Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Arti Dalam Pernikahan

Arti Dalam Pernikahan

Seli agustin

5.0
Komentar
1.7K
Penayangan
30
Bab

Kisah Seorang gadis yang bernama Haura dengan tegas menentang perjodohan. Haura memantapkan diri untuk menolak pernikahan dengan Rainer. Terlebih gadis itu telah memiliki Pria yang dicintainya bernama Ali. Mengetahui itu, Rainer merasa cemburu dan sakit hati. Ia telah melakukan sesuatu untuk membalaskan dendamnya dengan cara menyebar video asusila. Hal itu ia lakukan untuk menghancurkan hubungan Haura bersama Ali.

Bab 1 Ujian Hidup

Jarum jam sudah menunjukan pukul 07:00 AM.

Seorang gadis bercadar tampak sibuk menjejal bekal nasi dan ponsel ke dalam tas. Kini Ia telah bersiap untuk berangkat kerja.

Ketika hendak keluar dari kamarnya, kakinya mendadak terhenti tepat di ambang pintu.

Kepalanya mendongkak menatap wanita paruh baya yang kini berdiri di hadapan dengan jarak dekat. "Ibu?"

"Tadi Sera datang buat jemput kamu. Tapi udah Ibu usir!" kata Ibu dengan nada yang terkesan ketus.

Mata gadis itu melebar. Ia tidak percaya jika Ibunya akan bersikap seperti itu pada teman kerjanya yang hendak memberi tumpangan motor. "Tapi kenapa, Bu? Aku kalau tidak naik motornya bisa telat," Gadis itu mulai terlihat gelisah. Wajah dibalik cadar itu tampak panik dan sesekali ia melirik Jam di dinding.

"Ibu sengaja mengusir dia biar kamu enggak usah kerja, Haura."

"Ya Allah ... Kok Ibu tega sih?" Haura merasakan pening di kepalanya. Sampai tangannya menyentuh kening yang mendadak terasa sakit. "Bu, Haura udah sering libur. Bisa -bisa gajinya dipotong besar. Padahal akhir bulan nanti, Kepengen Haura untuk melunasi hutang kasbon,"

Lea Nama Ibunya. Ia kerap kali meminta uang pada Haura dari hasil jeri payah selama kerja di toko Busana muslim. Kadang memaksanya untuk kasbon dengan jumlah melebihi dari gajinya pada majikan. Tentu saja Haura merasa keberatan. Tapi ia juga tidak bisa menolak permintaan Ibu lantaran takut dicap anak durhaka.

Haura adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ayahnya telah lama meninggal. Menjadikan dirinya pengganti tulang punggung dalam mencari nafkah untuk keluarga.

Kakak perempuan yang bernama Erin sudah menikah dan tinggal bersama suaminya di kota lain.

Jadi, tinggal Haura sendiri yang harus bertanggung jawab dalam membiayai sekolah TK adiknya yang bernama Choki yang usianya sekitar Lima tahun.

Bukan hanya itu saja, Ia juga membiayai kebutuhan sehari-hari seperti untuk kebutuhan dapur dan sebagainya.

Lea tidak bekerja lantaran sibuk mengurus Choki, anak bungsu yang paling manja. Mulai dari mengantarkan sampai menjemputnya di sekolah TK.

Lea sebagai Ibu kelihatannya pilih kasih dalam bersikap baik terhadap anak. Terbukti perlakuannya terhadap Haura sangat berbeda jika dibandingkan dengan Erin dan Choki yang selalu di sayang dan dimanja oleh Lea.

Tapi, apa boleh buat? Haura hanya bisa bersabar hati. Walau bagaimana pun Lea adalah Seorang Ibu yang melahirkannya, nan harus dihormati.

"Hallahhh ... Kasbon! Ngapain dipikirin? Kan bisa juga bulan depan?!"

"Iya bisa, Tapi aku keberatan dengan ini. Hutang itu Dosa, Bu."

"Jangan sok suci kamu! Pake bilang itu dosa-itu dosa! Dipikir Ibu enggak tahu kelakuan kamu diluar sana kaya apa?!"

"Astagfirulloh ... " tangan Haura bergetar lemas. Tidak menyangka akan penilaian Ibunya terhadap dirinya berprasangka buruk. "Istighfar, Bu!"

"Kalau tentang Video ituloh, bagaimana?"

Haura benar-benar tidak mengerti yang dimaksud Sang Ibu. "Video? Video apa?"

"Itu makanya Ibu gak nggak ngasih kamu izin untuk kerja hari ini karena ada yang ingin ibu bicarakan tentang video itu,"

Lea berbalik menghampiri kursi di ruang tamu. "Sebaiknya kita ngobrol sambil duduk saja. Kaki Ibu pegal kalau kelamaan berdiri di situ,"

Mau tidak mau, Haura mengikuti langkahnya hingga dirinya sampai menduduki sebuah kursi.

Haura sangat penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Ibu. Jari-jemarinya sudah nampak berkeringat tengah meremas gaun gamis yang sedang dikenakan.

Entah, kenapa ia merasakan tidak enak hati. Seperti ada sesuatu yang buruk bakal terjadi padanya.

Haura menatap lekat-lekat ke arah sang Ibu yang tengah sibuk dalam mengotak-atik ponsel.

Kemudian, Lea menyerahkan ponselnya pada Haura. "Nih, kamu lihat ini!"

Dengan wajahnya yang diliputi oleh kebingungan dan rasa penasaran yang sudah di ubun-ubun, ia meraihnya dan segera menatap layar ponsel.

DEG!

Layar ponsel itu telah menampilkan adegan tak senonoh, membuatnya terkejut!

Sontak saja ia buru-buru menutup bola matanya dengan perasaan serba salah.

Berkali-kali suaranya terdengar tengah beristighfar.

Ponsel yang masih dalam genggaman tangan Haura tampak ikut bergetaran mengikuti perasaan gadis itu, lemas.

Lea buru-buru merebut ponsel itu. Membuat bola mata Haura membulat.

"Ini kamu kan yang ada di video ini?" tuduh Lea seraya mengacungkan ponselnya.

Haura menggeleng cepat. Ia membantah kalau pemerannya itu bukanlah dirinya. "Bukan Bu. Demi Allah, aku tidak pernah melakukan itu,"

"Bohong!" ucap Ibu tak percaya. Ia melirik lagi pada layar ponsel yang masih menampilkan adegan syurnya Seorang lelaki dengan perempuan bercadar. Namun, setengah telanjang dengan gamis bagian bawahnya yang di tilap ke atas. "Ini Rainer lagi main sama kamu. Gak usah mengelak deh, hanya karena kamu telah tertangkap basah sama Ibu,"

Di balik cadar bibir bawah Haura tampak bergetar. Menahan rasa sakit hati atas tuduhan yang tidak pernah ia lakukan. "Ibu, itu bukan aku. Ibu harus percaya sama aku," mohonnya dengan suara lirih.

"Bagaimana Ibu mau percaya sama kamu," Sembari menunjuk layar ponsel. "Ini aja terbukti, nih! Ini bukannya pakaian gamis dan cadar warna merah itu punya kamu?"

Haura membenarkan Bahwa Gamis bermotif kotak-kotak warna merah senada dengan cadar yang dikenakan pemain wanitanya sama persis seperti miliknya. Ia pernah kehilangan pakaian itu satu bulan yang lalu. Tapi, ia bersumpah bahwa wanita itu bukanlah dirinya.

"Udah ngaku aja, ngapain malu sama Ibu? Ibu akan minta pertanggung jawaban sama Rainer biar kamu segera dinikahin!"

DEG!

Badan rasanya mulai lemas.

Bahunya tampak menurun.

Jantung yang tiada hentinya berdetak lebih cepat.

Sosok Rainer dimatanya bukanlah pria yang diidamankan. Ia merasa keberatan dengan keinginan sang Ibu.

Reiner kerapkali bersikap kasar terhadapnya meski keduanya tidak ada hubungan apa-apa.

Seringkali Haura mendapat ancaman dari Rainer hanya karena dirinya menolak cinta. Dari jauh sebelumnya sudah terlihat tanda Redplag pada diri Reiner membuatnya ragu untuk menerimanya.

Sungguh, saat itu hingga kini Haura tidak menginginkan hubungan seperti pacaran.

Bahkan, Haura sendiri mengakui telah menemukan sosok pria lain yang membuatnya jatuh hati meski dalam diam. Begitupun dengan pria tersebut. Terlebih Pria ini sangat baik dan ramah. Itulah yang membuatnya kian jatuh dalam pesonanya. Ia sangat mengharapkan pernikahan dengan pria yang bernama Ali dalam lantunan setiap do'a ketika menghadap Sang Maha Khaliq.

Tapi kembali lagi, Haura tidak menyangka bahwa ancaman dari Rainer rupanya tidak main-main!

Air bening tampak menggenang di kedua bola matanya. Menahan berat beban yang ia pikul sendiri rasanya ia sudah tidak sanggup lagi.

Hatinya menjerit disertai dengan isak tangis yang tak mampu ia bendung.

Cadarnya yang masih melekat di wajah tampak ikut basah karena tetesan air mata.

Kenapa ujianku begitu berat Ya Allah ...

Sungguh, ini rasanya menyakitkan dituduh berbuat mesum.

"Tapi, Ibu mendapatkan video itu dari mana?" dalam hatinya ada rasa was-was dan situasi yang seperti ini sangat menegangkan. Takut jika video itu telah tersebar selain kepada Ibunya. Meski dalam video itu bukan dirinya. Akan tetapi, gamis dan cadar yang dipakai pemain sama persis dengan milik dirinya. Siapapun akan berpendapat sama seperti Ibu. Menuduhnya.

"Ya, si Rainer sendirilah yang kirim. Katanya salah kirim, dan bilang mau dikirim ke ponsel kamu,"

Ternyata firasatnya itu benar, bahwa pelakunya tak lain tak bukan adalah Rainer sendiri.

Rainer telah sengaja melakukan hanya agar terjadi pernikahan antara dirinya dengan Haura.

Begitulah akal liciknya yang pinter manipulatif.

Untuk mendapatkan Haura cukup mudah. Tentunya Rainer bisa memanfaatkan kebaikan Ibunya Haura, Lea. Ia telah mengetahui hubungan Antara Ibu dan anak itu sedang tidak baik-baik saja.

Caranya dengan mendekati Lea dan mencoba akrab layaknya Ibu dan anak kandung.

Hidupnya sebagai seorang CEO, dengan karir yang sudah cukup sukses di usia Dua puluh tahun. Apapun yang Rainer inginkan akan jauh lebih mudah tergapai. Terlebih keinginan untuk mendapatkan Haura.

Sikapnya yang pura-pura baik dengan memberi lembaran uang merah pada Lea setiap kali berkunjung ke rumahnya. Dengan begitu, pasti wanita paruh baya seperti Lea akan berpikir jika Rainer lebih cocok sebagai menantu karena jaminan hidup yang tak main-main untuk kesejahteraan di masa depan putrinya, Haura.

Rainer yang selalu mengusahakan untuk bersikap sopan dan ramah demi menarik simpati Lea. Dengan drama yang ia perankan dengan apik, membuat Lea merasa kasihan.

Pada akhirnya Lea memilih berpihak pada Rainer dan mulai mendukung untuk menikahkan Rainer dengan Haura.

Lea yang lebih mempercayai Rainer daripada Haura, anak kandungnya sendiri. Membuat Haura membatin getir.

Sejak itu, Pada malam harinya Rainer akan datang ke rumah atas permintaan Lea.

Ini sudah saatnya untuk membicarakan keseriusan mereka.

Rasanya, Rainer sudah tidak ingin menunggu lebih lama lagi untuk segera meminang Haura. Wanita bercadar, berusia Dua puluh tahun. Sosok gadis yang membuatnya penasaran dan semakin ingin untuk memilikinya.

Rainer membuka pintu Ferrari California HS30 berkelir kuning. Kemudian mendudukannya di kursi kemudi.

"Rainer!"

Rainer segera menurunkan kaca jendela mobil. Membiarkan wanita itu untuk berbicara padanya. "Iya kenapa?"

"Kamu mau kemana? Kita baru saja bersenang-senang. Kok, malah mau pergi lagi?" tanya seorang wanita yang bernama Agnes.

Wanita muda yang cantik dan juga seksi dengan balutan kaos putih polos berpadu celana pendek sebatas paha. Sementara rambut panjang sepinggang dibiarkan tergerai.

Dia adalah kekasih Rainer yang sebenarnya. Rainer telah menyembunyikan sosok wanita ini di daerah terpencil yang jauh dari pusat kota.

Mereka berdua sudah lama tinggal bersama di sebuah Villa tanpa ikatan pernikahan.

Terlebih di sana benar-benar tidak mendukung signal.

Tapi, bagi Agnes itu tidaklah masalah. Yang terpenting baginya tinggal bersama Rainer membuat hari-harinya dipenuhi oleh rasa bahagia.

"Udah, kamu enggak usah tahu aku mau pergi ke mana. Nanti juga aku bakal balik lagi kok, buat kamu,"

Tangan yang penuh oleh gambar tato itu mencubit hidung gemas milik Agnes. Membuat Gadis itu meringis sembari memundurkan wajahnya.

"Bener ya, kamu bakal balik lagi?"

Rainer mengangguk senyum. Tangannya tampak mengelus surai milik gadis itu. Membuat gadis itu nyaman dan merasa hanya dirinya yang paling disayang oleh Rainer.

"Kira-kira, mau balik laginya jam berapa?"

Agnes merasa takut jika ditinggal lama sendirian di Villa dimalam hari. Terlebih posisi Villa berada di tengah perkebunan yang luas milik Rainer.

Villa itu tidak memiliki tetangga. Maka dari itu, wanita muda tersebut hanya menghabiskan waktunya di villa dengan menikmati makanan, melihat pemandangan alami, negym yang alatnya sudah tersedia di dalam villa. Ia benar-benar menikmati semua aktivitasnya agar bisa menghilangkan rasa jenuh. Terlebih Rainer yang selalu menemaninya dengan penuh kehangatan. Membuatnya merasa nyaman tinggal di Villa.

"Enggak akan lama kok, di situ. Nanti bakal balik lagi setelah membeli gamis dan cadar untuk kamu,"

Dahi gadis itu tampak berkerut samar. "Kamu mau aku pake busana kayak gitu setiap hari?"

Rainer menggeleng senyum. "Tidak, itu hanya sekali buat kamu pake nanti saat melakukan ritual ranjang bersamaku,"

Bersambung ...

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Seli agustin

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku