Lovers
p udara segar. Gemerlap lampu warna-warni dan ingar bingar suasana club menambah kemeriahan malam pergantian tahun baru di The Exclusive, beach club ternama di Pulau Dewata. Malam itu K
a. Maka tidak heran jika toleransinya terhadap alkohol
n baru, Kanaya merasakan perutnya bergejolak. Ia lantas beranjak dan lari mencar
ub pilihan favorit bagi wisatawan mancanegara maupun domestik, selain karena namanya sedang hits, view yang ditawarkan juga begitu menjanjikan, apalagi ketika sore hari pengunjung dapat menikmati pemandangan laut dan matahari yang terbenam dari ufuk barat. Bahkan pesohor luar negeri dan lokal menjadikannya pilihan utama mereka sebagai t
ga sangat meriah. Kembang api yang bertebaran di langit, musik DJ yang menggem
anita yang begitu panjang hingga luar. Kanaya hampir tidak berdaya, ia berjalan sempoyongan untuk mencari tempat bersand
a, tidak sengaja memuntahi kaos lelaki yang ditabrak
sh
a pun kembali tegak, kesadarannya seolah langsung kembali dan ketika melihat kaos putih le
nya menunduk memandang kedua tangan lelaki terseb
ilan lelaki itu menyeramkan. Meski belum melihat wajahnya, Kanaya yakin,
ik-bai
mberanikan diri untuk menatapnya. Pelan-pelan fokusnya bergerak dan sampailah ia pada wajah tampan pria di hadapannya. Bentuk wajahnya oval, hidun
a mengagumi lelaki di hadapannya. Pikirannya s
oilet cewek ngantri dan penuh sampe gue nggak bisa masuk, tadinya gue mau ca
..." lelaki itu memandu Kanaya untuk men
lo?" Kanaya meras
lelaki itu justru tergelitik, garis senyum yan
*
saja. Pikir Kanaya, mungkin dia memang sudah sering datang ke beach club ini, sampai-sampai dia hafal letak dressing room. Tak lama kemu
ya! Tolong
tu memberikan b
g tadi mana? Biar gue
leng. "Ne
memalukan. Pengalaman pertamanya minum alkohol justru membawa bencana. Bukan hanya untuk diriny
e bener-bener c
r mineral yang Kanaya pegang, membukakan penu
apa?" Tanya
mineralnya. Kanaya lantas menatap l
Nama gu
skan jabatan tangan. "Lo
"Pertama dan mung
Kanaya seolah memunculkan pert
cuma liburan di sini dan
Ryan pun meng
pinjem
dan memberikan ponselnya kepada Kanaya. Ia melihat
i tolong kabarin ya, be
k. Ia tersenyum tipis
etika sudah di luar ia berhenti sejenak untuk menenangkan ritme napasnya. Bisa-bisanya ada
nyum tipis membayangkan wajah Kanaya. Baru kali ini dirinya bertemu perempuan seperti Kanaya. Dia cantik, namun kecantikan Kana
*
r-muter nyariin tau nggak?!" Thea, s
gue ke toilet terus
iden
ja gue c
nggak? Takut lo dibungkus om-om! Bisa
ggandeng Thea dan mereka me
ri kesenangan semalam. Justru ia adalah lelaki berperawakan tinggi, tampan, dengan