapa saat kemudian dia keluar hanya dengan handuk kecil yang melilit di pinggangnya.
Renata yang terpesona menatap Albert dengan lekat, melihat perut yang kotak-kotak membuat Renata menelan saliva yang terus mengalir.
"Ini perut apa roti sobek," batin Renata.
Tau Renata memperhatikan tubuhnya membuat Albert tersenyum.
"Kelihatannya kamu tertarik dengan tubuhku," kata Albert yang seketika membuat Renata membuang tatapannya.
Dengan senyum yang mengembang Albert berjalan kemudian duduk di samping Renata.
"Sudah siap?" tanya Albert sambil merangkul Renata.