Hati Melani gundah gulana, pacarnya diam-diam menikahi gadis lain. Parahnya lagi, Robin tak mau melepaskan Melani begitu saja. Dalam pelariannya menghindari Robin, Melani bertemu Yudha, dosen tampan mirip Aldebaran. Tapi sayang sang dosen ganteng ini juteknya minta ampun. Siapakah yang akan bersanding dengan Melani akhirnya? Robin atau Yudha.
"Tring...!
"Tring...!
" Tring...!" gawaiku berbunyi, tanda pesan WA masuk.
Ku abaikan saja, biarlah nanti kubuka. Aku baru datang dari kampung halamanku menghabiskan liburan semester.
Lelah mendera tubuh, setelah menempuh perjalanan hampir tiga jam menumpang dengan bus umum. Berdesak-desakan, berbagai aroma bercampur membuat kepalaku pusing, untung saja tidak sampai muntah di bis tadi.
Setelah meletakkan tas ransel, aku menuju kamar mandi, bermaksud melepas hajat yang kutahan dari tadi, sekalian mandi, biar terasa segar.
Usai berganti baju, kubaringkan tubuhku, di kasur busa tipis, yang tiga tahun ini menjadi teman setiaku, kamar kos ini, mungkin akan segera kutinggalkan dalam beberapa bulan lagi.
"Tring...!"
"Tring...!"
"Tring...!" Kembali gawaiku berbunyi.
[Sudah sampai kosan, Yang?] Ternyata WA dari Mas Robin, kekasihku.
[Sudah, Mas.] Send
[Maaf tadi tidak bisa jemput di terminal]
[Aku nggak jadi balik hari ini.]
[Mungkin minggu depan.]
[Kerjaanku masih banyak.] Tulisnya beruntun.
[Nggak pa pa, Mas.] balasku, send.
[Ok, kamu istirahat ya, I love you.]
Aku tersenyum membaca pesan itu, meski sepele nyatanya bisa membuatku tersenyum bahagia. Mas Robin memang seromantis itu.
Ku scrol daftar chat yang masuk, ada beberapa chat dari grup, dan satu chat dari nomor tidak kukenal.
Aku penasaran dengan nomer tak dikenal, ku zoom foto profilnya, hanya gambar bunga dan tulisan bijak "Sabarmu akan jadi penolongmu".
Aku mengernyitkan dahi saat membaca pesannya.
[Tolong jauhi suamiku.]
[Kita sama-sama wanita.]
[Jangan saling menyakiti.]
Maksudnya apa? suami siapa yang kudekati? Aneh! Ah, paling pesan nyasar, pikirku.
Dua hari berikutnya pesan dari nomor itu masuk lagi.
[Sekali lagi kumohon.]
[Tinggalkan suamiku.]
[Percayalah, dia hanya mempermainkan kamu.]
Tak mau ambil pusing, kub lokir nomor itu, salah kirim kok dua kali, ini pasti kelakuan orang iseng, tapi siapa?
Dan lagi-lagi pesan itu masuk, kali ini dari nomor berbeda, foto profil beda juga, gambarnya kitab alquran. Aku jadi penasaran siapa pengerim pesan itu, apa maksud dan tujuannya, dan siapa laki-laki yang dia sebut sebagai suaminya.
Kukirimkan screen shot pesan misterius itu pada, Mas Robin. Mungkin dia tahu siapa pemilik nomor tidak dikenal itu. Ku screenshot pesan itu, lalu mengirimnya pada Mas Robin.
[Mas, aku dapat pesan ini]
[Kenal gak?] Send
[Nggak usah diladeni]
[Paling orang iseng] Balasnya.
[Sudah aku cuekin.]
[Tapi neror terus.] Send.
[Blokir aja.]
[Sudah]
[tapi chat lagi dengan nomor lain.] Send.
[Biarin aja, kalau bosen juga berhenti sendiri.] tulis Mas Robin
[Sudah, tapi ini neror terus.] Send.
[Biar aku urus.]
[Kamu tenang aja.]
[Kalau masih neror lapor aku, Ok?]
[Siap Bosqu.] Send.
Setelah itu tak ada lagi pesan misterius dari nomor tak dikenal lagi. Mungkin Mas Robin sudah menemukan orang iseng itu dan memberi peringata. Enaknya punya pacar yang usianya lebih dewasa, bisa menyelesaikan masalah dengan bijaksana.
Perkenalkan Namaku Melani Adinta, dua puluh satu tahun, mahasiswi semester terakhir, jurusan Mipa, di Universitas Negeri Semarang, sekarang tinggal mengerjakan skripsi.
Aku memilih jurusan matematika, selain karena suka, juga karena ingin membuat matematika menjadi pelajaran yang digemari.
Aku ingin membuat image, bahwa belajar matematika itu menyenangkan. Aku ingin semua siswa menyukai pelajaran, yang selalu jadi momok oleh sebagian besar siswa itu.
Dan pacarku bernama Robin Yudanto, dua puluh tujuh tahun, mahasiswa pasca sarjana, jurusan ekonomi di Universitas yang sama. Selisih umur yang ideal kan?
Dia seorang PNS di kantor DIPENDA kota asalnya, Kendal. Dia mendapat tugas belajar dari kantor dinasnya.
Setahun terakhir ini kami menjalin cinta, rencananya dia akan menikahiku, setelah berhasil meraih gelar magister nanti.
"Aku tidak mencari pacar, Dek. tapi seorang istri, calon Ibu dari anak-anakku." ucapnya saat memintaku menjadi kekasihnya.
Aku yang memang sudah menaruh hati padanya, akhirnya menerima cintanya, dia bahkan pernah datang kerumahku, di Jepara. Berkenalan dengan kedua orang tuaku, dan memohon restu menjalin hubungan denganku.
Sikapnya yang sopan dan tutur katanya yang santun, membuat orang tuaku jatuh hati, dan merestui hubungan kami. Apalagi dia sudah punya pekerjaan tetap, membuat kedaulatan orang tuaku semakin mantap
Meskipun aku belum pernah bertemu dengan kedua orang tuanya, tapi aku yakin, Mas Robin. Berasal dari keluarga baik-baik, aku juga percaya dia laki-laki setia.
Rupanya ketenanganku tak berlangsung lama, kali ini bukan pesan misterius lagi, tapi panggilan dari nomor tak dikenal. Ragu-ragu kuterima panggilan itu.
"Halo, ini siapa?" ucapku ragu.
"Ini aku Sarah, istri sah Robin Yudanto." suara perempuan itu terdengar sengau, seperti orang habis menangis.
"Maaf, anda salah orang," sanggahku, lalu aku mengakhiri panggilan secara sepihak.
Orang gila! Mas Robin belum menikah, itu yang tertulis di kolom status KTP-nya. Gerutuku dalam hati.
[Tring...!
[Tring...!]
[Tring!] Nomor misterius itu mengirim beberapa gambar.
Air mataku luruh seketika, dadaku bergemuruh kencang, demi melihat foto yang dikirim nomor misterius itu. Foto pengantin yang mempelainya adalah Mas Robin kekasihku, dia bersanding dengan wanita lain yang tak kukenal.
Hatiku menyangkal tapi mataku menjadi saksi, sesak dadaku melihat foto yang telihat asli itu.
Ternyata begini rasanya dikhianati, sakit luar biasa. Menyaksikan gambarnya saja sudah membuatku terluka, apalagi kalau aku menyaksikannya langsung. Mungkin pingsan ditempat.
Apapun bentuk hubungannya, mau pacaran atau sudah menikah. Yang namanya penghianatan tetap menyakitkan. Apalagi selama ini aku begitu percaya bahwa Mas Robin setia, dan sudah terlanjur berharap kelak bisa bersanding di pelaminan.
Selama ini tak gelagatnya yang mencurigakan, semuanya wajar dan biasa saja. Kemarin dia bahkan menawarkan diri untuk mengantarku ke Jepara, tapi kutolak dengan alasan nanti jadi gunjingan tetangga.
Ya Allah, Mas Robin dibalik wajah lugumu, ternyata kamu penipu! Kamu sudah membohongiku! rutukku dalam hati.
Tapi tidak mungkin, Mas Robin orang baik. Sisi hatiku yang lain masih membelanya. Mungkin karena di dadaku masih ada cinta.
Kupandangi sekali lagi foto-foto pernikahan itu, dadaku semakin terasa nyeri. Apalagi foto Mas Robin menjabat tangan penghulu, membuat hatiku makin bertambah ngilu.
Mas Robin aku tolong katakan itu tidak benar, jerit batinku.
Bersambung....
Bab 1 Pesan Misterius
02/12/2021
Bab 2 Penjelasan
02/12/2021
Bab 3 Mantan Calon Ibu Mertua.
02/12/2021
Bab 4 Bertemu Sarah
02/12/2021
Bab 5 Pak Dosen Menagih Janji
02/12/2021
Bab 6 Robin Lagi.
03/12/2021
Bab 7 Pacar Pura-pura
03/12/2021
Bab 8 Jadi Bahan Gosip
03/12/2021
Bab 9 Akhirnya di-ACC juga
04/12/2021
Bab 10 Cinta Pada Pandangan Pertama
04/12/2021
Bab 11 Nyicil Hutang
04/12/2021
Bab 12 Cemburu
04/12/2021
Bab 13 Lebih Baik Mundur
04/12/2021
Bab 14 Putus
04/12/2021
Bab 15 Wisuda
04/12/2021
Bab 16 Konspirasi
04/12/2021
Bab 17 Konspirasi 2
05/12/2021
Bab 18 Rencana Menikah
05/12/2021
Bab 19 Ardia
06/12/2021
Bab 20 Mama Angkat bicara
06/12/2021
Bab 21 Ardia berulah
06/12/2021
Bab 22 Yudha Pusing
06/12/2021
Bab 23 Sebuah Pengakuan
06/12/2021
Bab 24 Ijab Kabul
06/12/2021
Bab 25 Eleya
06/12/2021
Bab 26 Kemarahan Berujung Petaka
07/12/2021
Bab 27 Demi Eleya
07/12/2021
Bab 28 Permintaan Ardia
07/12/2021
Bab 29 Dia Bukan Anakku
07/12/2021
Bab 30 Sepuluh Tahun Kemudian
07/12/2021
Bab 31 Yudha Ngambek
09/12/2021
Bab 32 Damai
10/12/2021
Bab 33 Kamu Jual Aku Beli
11/12/2021
Bab 34 Ketemu Ular Keket
12/12/2021
Bab 35 Pertemuan Delapan Mata
13/12/2021
Bab 36 Bahagia
14/12/2021
Bab 37 Ending
15/12/2021
Buku lain oleh Muzdalifah Muthohar
Selebihnya