Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Rintik hujan membasahi teras rumah Aruna, sambil membaca buku novel, wanita itu sedang menanti kedatangan suaminya pulang kerja. Sejak menjadi nyonya William dia banyak mengoleksi buku novel dan akan dia baca saat selesai mengerjakan tugas rumahnya. Dia meletakkan buku novel kegemarannya di sofa, lalu mengambil ponselnya karena bunyi. Aruna tersenyum, ternyata suaminya sudah membalas pesan singkat dirinya. Pria itu selalu menyempatkan diri untuk membalas pesannya walau sesibuk apa pun pekerjaannya di kantor.
[ Aku di jalan, sebentar lagi pulang ]
Isi pesan dari William suaminya.
Aruna langsung bergegas mandi, dia tidak mau berpenampilan kucel di hadapan suaminya. Wanita itu selalu berpenampilan sempurna. Sejak menikah dengan William setahun yang lalu, Aruna memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga lalu melepas kariernya, dia menjadi istri yang penurut walaupun di dalam keluarganya dia termasuk anak yang pembangkang.
Aruna mematut wajahnya di cermin setelah selesai mandi, sambil mengoleskan pewarna bibir kesukaan suaminya, dia tersenyum merasa penampilannya kali ini sudah sempurna, baju tipis satin dia kenakan karena dia yakin suaminya malam ini tidak akan mengajak makan malam di luar, karena Aruna sendiri sudah memasak makanan kesukaan suaminya.
Bunyi klakson mobil suaminya sudah terdengar dari depan, dengan langkah cepat Aruna menyambutnya keluar rumah, dia membalas senyum suaminya yang mendekat dan mengambil tas kerja suaminya.
“Aku sudah menyiapkan makan malam untuk mu Will,” kata Aruna, wanita itu menangkup leher suaminya, kemudian mengecup bibirnya ringan “Kamu sepertinya lelah,” kata Aruna lagi, dia mengajak suaminya masuk rumah. William langsung mengendurkan dasinya lalu duduk di sofa, dengan cekatan Aruna memberikan segelas air putih karena ritualnya selalu begitu.
“Terima kasih sayang,” kata William, memberikan kembali gelasnya setelah menandaskan satu gelas air mineral penuh ke mulutnya.
“Kamu sepertinya cape Will, apa perlu aku siapkan air hangat untuk kamu?”
William langsung menarik tubuh Aruna dan membawa istrinya duduk di atas pahanya. Pria itu tersenyum lalu menatap wajah cantik Aruna.
“Semua keletihanku akan hilang jika menikmati malam panas bersamamu Aruna.”
William selalu mengatakan itu, Aruna selalu menjadi candunya saat lelah. Wanita itu langsung tersenyum, lalu mengalungkan tangannya di leher suaminya. Menempelkan bibirnya pada bibir William.
Milik William langsung mengeras, nafsunya mulai menyelimutinya, tangannya menyelusup ke dalam kain satin tipis milik istrinya, menyentuh kulit halusnya.
“Will, bisakah kita tidak melakukannya di sini,” bisik Aruna, wajahnya sudah memerah karena sensasi yang dia rasakan sudah cukup panas. Pria itu sudah menjilati leher jenjang miliknya.
William tersenyum, dia langsung membawa istrinya ke kamar dengan menggendong ala bidal style. Aruna langsung membantu suaminya membuka kancing kemejanya satu persatu, sementara William sepertinya sudah tidak sabar ingin membongkar gundukan kembar milik istrinya, kain satin tipis itu sudah lepas dari tubuh Aruna karena ulah tangan jahil suaminya, dan William langsung menangkup dua gundukan kenyal dan meremasnya perlahan.
“Love you Aruna,” bisiknya tepat di telinga Aruna, lidahnya bermain di daun telinga Aruna hingga istrinya mengerang karena merasa miliknya sudah basah.
Aruna terbangun saat melihat milik suaminya sudah mengeras, dia menggenggam milik William dan mengulumnya. William mendesah, memegang kepala Aruna, agar istrinya mempercepat temponya.
William langsung mengarahkan istrinya agar segera berbaring di tempat pria itu mencium bibir istrinya sambil menyatukan milik keduanya.
Aruna memejamkan matanya, saat suaminya mulai memompa tubuhnya perlahan, dia mendesah ketika William kembali meremas dada Aruna.
“Kau menyukainya sayang?”
“Aku selalu menyukai setiap sentuhanmu Will."
Napas keduanya naik turun seiring dengan gairah yang sudah membakar keduanya. William mendesah begitu hebat dan miliknya menyembur di dalam sama.
Keduanya terkapar lemas tak berdaya, William mengecup singkat bibir istrinya.
“Kamu wanita hebat sayang, aku selalu menyukai apa yang ada dalam diri kamu.”
Aruna mengangguk, memeluk tubuh suaminya erat, entah kenapa dirinya selalu sendu setelah melakukan ini bersama William, harapan agar ruangan ini riuh dengan tangisan bayi belum juga terwujud, mungkin memang Aruna harus lebih sabar lagi, lagian usia pernikahannya baru genap satu tahun.
“Kamu tidak lapar Will, aku sudah menyiapkan makanan untuk kamu.”
“Aku mandi dulu, setelah ini kita makan malam.” William bangkit dari kasurnya dan menarik tubuh Aruna, Aruna paham apa yang William inginkan bercinta di kamar mandi selalu menjadi ritual tambahan saat keduanya selesai melakukan permainan ranjang.
Aruna sudah memenuhi bathup dengan air hangat dan aroma sabun mawar sudah menyeruak di dalamnya, dia masuk ke dalam bathup dan William mengikutinya dari belakang. Keduanya saling memandikan satu sama lain, meremas bagian sensitif yang paling William suka, Aruna memejamkan matanya saat lidah suaminya bermain-main di leher jenjangnya. Sambil menghirup aroma tubuh istrinya yang sudah wangi aroma mawar.
“Will, aku suka sentuhanmu di sana.” William tersenyum, jari jemarinya memang tidak dibiarkan diam, dua jarinya dia tusukan pada milik istrinya, dan lenguhan pun lolos dari mulut istrinya. Aruna tidak kuasa menahan hasratnya, dia langsung membalikkan badannya untuk menghadap suaminya, dan memimpin permainannya.
“Kau sepertinya menantangku," kata Aruna pada batang milik suaminya yang sudah mengeras. William tersenyum namun dia sudah tidak tahan, di memegang pinggang istrinya dan menuntunnya agar segera memberikan penyatuan. Aruna menggerakkan pinggulnya naik turun, menghunjamnya dengan begitu keras hingga William menyebutkan nama istrinya karena begitu nikmat, dia mendesah sejadi-jadinya hingga keduanya mencapai puncak kenikmatan.
Pukul sebelas malam, perut mereka lapar karena memang sudah selesai berolah raga malam, keduanya makan malam bersama, karena Aruna memang sudah menyiapkan semuanya.
“Besok kamu lembur Will?”
Aruna bertanya karena biasanya terkadang suaminya, akan lembur di hari weekand, itu pun jika sudah akhir bulan seperti sekarang.
“Entahlah, jika Nikolas membutuhkan aku, aku harus ke kantor, aku tidak enak membiarkan dia bekerja sendiri, kenapa kamu bosan di rumah atau kita mau keluar?”
“Tidak, aku selalu memprioritaskan apa yang menjadi prioritas kamu Will.”
“Baiklah, semoga besok Nic tidak menghubungiku, dan kita akan pergi ke Boshe.”
“Kamu serius Will? ”tanya Aruna sedikit berbinar, wanita itu sudah lama tidak menikmati waktu berdua di luar dengan suaminya, terakhir sebulan yang lalu mereka pergi ke Boshe.
“Aku serius, apa salahnya memanjakan istri di malam minggu, sepertinya akan sangat ramai di sana, kita bisa berdansa menghabiskan malam di sana sayang.”
“Aku sudah tidak sabar ingin segera besok malam Will.”
Keduanya melanjutkan makan malamnya, Aruna sudah senang dengan rencana suaminya, dia bukan tipekel perempuan yang tidak mudah mengeluh, namun keluar rumah bersenang-senang dengan suaminya itu yang dia harapkan.
Saat keduanya selesai makan, dan mulai masuk ke dalam kamar untuk tidur, ponsel Aruna berbunyi.
William menoleh pandangan ke ponsel istrinya yang tidak jauh dari dirinya, dia heran dengan orang yang menghubungi tengah malam seperti ini. Dia melihat nama Karin tertera di layar.
“Karin,” kata William kemudian memberikan ponselnya pada istrinya. Dia merebahkan dirinya di kasur.
“Untuk apa dia menghubungiku, ”rutuk Aruna dalam hati, William tidak tahu Karin itu siap namun bagi Aruna wanita itu sangat licik walaupun dia adiknya sendiri. Entah apa yang dia akan bicarakan, sebab sudah satu tahun Aruna dan dirinya tidak berkomunikasi walaupun Aruna sengaja tidak memblokir semua akses untuk keluarganya. Mereka mengucilkan Aruna seolah memblaklis nama Aruna dari keluarga Brata. Karena Aruna masih memiliki William dia tidak memedulikan semuanya.
“Iya Karin ada apa, malam-malam kamu menghubungi kakak, “kata Aruna begitu menjawab panggilan adiknya, dia sedikit malas sebetulnya menjawab panggilan tersebut.
“Kak Aruna kalian di Bali kan?”
“Iya Karin ada apa? Tolong to the poin ini sudah malam kakak ngantuk.” Aruna ikut merebahkan tubuhnya di kasur, William mendekat dan memeluk istrinya, setelah mendengar dia menyebutkan kakak, William tahu jika itu adiknya Aruna yang menghubunginya.
“Kami berniat ke Bali besok aku dan suamiku akan berbulan madu di sana, Papa ingin kami segera memberikannya cucuk.”
“Ke Balilah jika kalian ingin ke sini,” Jawab Aruna datar.
“Tapi sepertinya kakak yang lebih tahu tempat yang paling hits di sana.”