Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
LINDA, Setelah 7 Bulan

LINDA, Setelah 7 Bulan

Fajar Merona

5.0
Komentar
1.4K
Penayangan
8
Bab

"Good, kamu juga bisa mengelaborasi tugas itu, yang penting misi utama tidak terabaikan. Ingat kita hanya waktu maksimal tujuh bulan!" "Siap komandan!" "Kamu mesti tahu bahwa Madam Elva tidak sembarangan ngambil anak buah. Dia bukan germo kelas bawah yang menipu anak gadis di kampung buat dijual di kota. Ya, mungkin dia pernah atau masih juga begitu sih, dengar-dengar jaringannya menyediakan buat semua pangsa pasar." Nikita masih terdiam menyimak. "Itu nanti kamu cari tahu saja. Yang jelas banyak anak buahnya itu high class, dan punya profesi utama bukan hanya sebagai pelacur: Ada yang masih mahasiswi, wartawan, sekretaris, perawat, atau malah istri orang yang diabaikan suaminya. Kamu bisa paham kan tipe seperti apa orang-orang yang bekerja sama dengan kamu nantinya." Kompol Rudy menambahkan,

Bab 1 Penyamaran Birahi, 1

"Bagaimana kabarnya Dianty?" tanya seorang wanita pada seorang lelaki bertubuh tegap yang berdiri di sampingnya.

"Aman terkendali. Rencana bulan ini akan melaksanakan tugas khusus di kantor Tuan Richard," jawab sang lelaki sambil membungkukkan badan hingga wajahnya sejajar dengan wajah wanita itu. Agar bisa mendengar dengan jelas pertanyaan-pertanyaan selanjutnya.

"Good. Itu wanita yang harus aku kenal?" tanya wanita itu sambil menunjuk seorang wanita muda.

"Yes, namanya Linda. Terakhir bekerja sebagai sekretaris di perusahaan tambang batu bara."

"Lalu apa alasan dia keluar?" Wanita itu bertanya lagi diantara dentuman musik yang semakin menggema.

"Boss yang memeliharanya keluar dari perusahaan, pindah ke luar negeri bersama keluarganya. Sementara Linda bukan favorit di perusahaan itu, banyak yang cemburu karena kedekatannya dengan sang boss yang memang jadi rebutan banyak wanita, terutama karyawan di sana." Lelaki itu bicara cukup keras namun terdengar seperti berbisik.

"Jadi sekarang si Linda itu sedang melampiaskan kekesalannya?" gumam waita itu.

"Lebih tepatnya mencari sumber pemasukan baru keuangannya," balas lelaki berambut cepak itu, mantap.

"Dia tidak mendapat apa-apa dari boss yang memeliharanya?" selidik wanita itu sedikit mendongak menatap wajah sang lelaki.

"Sepertinya hubungan mereka baru dimulai waktu si Boss itu memutuskan berhenti dan pindah ke Singapore bersama keluarganya. Dan si Linda ini, mulai kesulitan keuangan untuk menopang gaya hidup yang sudah terlanjur glamor akibat jadi simpanan Boss itu," terangnya lebih terperinci.

"Apakah infomu bisa dipercaya, Rasmon?" tanya wanita berjuluk Madam Elva itu untuk lebih memastikan.

Lelaki yang dipanggil Rasmon itu pun mengangguk pasti. "Seseorang yang ditaruh di sana, telah memastikannya."

"Linda ini mau jadi bagian kita?" tanya Madam Elva sambil menatap kedua mata Rasmon dalam cahaya remang.

"Tadi siang dia mengatakan itu," jawab Rasmon sambil mengangguk-angguk.

"Sudah kamu coba?"

"Belum. Mungkin nanti seseroang akan lebih dulu mencobanya."

"Sempurna!"

Rasmon lantas melangkah ke belakang, memantau dari kejauhan. Sementara Madam Elva bangkit dari duduknya, mendekati Linda yang duduk di depan bar. Sedangkan Linda sama sekali tidak kenal, dan tidak tertarik dengan kehadiran Madam Elva yang sekarang duduk di sampingnya.

"Vodka Double on rocks," pesan Madam Elva, lalu dia duduk berbalik ke arah kerumunan, wajahnya cerah ketika dia melihat seorang pria berumur yang datang menghampirinya.

"Hi, Elva, how are you doing?" sapa seorang pria berumur lima puluh, kepada Madam Elva sambil keduanya bercium pipi kiri dan kanan.

"Fine. Lama kita tak tidak jumpa, Rudolf," balas Madam Elva, mempersilakan Rudolf berdiri di antara dirinya dan Linda.

Linda sedikit beringsut memberi tempat pada Rudolf. Pria dengan wajah biasa saja dan berperut sedikit tambun itu kemudian memesan minuman untuk dirinya. Sesekali Linda mengerlingkan matanya pada kedua orang yang bercengkrama di dekatnya. Antara sedikit terganggu dan tak peduli. Namun dia sudah menduga-duga jika wanita inilah yang bernama Madam Elva, seperti yang diceritakan Rasmon kepadanya.

"Ah, Rudolf perkenalkan ini temanku," kata Madam Elva sambil menegakkan punggungnya dan melihat ke arah Linda.

Linda tertegun, dia tak menyangka wanita yang diduganya Madam Elva itu memperkenalkan dirinya pada Rudolf, bagai seorang kawan lama. Namun Linda tak mau dianggap tidak sopan hingga dia pun menyambut uluran tangan Rudolf.

"Linda," jawabnya singkat.

"Nama yang sangat cantik dan aku menyukainya," balas Rudolf.

"Secantik orangnya bukan?" sambung Madam Elva makin sok akrab.

Linda sedikit jengah, Madam Elva mempelakukan dirinya bagai seonggok daging tanpa perasaan yang bisa dilempar begitu saja. Namun Linda tak bergerak untuk melempar minumannya, menampar wanita itu atau hal lainnya. Dia hanya berdiam diri. Linda merasa kalau wanita itu sudah mendapat info tentang permasalahan keuangannya dari Rasmon, orang kepercayaannya.

Memang demikian skenario cerita hidup Linda. Ketika seorang boss memelihara dirinya, Dia tidak pernah merasa kekurangan. Namun setelah lelaki itu pergi, gaji sebagai seorang sekretaris ternyata jauh dari mencukupi gaya hidupnya yang sudah terlanjur berubah.

"Namun, bersediakah Nona Linda yang cantik ini menemaniku untuk membuat malamku yang suram menjadi cerah?" tanya Rudolf pada Madam Elva, sambil matanya erat menatap Linda.

Madam Elva pun menatap ke arah Linda yang ternyata lengan halus gadis itu sudah mulai menyentuh dagu Rudolf, mengusap pipi lelaki setengah baya itu, lalu ke belakang kepalanya, menariknya halus. Madam Elva pun tersenyum saat melihat Linda berfrench kiss dengan Rudolf, lelaki buncit yang baru dikenalkannya. Madam Elva sangat yakin, Rasmon telah mengkondisikannya.

"Simpai jumpa nanti, Elva," kata Rudolf sambil menggamit pinggang Linda setelah sebelumnya meletakkan beberapa lembar uang ratusan ribu sebagai pembayar minuman dan tip untuk Findan, sang bartender yang tersenyum lebar.

Linda mengikuti Rudolf masuk ke dalam kamar hotel. Rudolf langsung memeluk Linda dari belakang lalu menciumi tengkuknya dan lehernya. Lelaki pengusaha minyak tawon itu berbalik, tangannya meremasi payudara sekal Linda, pahanya, pinggulnya, dan bermain nakal di selangkangannya. Sambil keduanya menghentak lepas sepatu yang mereka kenakan masing-masing.

Linda mengetahui nafsu pria setengah baya itu mulai menggelegak. Dan dia tahu kalau Rudolf tak mau menunggu lebih lama, beruntung karena Linda memang belum bisa melakukan trick para pelacur. Kenyataannya Linda memang tak membutuhkan waktu lama untuk itu. Dia hanya membiarkan Rudolf mengangkat backless nightdress yang dikenakannya sementara dia melepaskan kemeja harum dari tubuh Rudolf.

Linda membiarkan sang lelaki yang baru ditemuinya malam itu merenggut bra dan underwearnya, sementara dia juga melepaskan gesper, lalu meloloskan celana tiga perempat yang digunakan Rudolf. Kemudian bersimpuh di depan selangkangan sang bandot. Lantas dengan giginya dia menurunkan celana dalam sang tamu, kemudian merasakan remasan di kepala dan rambutnya seiring makin masuknya batang kejantanan itu hingga kerongkongannya.

Sepuluh menit kemudian.

Linda menghembuskan asap rokoknya sambil berdiri di balkon hotel mewah itu, berbalut sprai yang menutupi ketelanjangan tubuhnya. Memandang ke arah gelap malam, ke arah lampu-lampu yang menunjukkan kalau Jakarta belum lagi terlelap. Lalu dia masuk ke dalam dan mengenakan kembali pakaiannya sambil merapikan seadanya.

Setelah mengambil uang yang memang ditujukan sebagai tip atas pelayanannya yang membuat Rudolf tertidur dengan tenang dan seulas senyum kepuasan tersungging di bibir keriputnya. Linda beranjak, perlahan. Menutup pintu kamar hotel itu dan melangkah sedikit terhuyung di koridor menuju lift. Linda mengambil ponselnya dan mengirim sebuah pesan pada sebuah nomor.

Linda tak memperdulikan pandangan mesum, melecehkan dan bernafsu para security, cleaning service dan beberapa pekerja hotel lainnya. Toh kenyataannya dia kini memang telah resmi menjadi wanita pemuas lelaki. Linda terus berjalan keluar dari lobi dan menuju ke arah gerbang di mana taksi biasanya berkumpul. Namun belum lama dia berjalan sebuah sedan mewah berhenti di sampingnya.

Linda menengok arah kursi belakang, dan dia melihat wanita yang telah menjual dirinya duduk dengan anggun di sana. Linda lalu membuka pintu dan masuk, kemudian duduk di sebelah Madam Elva. Mobil yang dikendarai Rasmon pun kembali melaju menuju tempat yang disebutkan Linda.

Linda merasa sangat lelah. Dia pun lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Madam Elva yang mengusap lembut kepalanya, seakan ingin menghiburnya. Madam Elva dapat merasakan kelelahan mental dan beban moral yang dialami Linda, sebagaimana yang dialami dirinya dahulu ketika pertama kali menjual tubuhnya kepada lelaki brengsek. Namun itulah harga yang harus dibayar para wanita untuk memenuhi kehidupan mewah yang dijalaninya.

Di depan gerbang sebuah kost-kostan mewah, mobil Rasmon berhenti. Madam Elva meminta nomor ponsel Linda, mengetikkan nomornya dan menyerahkannya kembali pada Linda. Gadis itu lalu melangkah ke luar kendaraan, dan dengan tanpa menoleh ke belakang Linda masuk ke dalam kost-kostannya.

Sepanjang perjalanannya menuju kamarnya, sayup-sayup terdengar deru persetubuhan dari beberapa kamar, erangan lirih, dengus napas yang memburu dan desah kepuasan. Linda mencoba menulikan telinganya dan masuk ke dalam kamar mewahnya

Linda melempar dompetnya sembarangan, lalu memandang ke arah cermin. Memandang wajahnya, maskaranya yang sedikit luntur. Emosinya menggelegak, lalu merobek nightgownnya merenggut putus bra dan panty yang dikenakannya.

Dengan terisak Linda masuk ke dalam shower, lalu mengambil bodyscrub. Dengan berurai air mata, dia berusaha menyikat tubuhnya dengan keras, mencoba menghilangkan aroma bandot tua dari tubuhnya. Linda terus terisak, bersandar pada dinding kamar mandi, lalu menggelosor ke lantai dingin. Lantas menaikkan kedua lututnya rapat ke dada dan menangis sejadinya.

"Ya, Tuhan. Siapa sebenarnya diriku ini? Mengapa harus ada tugas seperti ini?" tanyanya sambil tersedu-sedu.

^*^

Terima kasih sudah mampir dalam 'LINDA, SETELAH 7 BULAN' lanjutkan!

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Fajar Merona

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku