Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Melahirkan Anak Mantan

Melahirkan Anak Mantan

Sukma_A

5.0
Komentar
2.9K
Penayangan
16
Bab

Rania tak menyangka akan bertemu kembali dengan mantan kekasih yang dulu pernah ia tinggalkan. Karena keadaan dan desakan dari berbagai pihak, membuat Rania terpaksa pergi meninggalkan kota kelahirannya dan harus melupakan cinta dan kenangannya bersama Devano, kekasihnya. Devano tak mengerti mengapa Rania dengan tega meninggalkan dirinya begitu saja tanpa memberitahukan apa kesalahannya. Enam tahun kemudian, Devano bertemu dengan seorang anak laki-laki yang mata dan hidungnya sangat mirip dengan Rania. Namun, wajahnya begitu mirip dengannya. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang membuat Rania pergi meninggalkan Devano hingga lelaki itu begitu membenci dirinya. Ikuti terus kisahnya dan jangan lupa untuk follow ig: @sukma_1286

Bab 1 Bertemu Kembali

Rania berjalan menunduk sambil membersihkan gaunnya yang terkena noda, seseorang tak sengaja menyenggolnya saat ia sedang menikmati hidangan di pesta pernikahan temannya. Rania harus segera ke toilet sebelum noda pada gaun nya mengering dan pasti akan sulit dihilangkan nantinya.

Karena berjalan menunduk, Rania tak melihat jika ada orang di depannya. Alhasil, kepala Rania pun menabrak punggung orang tersebut.

"Aduh." Rania merintih sambil mengelus kepalanya yang terasa sakit.

Rania mendongak, ternyata yang ditabraknya adalah punggung seorang pria.

"Itu punggung atau tembok sih, keras banget," gerutu Rania dalam hati.

Merasa ada seseorang yang menabraknya, pria tersebut pun membalikkan badan dan betapa terkejutnya ia saat melihat siapa yang sedang berdiri di hadapannya itu.

Rania membelalakkan mata ketika menyadari pria yang ditabraknya adalah orang yang paling tidak ingin ia temui lagi seumur hidupnya.

"Devan," lirih Rania.

Rania tak menyangka kalau dia akan bertemu kembali dengan Devan setelah enam tahun berlalu.

"Rania," gumam pria itu yang ternyata adalah Devano.

Rania tersadar, dia harus segera pergi dari tempat itu. Tanpa pikir panjang lagi, Rania mengambil langkah seribu dan pergi dari sana, tak peduli dengan gaunnya yang kotor. Namun, sebelum ia berhasil kabur tangannya sudah dicekal oleh Devan, dan lelaki itu menarik Rania hingga menjauh dari keramaian.

Sekuat tenaga Rania berusaha untuk melepaskan cekalan tangan Devan, tapi tenaganya tidak cukup kuat dibandingkan dengan pria itu.

Devan terus saja menarik tangan Rania, dan menyeretnya keluar dari gedung resepsi pernikahan itu berlangsung. Tak peduli meskipun para tamu undangan disana memperhatikan mereka hingga sampailah mereka di tempat sepi yang ada di belakang gedung tersebut.

"Lepas!"

Rania menyentak kasar tangan Devan hingga berhasil terlepas lalu dia bersiap untuk kabur. Namun, lagi-lagi dengan cepat Devan menarik tangannya sampai tubuhnya tertarik dan menabrak dada bidang milik Devan.

Devano pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dipeluknya erat pinggang Rania hingga merapat ke tubuhnya agar wanita itu tak bisa lagi melarikan diri.

"Mau melarikan diri lagi, hmm," sindir Devan membuat Rania harus mendongak agar bisa melihat wajahnya.

Glek.

Rania menelan ludahnya dengan susah payah, tatapan mata Devan begitu tajam bagai elang yang siap menelan mangsanya. Rania terus memberontak dalam dekapan Devan, berusaha untuk melepaskan dirinya.

Namun, ancaman Devan membuat nyalinya menciut.

"Kalau kamu terus bergerak seperti ini, maka aku pastikan kamu tidak akan bisa pulang dan kejadian enam tahun lalu akan terulang kembali malam ini."

Rania mendelik dan seketika Rania pun berhenti memberontak.

"Lepasin aku, Dev," pinta Rania.

"Melepaskan kamu? Jangan mimpi Rania. Setelah apa yang kamu lakukan padaku, jangan pernah berharap kamu bisa lepas lagi dariku."

Ya, ketika tadi Devan melihat Rania ada di hadapannya, Devan berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan pernah melepaskan wanita ini lagi.

Devan harus membalaskan rasa sakit hatinya enam tahun lalu, Rania harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah dilakukannya kepada Devan.

"Enggak, aku gak mau berurusan lagi sama kamu. Kita sudah tidak ada hubungan apapun."

"Oh ya? Kata siapa kita tidak ada hubungan lagi. Bukankah aku tidak pernah mengatakan putus dengan kamu? Justru kamu yang meninggalkan aku begitu saja waktu itu," balas Devano dengan tatapan tajamnya.

Rania memalingkan wajahnya tak ingin melihat Devan. Namun, dengan sigap Devan langsung menarik wajah Rania hingga wanita itu kembali mendongak menatapnya.

"Jangan pernah palingkan wajah kamu saat sedang berbicara denganku," geram Devan membuat Rania tak bisa berkutik.

"Kenapa kamu tinggalkan aku dan pergi begitu saja setelah malam itu?" tanya Devan namun tak ada balasan dari Rania.

"Jawab aku Ran," ucapnya lagi.

Meskipun saat ini Rania sedang ketakutan, tapi sebisa mungkin ia mencoba untuk tidak memperlihatkan ketakutannya di depan Devan. Rania mencoba membalas tatapan mata Devan dengan tak kalah tajam.

"Karena aku sudah tidak mencintaimu lagi," jawab Rania

Devan menatap intens mata Rania, mencari kejujuran di balik mata tersebut. Sesaat kemudian Devan menyeringai membuat Rania bergidik ngeri.

"Benarkah?" tanya Devan tak yakin. "Bagaimana kalau aku membuktikannya sekarang."

"Apa maksud kam ... , mmmphh"

Tanpa di duga, Devan langsung melahap bibir Rania dengan rakus sebelum wanita itu sempat menyelesaikan ucapannya. Rasanya devan ingin meluapkan kerinduannya terhadap Rania selama enam tahun ini. Meskipun Devan mengatakan membenci Rania, tapi di sudut hatinya yang terdalam, Devan masih sangat mencintai Rania.

Rania mulai kehabisan nafas, dia terus memukuli dada Devan meminta lelaki itu untuk melepaskannya. Tapi, bukannya dilepaskan, ciuman Devan malah semakin dalam. Tangan besarnya menahan tengkuk Rania agar wanita itu tak bisa bergerak.

Tak tahan lagi, Rania pun terpaksa menggigit bibir bawah Devan hingga berdarah. Pria itu mengerang kesakitan, inilah kesempatan Rania untuk kabur.

"Aku harus kabur sekarang," bisik Rania dalam hati, namun sebelum itu...

Aaarrgh.

Devan menjerit karena kakinya diinjak oleh Rania menggunakan heels 5 cm yang dikenakannya.

Sekuat tenaga Rania berlari saat Devan sedang kesakitan, Rania sengaja menginjak kakinya agar Devan tak bisa mengejarnya.

"Aaakh, sial!" umpat Devan karena kakinya terasa berdenyut dan Rania berhasil kabur. Devan tak bisa mengejarnya, dia hanya bisa melihat Rania yang berlari menjauh hingga bayangannya menghilang dalam kegelapan malam.

"Lari lah Rania, lari lah sejauh yang kamu bisa. Meski kamu berlari sampai ke ujung dunia sekalipun, aku pasti akan bisa menangkapmu," gumam Devan sambil menyeringai.

***

"Jam segini kok sudah balik Ran? Cepat banget, katanya pulang jam 10. Lah, ini masih jam 9 sudah pulang aja?" tanya Amelia ketika mendengar suara mobil Rania memasuki halaman rumah mereka. Malam itu Rania meminta Amel untuk menjaga anaknya di rumah karena dia harus pergi ke pesta pernikahan Karina, salah satu rekan kerjanya.

Rania tak menjawab, wanita itu terus berjalan melewati Amel, masuk kedalam rumah lalu menghempaskan tubuhnya di sofa.

Amel yang bingung melihat sahabatnya itu, hanya bisa mengikuti dari belakang dan ikut duduk di sebelah Rania.

"Gue kabur dari sana," jawab Rania sambil bersandar di sofa.

"Kabur dari apa?"

"Dari Devan," jawab Rania cepat.

"Maksud lo?" tanya Amelia lagi karena tak mengerti maksud ucapan sahabatnya itu.

"Tadi gue ketemu sama Devan." Rania menegakkan badannya dan menghadap ke arah Amel.

"Haah! Serius lo?" tanya Amel tak percaya.

"Serius, Mel. Gue ketemu sama dia di pestanya si Karina tadi."

"Kok bisa?"

"Gue gak sengaja nabrak dia pas gue mau ke toilet. Duh, Mel. Tatapannya itu loh, tajam banget. Sudah kayak harimau yang siap melahap mangsanya tau gak. Seram banget, iiih." Rania sampai bergidik mengingat tatapan tajam dari Devan tadi.

Rania pun menceritakan bagaimana pertemuannya dengan Devan tadi saat di pesta, dan bagaimana dia berhasil kabur dari dekapan Devan.

"Gila lo, Ran. Kalo dia marah terus nyariin lo gimana?"

"Gue sih gak takut ya kalo dia mau nyariin gue, yang gue takutin itu gimana kalo seandainya dia tau tentang Al. Gue gak bisa bayangin Mel dan gue gak mau dia ngambil Al dari gue."

"Gak mungkinlah dia bakalan tau, bisa aja kan dia ngira nya lo udah nikah sama cowok lain terus punya anak. Lagi pula, belum tentu juga Devan dan Al bakalan ketemu," ujar Amelia dengan entengnya.

"Gak mungkin gimana sih, Mel. Devan pasti bakal langsung tau lah kalo Al itu anaknya. Lo gak lihat itu muka Al plek ketiplek sama muka nya Devan, cuma mata sama hidungnya doang yang mirip sama gue," omel Rania kesal.

"Eh, iya juga ya. Kok gue gak kepikiran sampe sana ya," balasnya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Emang lo gak pernah mikir kan," ledek Rania.

"Sialan lo." Amel memukul Rania dengan bantal sofa yang ada di tangannya.

***

Di lain tempat dan waktu yang sama, Devan sedang berada di ruang kerjanya sambil memandangi sebuah foto.

Foto dirinya bersama seorang gadis berambut panjang. Dalam foto tersebut keduanya terlihat sangat bahagia, Devan memeluk gadis itu dari belakang dan meletakkan dagunya di atas bahu sang gadis.

"Rania, akhirnya kita bertemu lagi," gumam Devan seraya menggenggam erat foto tersebut.

Ya, Devan sedang memandangi foto dirinya bersama Rania, wanita yang pernah menjadi kekasihnya 6 tahun lalu.

Puas memandangi foto kenangannya bersama Rania, Devan menyimpan kembali foto tersebut ke dalam laci meja kerjanya.

Kemudian Devan mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja dan menghubungi seseorang.

"Halo bos," jawab orang tersebut dari seberang telepon.

"Saya punya tugas buat kamu."

"Apa itu bos."

"Saya mau kamu cari informasi tentang seseorang. Detailnya akan saya kirim ke email kamu."

"Siap bos."

Setelah panggilan berakhir, Devan pun mengirimkan data-data seseorang pada orang suruhannya tersebut.

"Aku tidak akan pernah melepaskan kamu lagi, Ran. Tidak untuk yang kedua kalinya," gumam Devan sambil tersenyum miring.

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku