icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
The Unwanted Bride

The Unwanted Bride

Suzy Wiryanty

5.0
Komentar
23.1K
Penayangan
53
Bab

Oryza Sativa Wiryawan yang masih duduk di bangku SMA dipaksa menikah oleh ibu tirinya yang ingin menguasai sendiri harta peninggalan almarhum ayah Ory. Sementara Airlangga Putra Dewangga, pria tampan mapan rupawan yang sudah berusia 34 tahun dan sangat anti dengan yang namanya komitmen pernikahan, harus terjebak menjadi suami Ory akibat dari hutang budi ibunya terhadap almarhum ibu gadis yatim piatu itu. "Buat apa kita harus capek-capek memelihara kambing jika hanya sekedar kepingin makan sate?" -Airlangga Putra Dewangga- " Kalau menurut Mas manusia itu dalam menuruti pemenuhan hawa nafsunya hanya sebatas fitrah nya saja seperti jika lapar, ya makan. Dan jika ingin melampiaskan nafsunya ya kawin. Apa bedanya Mas dengan kambing?" -Oryza Sativa Wiryawan-

Bab 1 Chapter 1

Suara bariton yang sedang mengucapkan ijab kabul diruang depan terdengar mantap dan tegas berkumandang diseantero rumah. Tidak lama kemudian, terdengar kata-kata sah dan amin yang diikuti oleh segenap kerabat Ory maupun suaminya. Ya, sekarang Oryza Sativa Wiryawan telah resmi menjadi seorang istri. Dan hebatnya lagi status itu dia dapatkan pada usia tujuh belas tahun empat belas hari. Dia bahkan masih duduk dikelas dua belas alias kelas III SMU.

Mirisnya lagi dia juga tidak tahu siapa nama suaminya dan seperti apa wajahnya. Semua ini terjadi akibat dari kelicikan ibu tirinya yang ingin melepaskan tanggung jawabnya terhadap Ory dengan cara menikahkannya secepatnya. Dan alasan utamanya tentu saja karena ingin menguasai sendiri semua harta dan aset-aset perusahaan almarhum papanya. Bayangkan, baru sebulan papanya meninggal, ibu tirinya sudah tidak sabar ingin mengusirnya dari rumahnya sendiri.

"Ory, ayo kita kebawah. Kita temui dulu suamimu. Ini kamu malah bengong disini. Ayo cepat!"

Ory meringis kesakitan saat ibu tirinya menarik paksa lengan kurusnya menuruni tangga ke lantai satu. Dengan tertatih-tatih dia berusaha mengikuti langkah panjang dan cepat ibu tirinya. Dan didepannya saat ini, ada seorang laki-laki dewasa gagah yang telah sah menjadi suaminya. Tetapi masalahnya laki-laki ini seakan enggan untuk melihat wajahnya. Saat itu juga Ory mengerti, pasti dia juga merasa terpaksa menjalani pernikahan ini. Apalagi menilik wajah pria dewasa ini, usianya pasti setidaknya dua kali lipat dari usia Ory sendiri. Pria ini bahkan lebih cocok menjadi Om nya.

"Ayo Ory, dicium dong tangan suaminya." Lagi-lagi ibu tirinya mengomeli kelemotannya. Ory segera meraih lengan suaminya dan mencium punggung tangannya dengan terpaksa. Suaminya yang bahkan tidak dia ketahui namanya hanya mencium singkat keningnya, juga tanpa mau melihat wajahnya. Ory juga sebenarnya tidak perduli dengan apapun tanggapan suaminya ini pada dirinya. Diotak cantiknya telah tersusun suatu rencana yang akan segera di realisasikannya secepatnya.

Mata bulat almond indahnya tengah mencari-cari Bik Asih,

mantan pembantu rumah tangga yang sudah dianggapnya sebagai keluarga sendiri. Bik Asih dikeluarkan oleh ibu tirinya dua tahun lalu karena dianggap sebagai antek-antek Ory, karena Bik Asih selalu melindungi Ory dari perbuatan keji ibu tirinya yang kejam dan gila harta. Padahal harta almarhum suaminya dulu malah lebih banyak dibandingkan dengan harta ayahnya. Tetapi yang namanya keserakahan itu memang lah tiada batasnya.

Sebelum papanya menikahi Wina, ibu tirinya. Bik Asih telah bekerja pada keluarga Ory dan mengasuhnya sedari bayi bersama ibu kandung Ory. Ibu kandung Ory meninggal sejak Ory berusia 10 tahun. Lima tahun kemudian papanya menikah dengan Wina yang juga sudah memiliki seorang anak laki-laki yang berusia dua puluh lima tahun yang wajahnya tidak pernah sekalipun Ory lihat. Menurut cerita mama tirinya pada ayahnya, Rendra, nama anaknya itu sedang fokus kuliah di luar negri. Dan sekarang diusianya yang ke dua puluh tujuh, dia sedang sibuk-sibuk nya mengurus perusahaan almarhum ayahnya.

Pernikahan ibu tirinya dan ayahnya hanya berlangsung selama dua tahun, karena ayahnya bulan lalu meninggal akibat kecelakaan pesawat terbang. Ory sama sekali tidak ingin menikah. Dia masih ingin menamatkan SMA nya yang sudah memasuki tahun terakhir. Dia juga ingin kuliah dan kemudian bekerja dan menjadi wanita karir yang sukses.

Tetapi tadi pagi saat dia ingin kesekolah, ibu tirinya melarangnya. Dan tidak lama kemudian ada beberapa orang perias pengantin yang langsung mendandaninya. Dan dari mereka juga lah akhirnya Ory tahu bahwa dia akan dinikahkan hari ini juga. Ibu tirinya tidak tahu bahwa Ory dan Bik Asih yang diundang Ory melalui telepon telah merencanakan sesuatu yang akan mempermalukan keluarga besar mereka.

Sementara itu disamping Ory, pria tampan mapan Airlangga Putra Dewangga, yang sekarang sudah sah menjadi suaminya sedang mencuri pandang padanya. Dewa, begitu biasa dia dipanggil, mengamuk tadi pagi saat tiba-tiba saja ibunya memintanya menikahi putri sahabatnya. Rupanya dahulu mereka pernah berjanji akan menjodohkan anak-anak mereka yaitu Dewa dan Ory. Mereka lost contact saat ayah Dewa pindah keluar negri.

Dan kini setelah bertemu kembali, mereka pun ingin kembali merealisasikan janji mereka dimasa lalu tersebut. Tapi ternyata Tuhan punya

rencana lain. Ayah Ory meninggal menyusul ibunya yang telah terlebih dulu menemui Sang Khalik dan meninggalkan Ory sendiri beserta ibu tirinya. Makanya Ibunya akhirnya memaksa Dewa untuk menikahi Ory secepatnya agar bisa menjaga dan melindunginya.

Dewa adalah pria metropolitan sejati yang tidak pernah ingin menikah. Menurutnya buat apa susah-susah menikah bila hampir seluruh populasi berjenis kelamin perempuan bisa dengan gampang dicicipinya. Mereka seolah-olah berlomba-lomba untuk mencoba menarik perhatiannya dengan berbagai cara. Jadi buat apa dia harus setia dengan satu wanita sementara dia bisa menikmati semuanya bukan?

Belum lagi hal remeh temeh seperti perhatian, rasa cemburu, dan waktu yang harus dia korbankan apabila dia memiliki seorang istri. Dia tidak siap dengan segala konsekuensi bodoh dan tidak bermanfaat seperti itu. Wanita itu fungsinya hanya buat bersenang-senang dan memuaskan kebutuhan biologisnya. Titik.

Teman-temannya pun semua rata-rata sepaham dan seideologi dengannya. Diusianya yang ketiga puluh empat, rasanya dunia sudah ada digenggaamnya. Harta, tahta, wanita. Dan semua itu sudah dia punyai sebelumnya. Makanya dia tidak membutuhkan istri lagi jika hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.

Kalau saja ibunya tidak mengancamnya untuk tidak mengakuinya sebagai anak lagi tadi pagi, mustahil dia mau menuruti keinginan absurd ibunya ini. Tapi senakal-nakal nya Dewa, ibunya tetap lah ratu yang akan dia penuhi semua keinginannya. Dewa sangat mencintai kedua orang tuanya.

Sebenarnya Dewa sangat kaget saat mengetahui bahwa istrinya ini masih anak sekolahan yang masih berusia tujuh belas tahun. Mengerti apa anak-anak seusia itu akan fungsi seorang istri? Tapi jujur saat dia memandang wajah cantik yang saat ini tengah melamun ini, kekecewaannya agak sedikit terobati. Istri kecilnya ini tampak sangat cantik dan seksi sekali. Untuk ukuran anak remaja, dadanya itu terlalu besar dan terjal. Pasti sangat nikmat untuk dicicipi. Dewa langsung menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran kotor yang merasuki kepalanya. Tapi mahkluk disampingnya ini memang sungguh cantik sekali. Dewa akui dia terpesona. Catat, hanya terpesona. Titik.

"Siapa namamu?" Dewa tidak tahan untuk tidak bersuara disamping mahkluk secantik ini.

"Oryza Sativa Wiryawan, Om." Ory menjawab takut-takut. Perasaan tadi baru saja suaminya ini ijab kabul dan menyebut namanya dengan lantang. Masa sekarang sudah lupa namanya?

"Apa? Om? Saya bukan Om kamu. Tapi suami kamu. Nama saya Airlangga Putra Dewangga. Kamu cukup memanggil saya Dewa. Mas Dewa tepatnya. Mengerti?"

"I—Iya Mas Dewa." Ory makin mengkeret ketakutan. Suaminya ini walau tampan tetapi nampak galak sekali. Ory takut. Bu Mita, ibu Dewa kemudian memanggil Dewa karena ada beberapa temannya yang datang. Ory sangat lega saat terbebas dari suaminya itu. Kemudian secara samar Ory melihat Bik Asih memberi kode kepada Ory dan Ory pun faham. Pelan-pelan Ory berpura-pura berjalan menuju toilet, tetapi sesungguhnya dia langsung saja berjalan menuju ke arah pintu belakang rumah yang diikuti oleh Bik Asih, yang sudah membawa dua koper besar berisi surat-surat berharga, buku-buku berikut pakaiannya. Mereka masing-masing memegang satu koper, dan masuk ke dalam taksi online yang sudah di pesan oleh Bik Asih sebelumnya.

Selamat tinggal semuanya!

Ory membatin. Mulai hari ini, Ory akan tinggal bersama Bik Asih yang saat ini sudah bekerja pada majikan baru yang memperlakukan Bik Asih seperti ibunya sendiri. Bik Asih mengatakan pada majikan barunya bahwa dia minta izin untuk membawa ponakannya untuk tinggal bersama sekalian membantu pekerjaan Bik Asih. Dan kabar baiknya adalah majikan barunya mengizinkan. Pantas saja Bik Asih betah dua tahun bekerja disana, rupanya dia diperlakukan dengan baik, batin Ory.

Sementara itu dikediaman Ory, semua anggota keluarga kalang kabut karena pengantin wanitanya kabur. Sedangkan Dewa langsung tersenyum sumringah karena merasa terbebas menjalani kehidupan sebagai seorang suami.

"Astaga, kabur kemana berandal cilik itu? Awas saja bila aku menemukannya. Aku ku berikan hukuman yang setimpal karena mempermalukan ku seperti ini."

Wajah Bu Wina tampak begitu berang karena merasa dipecundangi Lia.

"Mama sih, masak anak SMA disuruh kawin, ya kabur lah dia. Anak umur segitu harusnya masih sekolah dan menikmati masa -masa remajanya. Bukan disuruh melayani suami dan mengurus anak. Sementara dia sendiri juga masih anak-anak."

Rendra menanggapi dengan santai kemarahan ibunya.

"Kamu ya Rendra, selama pernikahan mama dengan Om Restu, tidak pernah sekalipun kamu muncul dirumah ini. Sekalinya muncul bukannya membantu mama, malah membuat mama makin pusing saja dengan kata-katamu itu."

Rendra cuma mengangkat bahunya tidak acuh sambil berjalan menghampiri Dewa. Rupanya Dewa adalah relasi Rendra selama ini. Cuma mereka sama-sama tidak menyangka akan dipertemukan dalam situasi seperti ini.

"Eh Ma Bro, dingin dong ntar malem ranjang lo. Secara bini lo kabur, padahal belum sampe sejam juga lo kawinin, eh ralat lo nikahin. Rugi bandar dong ya, belum sempet ena ena udah di tinggal kabur aja. Nasib lo apes bener Wa?"

Rendra ngakak sambil menepuk bahu Dewa pura-pura bersimpati. Padahal wajahnya tampak sekali menahan tawa.

"Eitss jangan salah Ren, gue sebenernya mensyukuri keadaan ini. Dengan begini berarti gue batal jadi suami. Dan itu artinya juga Gue masih bebas!!! Sebebas burung yang terbang dilangit yang bi—"

"Plakkk!! Kata siapa kamu batal jadi suami? Kamu tidak mendengar kata SAH tadi hah? Apa telingamu sudah mendadak tuli?"

Bu Mita langsung menggeplak kepala Dewa dengan kipas cantiknya.

"Yang ada sekarang kamu harus mencari Ory sampai ketemu, karena dia itu sekarang adalah istrimu yang sah. Ingat ya Wa, kamu jangan macam-macam mulai sekarang, karena kamu sudah berstatus sebagai pria beristri. Jangan bikin malu Mama."

Bu Mita langsung berlalu untuk memberikan pengertian pada tamu-tamu yang bingung karena ketidak hadiran mempelai wanita disamping Dewa. Dan dengan gaya yang meyakinkan Bu Mita mengatakan bahwa mempelai wanitanya sedang tidak enak badan dan saat ini sedang beristirahat dikamar. Untung saja mereka semua mempercayai alasannya, sehingga aib ini tidak sempat tersebar keluar.

"Wa, Ibu mau bilang, sekarang Ory bukan tanggung jawab ibu lagi sejak dia sah menjadi istrimu. Mulai saat ini apapun yang diperbuat Ory diluar sana, itu sepenuhnya tanggung jawab kamu sebagai suaminya. Tugas Saya sebagai ibu sambungnya telah selesai hari ini. Mengerti kamu Wa?"

Bu Wina tampaknya begitu tidak sabar ingin membuang Ory dalam kehidupannya. Muncul rasa iba di hati Dewa, istrinya sudahlah yatim piatu, hartanya dikuasai ibu tirinya yang bahkan tidak mau repot-repot mengganggapnya lagi sebagai bagian dari keluarganya. Miris sekali nasib istri kecilnya.

"Baik Bu. Mulai hari ini, Ory akan menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya. Ibu tidak usah khawatir, sedikitpun saya tidak ingin merepotkan ibu dengan masalah-masalah istri Saya."

Dewa sengaja menekankan kata istri untuk semakin memperjelas maksudnya.

"Baguslah, memang itu yang sangat saya harapkan." Bu Wina pun melenggang begitu saja meninggalkan Dewa.

Bu Mita cuma bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap Bu Wina.

Untung saja aku sudah menikahkan Dewa dengan Ory. Kalau tidak, bisa dipastikan Ory akan menderita lahir batin bila tinggal serumah dengan mahluk jadi-jadian seperti Bu Wina itu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Suzy Wiryanty

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku