Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
***
“Saya menolaknya! Saya tidak ingin pernikahan ini terjadi, saya tidak ikhlas!”
Kirei langsung menatap sumber suara itu. Ditatapnya calon ibu mertuanya yang langsung menarik Sky yang sedang bersiap untuk mengucapkan ijab qobul.
“Kenapa, Mi?” tanya Kirei, suaranya nyaris tak terdengar karena terkejut dengan sikap Andien yang mendadak berubah.
“Saya baru saja dapat berita kalau ayahmu mendadak tidak bisa jadi wali nikah bukan karena sedang sakit! Dia saat ini sedang di penjara, bukan? Ayahmu terlibat penipuan besar, dan perusahaan ayahmu pun bangkrut! Kamu pikir bisa membodohi kami, Ha?” balas Andien dengan suara yang meninggi.
Kirei terdiam, dan dia bisa melihat para tamu undangan yang hadir berbisik-bisik sambil menatapnya lamat. “Mami dapat berita bohong itu dari mana? Papa memang sedang sakit dan saat ini sedang dirawat di Rumah Sakit yang ada di Singapura?”
“Apa? Di Singapura?” tanya Andien dengan sinis. Wanita itu langsung mengeluarkan smartphone-nya dan menunjukan potret seseorang dihadapan Kirei. “Kamu bisa lihat, bukan? Siapa ini yang memakai baju orange? Apa benar orang ini sedang sakit dan dirawat di SIngapura? Iya, ayahmu memang sakit, tapi dia sakit jiwa!”
Kirei terdiam, dia menatap potret papanya yang memang sedang memakai baju tahanan. “Ini papa?” tanyanya lirih.
“Iya! Papamu saat ini adalah seorang narapidana dan perusahaan ayahmu pun bangkrut! Keluarga kamu sengaja menjebak kami agar bisa menaikan derajat keluarga kalian! Saya tidak sudi mempunyai menantu licik dan juga besan dari keluarga penjahat! Mulai detik ini, keluarga kami tidak ada hubungan keluarga kalian!” ucap Andien menatap tajam.
“Mi… jangan termakan berita yang tidak benar, lusa kemarin papa masih dirawat di SIngapura, Kirei tidak tahu kalau papa saat ini berada di penjara, kalau memang papa itu melakukan tindak pidana pasti Kirei dan keluarga juga tahu, tapi Kirei… “
“Cukup! Saya tidak butuh penjelasan lagi karena semuanya sudah jelas!” potong Andien. “Kalian sengaja menutupinya agar pernikahan ini berjalan lancar, tapi Tuhan Maha Baik dan kebusukan kalian terbongkar sebelum Sky sah jadi suami kamu!” Wanita paruh baya itu mengedarkan pandangan ke sekeliling. “Untuk semua tamu undangan yang hadir di sini, dan juga pada Pak Penghulu, saya mninta maaf karena menyebabkan kekacauan di hari ini, dan saya mengumumkan bahwa pernikahan anak saya yang bernama Sky Wijaya Mountbatten batal! Keluarga besar Mountbatten tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan mereka!”
Kirei langsung nenatap sang kekasih yang hanya duduk dan tak banyak bicara. “Sayang, pernikahanan ini tidak batal, kan?”
Sky tak menjawabnya, pria itu diam seribu bahasa.
“Sky, kita harus cepat pergi dari sini!” tukas Andien.
Sky menurut, pria itu beranjak dari kursinya tanpa banyak bicara atau menatap sang pujaan hati yang mulai cemas.
“Sky! Bicaralah! Kamu masih menginginkan pernikahan ini, kan?” tanya Kirei, dia menahan lengan Sky dan membuat pria itu akhirnya melihat ke arahnya.
“Tidak, Kirei. Aku harus pergi,” balas Sky pelan.
“Kamu tidak mencintaiku lagi?” tanya Kirei, dia menahan air matanya.
Sky tidak menjawabnya, pria itu langsung pergi dan meninggalkan Kirei yang masih mematung. Sky meninggalkan singgasana dan juga cinta pertamanya itu.
Semua tamu undangan menatap iba pada Kirei, dan mereka pun satu per satu meninggalkan
Venue pernikahan yang berada di ballroom hotel mewah. Kirei langsung menatap Indah, mamanya yang dari tadi hanya diam. “Mama sudah tahu semuanya?” tanyanya.
Indah membisu, wanita paruh baya itu tidak bisa menjawabnya.
“Jadi Mama bohong sama aku? Mama tidak memberitahukan aku kalau papa itu bukan sakit, tapi ada di penjara? Jadi alasan kakak dan saudara lainnya mendadak batal datang bukan karena Om Seno yang sakit, tapi mereka tahu kalau papa itu dipenjara?”
Indah tidak menjawab. Dia terpaksa melakukannya karena tidak ingin menyakiti hati anak bungsunya.