Ryan Bagaskara bertemu Kanaya Putri Soemardi ketika malam pergantian tahun di Club malam miliknya. Kejadian yang tak diduga menimpa keduanya. Kanaya memuntahi baju Ryan secara tak sengaja! Alih-alih memarahinya, Ryan justru terpikat pada pesona kecantikan Kanaya saat itu juga. Cinta pada pandangan pertama itulah sebutannya. Nahas, kisah keduanya justru tak seindah yang dibayangkan. Sebab Ryan harus berjuang melawan restu ayah Kanaya yang akan menjodohkan Kanaya dengan Gilang Witjaksono, anak dari seorang pejabat negara yang ternyata masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan Ryan.
Selama 25 tahun hidup, baru kali ini Kanaya menjajakan kakinya di dunia malam. Ia benar-benar merasa bebas, seolah dirinya yang selama ini terkurung dalam sangkar akhirnya bisa menghirup udara segar. Gemerlap lampu warna-warni dan ingar bingar suasana club menambah kemeriahan malam pergantian tahun baru di The Exclusive, beach club ternama di Pulau Dewata. Malam itu Kanaya dan para sahabatnya yang sedang berlibur di Bali menghabiskan malam terakhir mereka dengan habis-habisan. Gelas mereka tidak pernah dibiarkan kosong dan terus diisi dengan alkohol.
Minum alkohol juga salah satu pengalaman pertama Kanaya. Maka tidak heran jika toleransinya terhadap alkohol sangat rendah, berbeda dengan teman-temannya yang lain.
Bersamaan dengan orang-orang yang sedang menghitung mundur pergantian malam tahun baru, Kanaya merasakan perutnya bergejolak. Ia lantas beranjak dan lari mencari toilet sebelum dirinya memuntahkan isi perut dan menjadi tontonan banyak orang.
Di lain sisi, lelaki berkaos putih dan celana jeans hitam dengan kedua lengan tangannya yang dipenuhi tato melakukan cheers bersama kawan-kawannya yang berada di sofa VVIP. Dia adalah Ryan Bagaskara, pemilik dari The Exclusive, beach club yang letaknya berada di atas tebing 100 meter dari permukaan laut. The Exclusive merupakan beach club pilihan favorit bagi wisatawan mancanegara maupun domestik, selain karena namanya sedang hits, view yang ditawarkan juga begitu menjanjikan, apalagi ketika sore hari pengunjung dapat menikmati pemandangan laut dan matahari yang terbenam dari ufuk barat. Bahkan pesohor luar negeri dan lokal menjadikannya pilihan utama mereka sebagai tempat menghamburkan uang. Di berbagai kesempatan, tak jarang DJ-DJ internasional mengisi acara di club tersebut. Ryan memulai bisnis tersebut sejak lima tahun yang lalu bersama dengan Alex, sahabatnya. Hingga saat ini, sudah ada dua cabang yang aktif beroperasi dan tidak pernah sepi setiap harinya, yaitu berlokasi di Surabaya dan Jakarta.
Malam itu terasa begitu menyenangkan untuk semua orang, ditambah euforianya juga sangat meriah. Kembang api yang bertebaran di langit, musik DJ yang menggema kencang, serta teriakan meriah orang-orang. Semuanya bergabung menjadi satu.
Tapi, jangan lupakan Kanaya. Perempuan yang tengah berjuang menahan rasa mualnya, ditambah lagi melihat antrean toilet wanita yang begitu panjang hingga luar. Kanaya hampir tidak berdaya, ia berjalan sempoyongan untuk mencari tempat bersandar, tapi nahasnya, dia justru menabrak seorang lelaki yang baru saja keluar dari toilet pria. Di sanalah semuanya berawal.
Kanaya yang tak mampu lagi menahan gejolak diperutnya, tidak sengaja memuntahi kaos lelaki yang ditabraknya dan ia terkulai lemas di dada bidang lelaki itu.
"Oh shh-"
Sayup-sayup Kanaya bisa mendengar lelaki itu menahan umpatannya yang tak usai. Tubuh Kanaya pun kembali tegak, kesadarannya seolah langsung kembali dan ketika melihat kaos putih lelaki di hadapannya ternoda karena muntahannya, mata Kanaya melotot dan bibirnya terperangah.
Kanaya tak berani menatap wajah lelaki itu, ia hanya menunduk memandang kedua tangan lelaki tersebut yang penuh tato sedang memegang ujung kaosnya.
"So-sorry ... gue ...." Kanaya gagap karena rasa takutnya, apalagi penampilan lelaki itu menyeramkan. Meski belum melihat wajahnya, Kanaya yakin, pasti lelaki itu seperti preman dan kini sedang memelototinya dengan tajam.
"Lo baik-baik aja?"
Alis Kanaya tersentak. Suara lelaki itu terdengar berat dan sedikit serak, tapi nada bicara terdengar lembut di telinga Kanaya. Perlahan Kanaya memberanikan diri untuk menatapnya. Pelan-pelan fokusnya bergerak dan sampailah ia pada wajah tampan pria di hadapannya. Bentuk wajahnya oval, hidungnya mancung, ia memiliki alis hitam tebal. Matanya tajam bagaikan elang, namun ketika tatapannya bertemu dengan Kanaya, sorotnya terlihat lembut.
Kanaya mengerjap saat menyadari ia terlalu lama mengagumi lelaki di hadapannya. Pikirannya sontak panik mengingat apa yang sudah ia lakukan.
"Maaf. Gue bener-bener minta maaf. Aduh. Sumpah gue nggak sengaja. Tadi di toilet cewek ngantri dan penuh sampe gue nggak bisa masuk, tadinya gue mau cari tempat lain tapi malah keburu ...." Kanaya memandang miris kaos lelaki itu.
"Hey it's okay, tenang ... tarik nafas ...." lelaki itu memandu Kanaya untuk menarik napas dan menghembuskannya perlahan.
"Terus gimana kaos lo?" Kanaya merasa sangat bersalah.
Melihat ekspresi Kanaya yang hampir menangis, lelaki itu justru tergelitik, garis senyum yang ia miliki membuatnya semakin terlihat manis.
***
Di dalam dressing room, Kanaya mengedarkan pandangannya. Ia tidak tahu bagaimana lelaki itu bisa mengetahui tempat ini dan masuk begitu saja. Pikir Kanaya, mungkin dia memang sudah sering datang ke beach club ini, sampai-sampai dia hafal letak dressing room. Tak lama kemudian, lelaki itu kembali muncul, dia sudah berganti menggunakan kaos hitam polos, membuat penampilannya makin tampan berkali-kali lipat.
Aduhh Kanaya! Tolong fokus dong!
"Nih." Lelaki itu memberikan botol air mineral.
"Makasih. Baju lo yang tadi mana? Biar gue aja yang laundry-in."
Ia menggeleng. "Nevermind."
Kanaya mendesah pelan, ia menunduk. Masih ada rasa tak enak di hatinya. Sungguh, dia benar-benar memalukan. Pengalaman pertamanya minum alkohol justru membawa bencana. Bukan hanya untuk dirinya, tapi juga orang lain. Beruntungnya orang tersebut tidak langsung memarahi Kanaya di depan umum.
"Maaf ya ... gue bener-bener ceroboh banget."
Laki-laki itu terkekeh, ia mengambil botol air mineral yang Kanaya pegang, membukakan penutupnya, lalu kembali memberikannya pada Kanaya.
"Nama lo siapa?" Tanya lelaki itu.
Hampir saja lupa. Usai menenggak air mineralnya. Kanaya lantas menatap lelaki itu dan mengulurkan tangannya.
"Kanaya. Nama gue Kanaya."
"Gue Ryan." Mereka melepaskan jabatan tangan. "Lo baru pertama kali ke sini?"
Kanaya mengangguk. "Pertama dan mungkin terakhir kali."
Alis Ryan mengerut, perkataan Kanaya seolah memunculkan pertanyaan besar di benaknya. "Why?"
"Gue sama temen-temen gue cuma liburan di sini dan besok udah harus balik."
Baru mengerti, Ryan pun mengangguk-angguk.
"Boleh pinjem hp lo?"
Terdiam sesaat. Ryan lantas merogoh saku celananya dan memberikan ponselnya kepada Kanaya. Ia melihat wanita itu mengetik sesuatu, lalu mengembalikannya.
"Itu nomor hp gue. Nanti tolong kabarin ya, berapa biaya laundry-nya?"
Ryan menatapnya sejenak. Ia tersenyum tipis lalu mengangguk samar.
"Kalo gitu, gue duluan. Takut temen-gemen gue nyariin." Kanaya lantas beranjak pergi dan ketika sudah di luar ia berhenti sejenak untuk menenangkan ritme napasnya. Bisa-bisanya ada lelaki semenarik itu dan berhasil membuat detak jantungnya tak karuan di pertemuan pertama.
Sementara itu, masih di dalam dressing room, Ryan memandang ponselnya yang masih menampilkan nomor Kanaya. Ia tanpa sadar tersenyum tipis membayangkan wajah Kanaya. Baru kali ini dirinya bertemu perempuan seperti Kanaya. Dia cantik, namun kecantikan Kanaya berbeda dari perempuan-perempuan lain yang sering dilihatnya. Kanaya memiliki kecantikkan alami dan kepolosan dalam dirinya.
***
"Nay!! Lo ke mana aja sih?! Gue muter-muter nyariin tau nggak?!" Thea, sahabat Kanaya terlihat begitu panik.
"Sorry, sorry. Tadi gue ke toilet terus ada sedikit insiden."
"Insiden apa?"
"Nanti aja gue ceritain."
"Haduh ... gue udah khawatir banget tau nggak? Takut lo dibungkus om-om! Bisa berabe gue nanti di-dor sama bokap lo."
Kanaya tergelak. Ia pun menggandeng Thea dan mereka melangkah kembali ke tempatnya.
Untungnya yang Kanaya temui malam ini bukanlah om-om hidung belang yang hanya mencari kesenangan semalam. Justru ia adalah lelaki berperawakan tinggi, tampan, dengan tutur kata lembut sangat kontras dengan penampilannya yang terlihat seperti gangster.
Bab 1 Part 1: Awal Pertemuan
14/09/2024
Bab 2 Part 2: Kebodohan
14/09/2024
Bab 3 Part 3: Undangan
14/09/2024
Bab 4 Part 4: The Boss
14/09/2024
Bab 5 Part 5: Mutual
14/09/2024
Bab 6 Part 6: Tidak Bisa Jauh
14/09/2024
Bab 7 Part 7: Pengakuan
14/09/2024
Bab 8 Part 8: Penerimaan
14/09/2024
Bab 9 Part 9: Dimabuk Cinta
14/09/2024
Bab 10 Part 10: Tentang Kanaya
14/09/2024
Bab 11 Part 11: Awal Mula
04/10/2024
Bab 12 Part 12: Ciuman Pertama
04/10/2024
Bab 13 Part 13: Perdebatan
04/10/2024
Bab 14 Part 14: Malam Bersama Ryan
04/10/2024
Bab 15 Part 15: Bertemu Ibu
04/10/2024
Bab 16 Part 16: Perjodohan
04/10/2024
Bab 17 Part 17: Meyakinkan Ibu
23/10/2024
Bab 18 Part 18: Penolakan atau Peringatan
23/10/2024
Bab 19 Part 19: Rencana Gila
23/10/2024
Bab 20 Part 20: Rasa Bersalah
24/10/2024
Bab 21 Part 21: Bertemu Mamah Jena
24/10/2024
Bab 22 Part 22: Undangan
24/10/2024
Bab 23 Part 23: Ryan dan Keluarga Kanaya
25/10/2024
Bab 24 Part 24: Negosiasi
25/10/2024
Bab 25 Part 25: Insiden
25/10/2024
Bab 26 Part 26: Janji Makan Malam
25/10/2024
Bab 27 Part 27: Reuni Mantan
27/10/2024
Bab 28 Part 28: Mempertahankan Hubungan
27/10/2024
Bab 29 Part 29: Ryan dan Gilang
27/10/2024
Bab 30 Part 30: Birthday Gift
27/10/2024
Bab 31 Part 31: Mimpi yang Aneh
27/10/2024
Bab 32 Part 32: Pengeroyokan
27/10/2024
Bab 33 Part 33: Fakta yang Menyakitkan
27/10/2024
Bab 34 Part 34: Tentang Ryan
27/10/2024
Bab 35 Part 35: Ledakan Amarah
27/10/2024
Bab 36 Part 36: Perubahan Rencana
29/10/2024
Bab 37 Part 37: Meninggalkan Rumah
31/10/2024
Bab 38 Part 38: Kisah di Masa Lalu
02/11/2024
Bab 39 Part 39: Kejutan
02/11/2024
Bab 40 Part 40: Jebakan
02/11/2024