Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
994
Penayangan
14
Bab

Setelah Amanda Santika dikhianati oleh pacarnya, dia merasa sakit hati ketika dia tahu pacarnya telah menjebaknya. Kemudian, dia menggunakan kalung berlian sebagai modal untuk kembali ke kampung halamannya dan mulai untuk bertani dan berkebun. Dengan keahliannya, dia menanam di bidang pertanian dan menanam dibidang perkebunan lalu menjual hasil bumi yang ditanamnya. Setelah itu, dia membangun kerajaan pertaniannya hingga besar. Suatu hari, di sebuah desa tempat Amanda Santika tinggal... Seorang anak kecil yang lucu mencoba yang terbaik untuk bergerak berjalan sendiri. Ketika dia akhirnya berhasil mengangkat kepalanya, dia menegakkan tubuh. Mata hitam bulatnya yang besar dan indah sedikit menyipit, dan dia bertanya kepada seorang pria dengan rasa penasaran, "Paman siapa? Mengapa paman sangat mirip denganku?" Seorang pria menatap ke arah anak lucu yang tampak persis seperti dia ketika dia masih kecil. Pria itu bertubuh tinggi, tampan, dan memancarkan aura yang menawan. Dia menyipitkan matanya juga dan bertanya dengan dingin, "Kenapa kamu bertanya demikian?" Dalam hati si Pria, dia mencoba menebak siapa wanita yang berani menelantarkan anak ini. Balita kecil yang lucu ini datang dan memegang tangan si Pria. Dengan tatapan penuh kerinduan, dia berkata, "Paman, aku tersesat. Bisakah kamu mengantarku pulang?" Saat pria itu memegang tangan anak kecil itu dan membawanya ke sebuah rumah pertanian ada kejadian yang tidak terduga, dia mendengar suara gembira anak kecil itu. "Ibu, kamu bisa menikah sekarang! Akhirnya aku menemukan pria yang mirip denganku!" Semua orang terkejut mendengarnya.

Bab 1 Transmigrasi Ke Masa Lalu

Amanda Santika tidak dapat mempercayai matanya sendiri. Dia melihat seorang mayat yang tergeletak sudah dibungkus dengan kain kafan tak bernyawa di hadapannya adalah Raka putranya sendiri.

"Tidak... Raka... Ini ibu, Nak. Ibu sudah kembali!" teriak Amanda Santika bersimpuh di sisi ranjang rumah sakit dan menutupi wajahnya saat dia menangis!

Suara tangisannya dipenuhi rasa tidak percaya, putus asa, dan rasa bersalah yang luar biasa. Hanya dalam waktu lima tahun telah berlalu sejak anaknya dilahirkan. Amanda Santika jarang memikirkan putranya, selain melihatnya ketika anaknya lahir.

Itu adalah sebuah tamparan yang keras di dalam hidupnya yang tidak pernah memperhatikan putranya.

"Ibu! Tenanglah kakak sudah ada di sini," ucap seorang pria muda tersentak kaget menghampiri wanita yang sudah cukup tua dan Amanda Santika.

Kemudian, seorang wanita yang sudah cukup tua memarahi Amanda Santika dengan berkata, "Apakah yang kamu tahu hanyalah menangis? Amanda Santika! Apa gunanya menangis sekarang? Pernahkah kamu peduli pada anakmu Raka setelah dia lahir? Di mana kamu saat itu? Dia menangis karena kerinduan akan sosok ibu. Di mana kamu saat dia belajar berjalan dan terjatuh?"

Wanita yang sudah cukup tua itu berhenti sejenak karena tidak kuat menahan rasa sakit dihatinya.

"Dalam lima tahun terakhir, tahukah kamu betapa Raka sangat merindukanmu? Betapa dia sangat merindukan ibunya? Tapi kamu bahkan tidak punya waktu untuk memeluknya dan mengajaknya untuk bermain!" ucap wanita tua itu dengan berderai air mata.

Wanita itu diliputi emosi, dan dia menangis secara tersedu-sedu. Dia meratap dan memarahi Amanda Santika dengan berkata, "Kasihan Raka, cucuku yang telah kamu sia-siakan. Bagaimana kamu bisa meninggalkan anakmu dan nenekmu begitu saja? Di mana hati nuranimu, Amanda Santika?"

Kemudian dia menunjuk ke arah Amanda Santika dan terus mengkritiknya, "Kamu telah gagal total sebagai seorang ibu. Kamu tidak peduli dengan Raka setelah dia lahir. Kamu adalah ibu yang jahat! Ketika anakmu membutuhkan kasih sayang. Sekarang kamu hanya bisa menangis sepuasnya di hari kematiannya."

Pria muda itu adalah Salman yang merupakan adik laki-laki dari Amanda Santika, dia juga terlihat sedih tersedu-sedu. Dia mencoba membujuk ibunya dengan berkata, "Bu, Ibu harus tenang, ya. Ditambah lagi, kakak Amanda Santika sudah merasa sangat bersalah dan sedih atas kepergian Raka."

Sakit hati muncul di mata wanita tua itu lalu menegur Amanda Santika dengan berkata, "Apa? Kamu membelanya dia yang seolah-olah dia merasa bersalah! Yang bisa aku lihat hanyalah betapa busuknya dia!"

Salman tidak tahu bagaimana menghibur saudaranya yang sedang sedih, dia juga tidak tahu bagaimana menghibur ibunya yang sedang marah. Dia hanya bisa menghela nafas dan berkata pada mereka, "Ibu dan Kakak, kalian harus berhenti bertengkar. Aku mohon, biarkan Raka beristirahat dengan tenang!"

*********

Bulan April seharusnya menjadi bulan yang memiliki cuaca cerah dan indah. Namun hujan turun terus menerus. Hujan mengguyur kota dan menyelimutinya dengan suasana dingin yang menusuk kulit.

Amanda Santika terbangun dalam keadaan pandangan yang kabur. Saat dia perlahan membuka matanya, dia merasakan ada sesuatu yang tidak beres dan dirinya merasa kebingungan.

"Apa yang sedang terjadi?" tanya Amanda Santika sambil memijat kepalanya karena pusing.

Amanda Santika menjadi bingung dengan kondisi disekitarnya. Begitu Amanda Santika sadar kembali, kemarahan dan rasa malunya kembali muncul.

"Kamu sudah bangun dari tidur lelapmu? Kamu sangat cantik untuk seorang wanita perawan."

Pada saat itu, suara laki-laki terdengar di telinganya. Hati Amanda Santika tersentak mendengar suara itu.

"Suara ini," gumam Amanda Santika dengan kebingungan dan ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya.

"Bagaimana ini mungkin? Apakah aku?" kata Amanda Santika dengan kebingungan.

Amanda Santika sangat bingung dengan kondisi ini lalu dengan rasa amarah membakar dirinya dan berkata, "Apakah pria itu menculikku? Apakah dia mengetahui tenang anakku Raka? Bukankah Raka sudah wafat? Akankah dia akan membalas dendam padaku?"

Segala pertanyaan itu menghantam jiwa Amanda Santika seperti sebuah tamparan keras di hidupnya. Kematian Raka telah menguras semua emosinya dan dia kehilangan semangat untuk menjalani hidup ini.

"Ada apa?" tanya pria itu bertanya dengan penuh perhatian hingga memiringkan kepalanya. Dalam ruangan yang minim pencahayaan, senyuman jahat muncul di wajah pria tampan itu. Ini adalah pertama kalinya dia memedulikan seseorang dalam hidupnya.

Kehancuran di hatinya telah menelan Amanda Santika yang saat ini sedang kebingungan, dan dia hanya bisa menyerah pada mati rasa. Karena dia sudah kehilangan semangat untuk hidup, dia membiarkan pria itu melakukan apa pun yang dia ingin lakukan.

*********

Langit cerah dan sinar matahari di pagi hari menyinari menembus jendela. Di tempat tidur berukuran besar, sebuah lengan kurus cantik terlihat di luar selimut. Rambut hitam pekat dan halus yang mengalir menutupi wajah pemilik lengan itu.

Akhirnya, dengusan lembut terdengar dari bawah selimut. Lalu wajah yang sebelumnya tertutup rambut perlahan muncul.

Wajahnya tirus kecil dengan tekstur halus dan kulit putih. Bagian yang paling menarik perhatian adalah mata indah yang tersembunyi di bawah bulu mata tebal yang menyebar. Seperti keindahan alam semesta dapat ditemukan di dalam mata itu.

Amanda Santika mengangkat tangannya untuk menghalangi cahaya matahari yang menyilaukan matanya masuk menembus jendela kamarnya. Matanya dipenuhi rasa kebingungan dengan kondisinya saat ini.

Karena sudah terbiasa dengan kegiatan sehari-harinya, dia menoleh untuk melihat ke meja samping tempat tidur untuk memeriksanya. Namun, ketika pandangannya tertuju pada pernak-pernik mahal dan dekorasi mewah di lemari samping tempat tidur, pikirannya tiba-tiba menjadi jernih.

"Tempat apa ini? Aku sedang ada di mana ini?" tanya Amanda Santika di dalam hatinya. Lalu pikiran lain muncul memikirkan anaknya, "Raka!"

"Raka!" teriak Amanda Santika menarik kembali selimutnya dan melompat dari tempat tidur.

Saat Amanda Santika mencoba mencubit perutnya dan tubuh bagian bawahnya meringis kesakitan lalu berkata, "Itu bukan mimpi!"

Matanya tiba-tiba membelalak tak percaya dengan kondisi saat ini. Amanda Santika bergumam, "Pria itu akan kembali? Pasti karena dia mengetahui tentang anakku Raka."

Pikiran Amanda Santika kacau, tapi dia yakin akan satu hal, pria itu datang mencari Raka.

"Tidak! aku tidak bisa membiarkan dia mengganggu anakku Raka!" gumam Amanda Santika tidak akan membiarkan pria itu mengganggu anaknya Raka. Pikiran itu membuatnya marah dan panik sekaligus takut.

Amanda Santika memegang ponselnya, dan menatap layar ponselnya dengan mebelalakkan matanya karena tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Amanda Santika melihat sekeliling ruangan dengan tatapan gelisah. Dia merasa sudah akrab menetap di sini lalu berkata, "Mengapa rasanya aku pernah ke sini sebelumnya?"

Bersambung...

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku