Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
SEXY KILLER MACHINE

SEXY KILLER MACHINE

Alexa Anendra

5.0
Komentar
1.6K
Penayangan
16
Bab

Cantik, seksi, dan mematikan! Tiga kata yang menggambarkan seorang wanita bernama Karlen Maria Gerarda. putri mantan anggota ex KGB yang menyaksikan sendiri bagaimana seluruh keluarganya dibunuh dan hanya menyisakan dirinya, karena memiliki warna mata yang langka dan unik. Melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana keluarganya dibunuh, membuat Maria begitu sakit hati dan berniat membalas dendam terhadap orang-orang yang telah membuatnya menjadi yatim piatu sejak kecil. "Menyentuhku, nyawamu milikku!" Jargon miliknya yang terkenal di kalangan penghibur kelas atas. Identitasnya yang disembunyikan membuatnya dengan mudah meluaskan pengaruh dan mencari teman untuk memuluskan rencananya menghancurkan Sang Jenderal.

Bab 1 Black Friday

DORRRR!!!!

Rentetan serta desingan proyektil meluluhlantakkan bangunan tak terlalu besar di sebuah daerah bernama Minsk. Rumah yang dihuni oleh satu keluarga itu kini dihancurkan dengan timah panas yang datang dari berbagai penjuru rumah tersebut. Adalah Joseph Stalin Gerarda, sang kepala keluarga Gerarda yang harus melindungi istri serta dua orang putrinya yang berusia 10 serta 15 tahun yang sedang ketakutan dan bersembunyi di ruang bawah tanah milik mereka.

"Mommy, aku takut." Ucap Sabrina, gadis cilik berusia 10 tahun itu menutup kedua telinganya sambil memegang boneka teddy bear miliknya dengan wajah ketakutan.

"Jangan khawatir, Sayang. Papa pasti akan menyelamatkan kita. Maria, apa kau tak apa-apa, Sayang?" tanya sang Mama melihat dua putri tercintanya dipanda ketakutan dan kecemasan.

"Papa ... aku khawatir dengan papa, Mommy." Ucap Maria menangis dalam dekapan sang mama.

"Semua akan baik-baik saja, Sayang. Jangan takut, Tuhan bersama kita." Mama berusaha menenangkan dua putrinya.

****

"Di mana benda itu?" seorang pria dengan potongan layaknya serdadu asing dengan rambut warna pirang berdiri tegak serta tubuh kekar berotot dibalut pakaian hijau army tengah menodongkan laras panjang jenis AK 45 semi-otomatis di pelipis seorang pria dengan posisi berlutut sambil mengangakat kedua tangannya ke atas.

"Kutanya sekali lagi, Tuan Joseph Stalin Gerarda, di mana Anda simpan chip itu? Bekerjasamalah dan kujamin, kau beserta istri dan dua putri cantikmu masih bisa melihat matahari terbit esok hari." Ujar pria itu menyeringai.

"Chip-nya tak ada padaku! Percuma saja kalian datang ke tempat ini karena memang tak ada padaku." Sahut pria bernama Joseph Stalin Gerarda itu tanpa takut sedikit pun.

"Hahahha, benar-benar tipikal seorang agen sejati rupanya. Apa kau tak takut jika istri dan anak-anakmu tahu apa pekerjaan ayah mereka?" Senyum seringai tersungging dengan jelas di bibir pria pirang itu.

"Kau tak akan berani mengatakannya," sahut Joseph.

BUAGH!!

Sebuah pukulan kencang dengan memakai gagang senapan milik pria pirang itu membuat Joseph langsung tersungkur seketika dengan kucuran darah segar di pelipis dan tepi mulutnya .

"Siapa sebenarnya kalian? Mengapa kalian menghancurkan rumahku? Apa salahku pada kalian?"

"Anda tak perlu tahu siapa kami! Tapi kami tahu siapa Anda, pekerjaan, istri, serta anak-anak Anda. Kenapa? Karena kami lebih pintar dari Anda!" balasnya tertawa puas.

"CIH, jika kalian memang sepintar itu, kenapa belum juga menemukan apa yang kalian inginkan? Atau kepintaran kalian itu hanya omong kosong belaka?" Joseph membalas dengan tawa sekeras-kerasnya hingga terdengar ke ruang bawah tanah di mana istri serta kedua anaknya bersembunyi.

"Papa! Aku ingin ke papa, Mommy. Aku ingin melihat papa!" Maria terus mendesak sang mama agar mengizinkannya menemui sang papa.

"Tidak! Tidak! Tidak Maria! Kau dan adikmu tetap di sini, biar Mommy yang melihat keadaan papa."

"Tapi, Mom ...," Maria memegang lengan sang mama dengan kuat.

"Ini perintah!"

Tanpa pikir panjang, sang mama membuka pintu ruang bawah tanah, mengamati gerak-gerik musuh yang masih berada di rumah mereka. "Doakan Mommy agar berhasil." Senyum sang mama pada kedua putirnya yang saling berpelukan.

"Mommy janji Mommy harus kembali! Harus kembali," ucap Sabrina menangis tak henti-hentinya sambil dipeluk Maria.

"Maria, jaga adikmu. Jika Mommy tak kembali ...,"

"Mommy harus kembali! Maria tak ingin dengar alasan apa pun! Harus kembali bersama papa!" tegas Maria menahan air matanya.

"Kalian memang anak hebat!" Sang Mama mengecup kening keduanya sambil menitikkan air mata. "Mama pergi dulu."

Maria dan sang adik, Sabrina saling berpelukan dan menguatkan satu sama lain, sementara mama mereka menjemput sang papa.

****

Dengan mengendap-endap, sang mama berusaha mencari yahu keberadaan sang suami yang sedang ditawan oleh sekelompok orang tak dikenal. Dengan hati-hati ia menyusuri tiap kamar dan ruangan di rumah besar itu, hingga ....

AKHHHHH!!

Seseorang dari belakang menarik paksa rambut sang istri dan menyeretnya ke tempat di mana suami berada.

"OUCH!!" rintihnya

"Sayang!" Sang suami langsung meraih tubuh sang istri dan memeluknya. "Kau tak apa-apa?" tanya Joseph.

sang istri mengangguk, "Aku tak apa-apa."

"Anak-anak bagaimana? Apa mereka aman?' bisik Joseph.

"Mereka aman, Sayang. Mereka sedang menunggumu."

"HEI! KENAPA KALIAN MALAH BICARA BERDUA, HAH!"

BUAGHH!!

"Akhhhh, Papaaaa ...," teriak Mama melihat sang suami dipukuli lagi dengan gagang senjata api.3

"Cukup! Cukup! Hentikan, apa yang kalian inginkan?" Mama memeluk sang suami yang telah bersimbah darah dan tertelungkup.

"Chip!"

"Chip? Chip apa maksud kalian? bingung Mama.

"Tuan Joseph, bagaimana? Perlukah kami memberitahu istri Anda apa pekerjaan Anda sebenarnya?" tanya pria pirang itu lagi.

"Pekerjaan se--benarnya? Tuan, siapa kalian ini sebenarnya? Kenapa tiba-tiba masuk rumah kami dan melukai suami saya?"

"Hah!! Cukup basa-basinya. Biar kuberitahu, Nyonya Joseph Stalin Gerarda, suami Anda adalah seorang ...,"

KREK ... KREK!!

Tanpa disangka, Joseph mengambil senapan kecil dari tempat selongsong senjata api kecil milik pria itu. Dengan mengokang (menarik pelocok senjata api) dia mengarahkan pada pria pirang itu. Beberapa anak buah sang pria bertubuh tegap-besar itu sontak mengarahkan laras panjang mereka ke arahnya.

"Hahaha, kau mau menembakku? Silakan,.tapi jangan harap kedua putrimu akan selamat! Bawa mereka ke sini!" teriaknya.

Tanpa diduga, Maria dan sang adik, Sabrina berhasil ditangkap oleh orang-orang tak dikenal itu dan membuat mereka harus bertekuk lutut di hadapan pria pirang itu.

"Jangan sakiti mereka, aku mohon ...," sang Mama menangis mengatupkan kedua tangannya.

"Jadi bagaimana, Tuan Joseph? Masih mau bermain-main denganku?" Seringai pria itu.

Tangan gemetar, wajah penuh darah di sebagian pelipisnya, membuat Joseph mau tak mau menyerah dan membuang senjata api sedikit menjauh darinya.

"Lepaskan putriku! Mereka tak ada hubungannya dengan ini!" ujar Joseph.

"Siapa bilang tak ada? Bukankah mereka adalah darah dagingmu? Apa kau lupa perumpamaan 'darah lebih kental dari air?'. Jika ingin mereka selamat, katakan padaku!""

Dengan menjentikkan jarinya, salah satu putri mereka Sabrina diseret dan ditodong senjata laras panjang miliknya.

"SABRINA!!!" Maria dan sang mama berteriak.

"Bagaimana Tuan Joseph? Apa kini Anda mengerti apa maksud ucapanku?"

"Tapi aku memang tak tahu di mana chip itu berada! Kenapa kalian tak percaya juga."

Tak lama, salah satu anak buah pria pirang itu menghampiri dan berbisik padanya.

"Baiklah, Tuan Joseph. Ternyata Anda tak berbohong. Chip itu memang tak ada pada Anda,"

Joseph, sang istri dan dua putrinya menghirup napas seakan telah terbebas dari bahaya. "Oleh karena itu, aku juga akan membebaskan kau dan seluruh keluargamu!"

"A--apa maksudmu?" Joseph langsung keringat dingin, dan ....

Dor ...

Dor ...

Dor ...

"Papa! Mama! Sabrina ...,"

Satu per satu, nyawa keluarga Gerarda harus berakhir secara tragis. Sementara itu, Maria yang melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana keluarganya dibunuh berusaha melawan mereka, namun tentu saja, fisik yang jauh berbeda serta emosi yang tak stabil, membuat Maria dengan mudah dijatuhkan.

"Hmm, wajahmu cukup lumayan! Jika aku membawamu dan bertemu dengan Tuan, mungkin tak akan ada ruginya. Bawa dia!" perintah pria pirang itu.

"Lepas! Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Maria berusaha melawan dan tiba-tiba salah satu dari mereka memukul tengkuk Maria dengan gagang senjata api miliknya hingga ia pingsan.

"Tuan, bagaimana sekarang? Apa yang harus kita lakukan?" tanya deorang pria pada pria pirang yang tengah berdiri di depan kediaman Gerarda.

"Seperti biasa! Killing clearly and burn it!" ucapnya meninggalkan tempat itu sambil tertawa penuh kemenangan.

Di saat langkahnya belum jauh dari kediaman Gerarda, tiba-tiba sebuah bunyi ledakan cukup kencang dan keras ditimbulkan di sekitar tempat kejadian. Rupanya kediaman keluarga Gerarda telah dihancurkan oleh anak buah pria pirang guna menghilangkan barang bukti dan jejak mereka.

"Misi selesai, Tuan. Tapi sayangnya, chip itu tak ada di sana.," ucap sang pria berambut pirang di ponsel yang ia pegang dan segera beranjak meninggalkan kediaman Gerarda.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Alexa Anendra

Selebihnya

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku