Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
4.8
Komentar
16.3K
Penayangan
37
Bab

Hati Melani gundah gulana, pacarnya diam-diam menikahi gadis lain. Parahnya lagi, Robin tak mau melepaskan Melani begitu saja. Dalam pelariannya menghindari Robin, Melani bertemu Yudha, dosen tampan mirip Aldebaran. Tapi sayang sang dosen ganteng ini juteknya minta ampun. Siapakah yang akan bersanding dengan Melani akhirnya? Robin atau Yudha.

Bab 1 Pesan Misterius

"Tring...!

"Tring...!

" Tring...!" gawaiku berbunyi, tanda pesan WA masuk.

Ku abaikan saja, biarlah nanti kubuka. Aku baru datang dari kampung halamanku menghabiskan liburan semester.

Lelah mendera tubuh, setelah menempuh perjalanan hampir tiga jam menumpang dengan bus umum. Berdesak-desakan, berbagai aroma bercampur membuat kepalaku pusing, untung saja tidak sampai muntah di bis tadi.

Setelah meletakkan tas ransel, aku menuju kamar mandi, bermaksud melepas hajat yang kutahan dari tadi, sekalian mandi, biar terasa segar.

Usai berganti baju, kubaringkan tubuhku, di kasur busa tipis, yang tiga tahun ini menjadi teman setiaku, kamar kos ini, mungkin akan segera kutinggalkan dalam beberapa bulan lagi.

"Tring...!"

"Tring...!"

"Tring...!" Kembali gawaiku berbunyi.

[Sudah sampai kosan, Yang?] Ternyata WA dari Mas Robin, kekasihku.

[Sudah, Mas.] Send

[Maaf tadi tidak bisa jemput di terminal]

[Aku nggak jadi balik hari ini.]

[Mungkin minggu depan.]

[Kerjaanku masih banyak.] Tulisnya beruntun.

[Nggak pa pa, Mas.] balasku, send.

[Ok, kamu istirahat ya, I love you.]

Aku tersenyum membaca pesan itu, meski sepele nyatanya bisa membuatku tersenyum bahagia. Mas Robin memang seromantis itu.

Ku scrol daftar chat yang masuk, ada beberapa chat dari grup, dan satu chat dari nomor tidak kukenal.

Aku penasaran dengan nomer tak dikenal, ku zoom foto profilnya, hanya gambar bunga dan tulisan bijak "Sabarmu akan jadi penolongmu".

Aku mengernyitkan dahi saat membaca pesannya.

[Tolong jauhi suamiku.]

[Kita sama-sama wanita.]

[Jangan saling menyakiti.]

Maksudnya apa? suami siapa yang kudekati? Aneh! Ah, paling pesan nyasar, pikirku.

Dua hari berikutnya pesan dari nomor itu masuk lagi.

[Sekali lagi kumohon.]

[Tinggalkan suamiku.]

[Percayalah, dia hanya mempermainkan kamu.]

Tak mau ambil pusing, kub lokir nomor itu, salah kirim kok dua kali, ini pasti kelakuan orang iseng, tapi siapa?

Dan lagi-lagi pesan itu masuk, kali ini dari nomor berbeda, foto profil beda juga, gambarnya kitab alquran. Aku jadi penasaran siapa pengerim pesan itu, apa maksud dan tujuannya, dan siapa laki-laki yang dia sebut sebagai suaminya.

Kukirimkan screen shot pesan misterius itu pada, Mas Robin. Mungkin dia tahu siapa pemilik nomor tidak dikenal itu. Ku screenshot pesan itu, lalu mengirimnya pada Mas Robin.

[Mas, aku dapat pesan ini]

[Kenal gak?] Send

[Nggak usah diladeni]

[Paling orang iseng] Balasnya.

[Sudah aku cuekin.]

[Tapi neror terus.] Send.

[Blokir aja.]

[Sudah]

[tapi chat lagi dengan nomor lain.] Send.

[Biarin aja, kalau bosen juga berhenti sendiri.] tulis Mas Robin

[Sudah, tapi ini neror terus.] Send.

[Biar aku urus.]

[Kamu tenang aja.]

[Kalau masih neror lapor aku, Ok?]

[Siap Bosqu.] Send.

Setelah itu tak ada lagi pesan misterius dari nomor tak dikenal lagi. Mungkin Mas Robin sudah menemukan orang iseng itu dan memberi peringata. Enaknya punya pacar yang usianya lebih dewasa, bisa menyelesaikan masalah dengan bijaksana.

Perkenalkan Namaku Melani Adinta, dua puluh satu tahun, mahasiswi semester terakhir, jurusan Mipa, di Universitas Negeri Semarang, sekarang tinggal mengerjakan skripsi.

Aku memilih jurusan matematika, selain karena suka, juga karena ingin membuat matematika menjadi pelajaran yang digemari.

Aku ingin membuat image, bahwa belajar matematika itu menyenangkan. Aku ingin semua siswa menyukai pelajaran, yang selalu jadi momok oleh sebagian besar siswa itu.

Dan pacarku bernama Robin Yudanto, dua puluh tujuh tahun, mahasiswa pasca sarjana, jurusan ekonomi di Universitas yang sama. Selisih umur yang ideal kan?

Dia seorang PNS di kantor DIPENDA kota asalnya, Kendal. Dia mendapat tugas belajar dari kantor dinasnya.

Setahun terakhir ini kami menjalin cinta, rencananya dia akan menikahiku, setelah berhasil meraih gelar magister nanti.

"Aku tidak mencari pacar, Dek. tapi seorang istri, calon Ibu dari anak-anakku." ucapnya saat memintaku menjadi kekasihnya.

Aku yang memang sudah menaruh hati padanya, akhirnya menerima cintanya, dia bahkan pernah datang kerumahku, di Jepara. Berkenalan dengan kedua orang tuaku, dan memohon restu menjalin hubungan denganku.

Sikapnya yang sopan dan tutur katanya yang santun, membuat orang tuaku jatuh hati, dan merestui hubungan kami. Apalagi dia sudah punya pekerjaan tetap, membuat kedaulatan orang tuaku semakin mantap

Meskipun aku belum pernah bertemu dengan kedua orang tuanya, tapi aku yakin, Mas Robin. Berasal dari keluarga baik-baik, aku juga percaya dia laki-laki setia.

Rupanya ketenanganku tak berlangsung lama, kali ini bukan pesan misterius lagi, tapi panggilan dari nomor tak dikenal. Ragu-ragu kuterima panggilan itu.

"Halo, ini siapa?" ucapku ragu.

"Ini aku Sarah, istri sah Robin Yudanto." suara perempuan itu terdengar sengau, seperti orang habis menangis.

"Maaf, anda salah orang," sanggahku, lalu aku mengakhiri panggilan secara sepihak.

Orang gila! Mas Robin belum menikah, itu yang tertulis di kolom status KTP-nya. Gerutuku dalam hati.

[Tring...!

[Tring...!]

[Tring!] Nomor misterius itu mengirim beberapa gambar.

Air mataku luruh seketika, dadaku bergemuruh kencang, demi melihat foto yang dikirim nomor misterius itu. Foto pengantin yang mempelainya adalah Mas Robin kekasihku, dia bersanding dengan wanita lain yang tak kukenal.

Hatiku menyangkal tapi mataku menjadi saksi, sesak dadaku melihat foto yang telihat asli itu.

Ternyata begini rasanya dikhianati, sakit luar biasa. Menyaksikan gambarnya saja sudah membuatku terluka, apalagi kalau aku menyaksikannya langsung. Mungkin pingsan ditempat.

Apapun bentuk hubungannya, mau pacaran atau sudah menikah. Yang namanya penghianatan tetap menyakitkan. Apalagi selama ini aku begitu percaya bahwa Mas Robin setia, dan sudah terlanjur berharap kelak bisa bersanding di pelaminan.

Selama ini tak gelagatnya yang mencurigakan, semuanya wajar dan biasa saja. Kemarin dia bahkan menawarkan diri untuk mengantarku ke Jepara, tapi kutolak dengan alasan nanti jadi gunjingan tetangga.

Ya Allah, Mas Robin dibalik wajah lugumu, ternyata kamu penipu! Kamu sudah membohongiku! rutukku dalam hati.

Tapi tidak mungkin, Mas Robin orang baik. Sisi hatiku yang lain masih membelanya. Mungkin karena di dadaku masih ada cinta.

Kupandangi sekali lagi foto-foto pernikahan itu, dadaku semakin terasa nyeri. Apalagi foto Mas Robin menjabat tangan penghulu, membuat hatiku makin bertambah ngilu.

Mas Robin aku tolong katakan itu tidak benar, jerit batinku.

Bersambung....

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Muzdalifah Muthohar

Selebihnya

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku