Kembalinya aku tidak akan merubah apa pun. Baik itu masa lalu mu, ataupun masa depan ku. Karna pada akhirnya ini akan terjadi sesuai Takdirnya. "Tirasa Nira." ketika seseorang memanggil namaku di balik pintu itu. Bukan kah dia hanya memastikan bahwa keadaanku baik-baik saja. Apa yang ingin di ketahui oleh orang lain tentang keadaan ku saat ini selain akhirnya mereka hanya akan bersimpati, atau malah menertawakan. "Bukan hanya Kamu yang ingin tahu apa yang terjadi kepada orang tua ku dan kakak ku!" teriak ku pada lelaki yang justru selama ini membantuku mengungkapkan kebenaran. Tapi apa yang harus aku lakukan untuk nya lelaki yang akhirnya aku cintai. haruskah aku mengungkapkan perasaan tanpa harus kembali keduniaku? "Bagaimana Erlanzy kau bahkan tidak nyata."
"Nira ayo bangun, katanya kamu mau nememani kakak ke salon? sahut Niya
"Hmmmm 5 menit lagi, Kak? jawab Ku
"Bu lihat Nira masih susah sekali di bangunkan? rengek Niya kepada ibunya yang berdiri di ambang pintu kamar Nira.
Doorrrrr, seperti suara tembakan yang terdengar cukup nyaring yang akhirnya membuatku langsung terduduk.
"Baba! teriak Ibu.
Membuat aku benar-benar terbangun kali ini. Ya seperti biasa aku akan terbangun seprti itu. Rasanya itu bukan sekdar mimpi melainkan kejadiannya yang sangat nyata.
Namun kenyataannya aku tidak pernah bisa mengingat kenapa dan bagaimana mereka pergi. Tetapi ada yang begitu membuat aku penasaran mengapa mereka pergi seolah sudah menyiapkan semuanya ketika aku sendiri. Baba adalah anak tunggal Nenek dan Kakek sudah lama sekali meninggal aku tidak ingat kapan hanya rasanya aku pernah merasakan kasih sayangnya ketika aku kecil , menyisakan harta yang begitu banyak serta perusahaan yg cukup mapan untuk Babab kelola. Seajak kematian Kakek dan Nenek Baba mengambil alih semuanya dan mengelolanya dengan baik sehingga kami hidup berkecukupan. Sedangkan Ibu hanya gadis biasa dari sebuah desa yang kemudian berkerja di restoran yang Nenek kelola Baba jatuh cinta karna kecantikan serta kecerdasan Ibu. Ibu juga seorang yang lemah lembut serta penyayang, itu juga mampu melelehkan hati Kakek dab Nenek. Namun siapa sangka saat menjalin hubungan Bersama Baba ibu pernah nyaris terbunuh, karna mobil yang di tumpanginya terguling.
Keputusan Baba menikahi ibu saat itu di tentang oleh anak dari sahabat Nenek Tante Aila. Tante Aila juga merupakan sahabat kecil Baba, dia menyelesaikan kuliahnya hingga S2 di German, namun perjuangannya untuk mendapatkan Baba justru kandas karna saat Kembali setelah menyelesaikan kuliahnya dia mendapati Baba telah menikah dengan Ibu.
Banyak yang berargumen bahwa kecelakaan yang menimpa Ibu saat awal menikah dengan Baba adalah sekenario Tante Aila. Namun albinya cukup kuat karna saat itu dia sedang ada di Luar Negri.
Setelah menikah dengan ibu setahun kemudian tepat di Ualang Tahun pernikahan yang pertama lahirlah Kakakku Tiyara Niya. Kebahagiaan mereka semakin lengkap telah dua tahun kemudian disusul kelahiranku. Tirasa Nira.
Rumah kami bukanlah rumah mewah seperti pada umumnya dimiliki oleh orang-orang yang memiliki kekayaan yang berlimpah. Rumah kami di kelilingi taman bunga yang ibu tanam sendiri, Ibu juga merawatnya sendiri. Di depan gerbang terdapat garasi mobil. Saat akan menuju rumah kita akan melewati taman bunga, kemudian disushkan dengan ruang tamu yang tidak besar, setelahitu terdapat ruang keluarga yang meyatu dengan dapur dan ruang makan. Kamar kami di buat sedikit lebih tinggi. Ya cukup nyaman untuk kami tempati.
Baba selalu memberikan yang ternyaman untuk kami, bagi ku Baba terlalu sempurna, aku bangga dan sangat menyayangi Baba, Baba adalah cinta pertama dalam hidupku. Namun mengapa Baba meninggalkanku bahkan sebelum Beliau tau baikah dan pantaskah laki-laki yang aku cintai itu untuk menggantikan tanggung jawabnya untuk ku.
Biasa nya ibu akan menyiapkan segala kebutuhanku, dan memasakan makanan kesukaan ku, Kini Bi Asih yang melakukan semuanya untukku, Bi Asih yang selama ini setia menemani Ibu dan membantu ibu di rumah, Bi Asih adalah orang kepercayaan Ibu untuk mengurus kami di rumah, Ibu membawanya dari kampung saat Ibu sedang hamil kakakku. Tugasnya di rumah hanya memabntu Ibu membersihkan rumah dan membantu saat ibu masak, meski masakan Bi Asih juga enak, Ibu tetap menjadi komando di rumah jika urusan masak. Namun setelah pergi Bi Asih yang mengurusku, semua yang biasa Ibu lakkuan Bi Asih yang menggantikan saat ini.
"Dek, Dek Nira sudah pagi?" Bi Asih menepuk pundakku lembut.
"Iya Bi, Makasih ya!" ucap ku, semejak keluargaku tidak ada aku tidak susah lagi di bangunkan. Karna tidak ada lagi tempatku bermanja.
Setelah mandi aku akan duduk di teras belakang, dan sarapan disana.
"Sarapannya Dek?" Bi Asih membawakan Susu dan Roti Bakar.
"Bi. lihat masih lengkap!" Aku menunjukan kaki dan tanganku.
"Tidak papa Dek!" jawab Bi Asih.
"Makasih ya Bi!" ucap ku.
Om Andre beliau orang kepercayaan Baba di Perusahaan. Kini om andre yang menjalankan Perusakaan Babab setiap minggu Om Andre akan menjelaskannya ke padaku, dan mengirimkan Laporannya, menurutku Om Andre orang yag jujur, disiplin dan teliti istrinya Tante Ana juga sangat baik, mereka blm mempunyai anak hingga kini, dan dari awal menikah Om Andre di beri rumah oleh Baba ubtuk di tempati, yaitu rumah Kakek yg tidak tidak tempati.
Keluarga Ibu kadang sesekali datang mengunjungi ku, mereka beberapa kali mengajak untuk pindah kesana Adik Ibu satu-satunya itulah kini keluarga ku yg tersisa aku memanggilnya Mamah Riri suaminya meninggal saat tugas keperbatasan iya suami Mamah Riri adalah seorang Anggota TNI, dan Miftah adalah saudara sepupu yg aku punya sekarang aku justru berulangkalj mengajak mamah riri tinggal di sini namun beliau selalu menolak dengan alasan rumah Oma tidak ada yg menempati dan Mamah tidak ingin rumah itu hancur begitu saja, aku juga berulang kali menyuruhnya mengontrakan saja agar juga terawat namun jawabannya tetap sama beliau menolak "Nanti kalo kenapa-kenapa mamah sangat menyesal inilah kenangan yang mamah punya" seperti itulah jawaban mamah.
Katanya Mamah Riri sangant khawtir jika aku tetap disini. Seakan tau sesuatu mamah selalu menutupi saat aku tanya kenapa.
Saat aku sedang menikmati sarapan yang di bua oleh Bi Asih sebuah pesan masuk di ponselku. [Kita ada rapat dengan Klien jam 08.00 ya Ra, jangan telat ini penting banget, soalnya kliennya galak].
Aku yang membaca pesan itu kadang malah tertawa, karna itu hanya becndaan Om Andre saja kadang dia mengirim emoji yang lucu.
"Bi aku berangkat?" ucap ku dengan suara yang agak nyaring.
"Iya Dek, Bibi di samping!" jawab Bi Asih.
Bi Asih mengikutiku hingga ke garasi mobil.
"Makan siang di rumah kan Dek?" tanya Bi Asih
"Aku usahain, nanti aku kabarin ya Bi?" jawab ku
Aku mengenadarai mobilku menuju kantor Baba, untuk menghadiri rapat seperti yang sudah di jelaskan tadi, setelah semua selesai aku memutuskan untuk pulang, saat mengendarai mobil dan keluar dari kantor aku melihat seorang laki-laki seperti akan bebicara dengan ku, aku mengamatinya melalu spionku, dia berlari mengejar mobilku, hingga aku putuskan untuk berhenti. Namun saat kulihat lagi ke spion dia sudah menghilang, aku putuskan untuk keluar dari mobil dan mencari keberadaannya, namun aku tidak menemukannya.
"Nira." seseorang memanggiku.
Aku mengamati lelaki yang kini berdiri di hadapan ku.
"Apa kita pernah bertemu sebelumya?" tanya ku.
Kemudian dia menghilang begitu saja di hadapanku.
"Hantu. sejak kapan aku bisa melihat hantu?" gumamku yang ketakutan.
Bab 1 Kepercayaan
06/08/2023