Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
6
Penayangan
3
Bab

Tiba-tiba dilamar di saat overthingking soal pernikahan yang terjadi di novel-novel yang telah Rain baca. Pernikahan yang ditulis para author dengan bumbu selingkuh, perceraian dan drama rumah tangga lainnya membuat Rain harus memantapkan diri sebelum mengambil keputusan. Rain Mahewari (19 tahun) menerima lamaran dari seseorang yang ia kenal sebagai konten creator yang sudah lama dia kagumi. Aksa Danupati (19 tahun) melamar Rain karena dia selama ini mengincar gadis itu. Meskipun mereka tergolong masih muda tapi Aksa memilih untuk langsung menghalalkan Rain agar gadis itu tidak diembat pria mana pun. Cinta yang telah lama dipendam semakin tumbuh karena Aksa begitu bucin padanya. Namun, banyak pasang mata yang tidak suka jika Aksa yang tampan sekaligus idaman para cewek ini sold out di tangan wanita biasa saja seperti Rain. "Ini bukan konten kan Aksa? Kamu taruh mana kameranya!" "Nggak semua hal harus dibikin konten Rain. Saya serius ingin menikahi kamu, karena saya mencintai kamu sejak lama."

Bab 1 Chapter 1

Prank!

Bunyi nyaring di tengah nikmat nya orang-orang menyantap hidangan yang kali ini sungguh menggiurkan, membuat atensi mereka tertuju pada satu sosok yang tengah tersungkur di lantai.

Ada sosok lain juga yang berdiri angkuh di hadapan sosok yang terjatuh di lantai tersebut dengan piring besi yang seluruh isinya berserakan di sana.

Seluruh mata melotot kaget. Hingga pekikan hebat menggema di seluruh ruangan setelah sosok yang berdiri melempar makanan yang dia ambil di meja dekat tempatnya berdiri dari siswi lain yang sedang melongo.

"Nikmatin semua makan siang Lo, makan semua itu." Dia berjongkok perlahan di hadapan sosok yang menangis tersedu-sedu dengan wajah dan seluruh tubuh yang berantakan.

"Mangkanya jangan macem-macem sama gue, ngerti?!" tekannya menonyor keras dahi sang lawan bicaranya yang tak berontak sekalipun disakiti dan dipermalukan di depan umum seperti sekarang itu.

Sampai waktu membuat seorang Tata yang tak tahan dengan semua sejak tadi dicegah oleh Leon untuk hanya menonton saja.

Beberapa saat lalu, Tata langsung gerak cepat meminta Leon untuk mengeluarkan handphone nya. "Pinjem ponsel Lo!"

"Buat apa. Ta, jangan ikut campur. Biar gue yang urus nanti."

"Pinjem bentar Leon."

Leon pasrah, Tata sungguh serius akan melakukan itu.

Dia berani merekam kejadian tadi hingga ujung tanduk nya sudah mulai berasap. Setelah rencana nya berhasil baru dia meminta Leon untuk menyimpan ponsel nya.

Lalu gadis itu mendekat ke arah dua orang yang menyebabkan suasana menjadi tak nyaman dan tegang di tengah kantin yang tadi lumayan ramain menjadi hening dan mencekam.

Saat si cewek yang menyakiti cewek lemah lain nya hendak menampar muka korban, Tata mendaratkan lebih dulu jambakan ke si pelaku lalu mendorong kuat tubuh kekar itu sampai terjungkal di lantai. Ia juga melempar piring besi yang diambil dari meja di dekat nya ke muka si pelaku tanpa pikir panjang.

Semua teriak histeris sekaligus takjub.

"Arrrghhhh!"

"Daebak, dia temen ketos itu, kan? Keren banget sumpah!"

Suara saling berbisik bersahutan memuji aksi berani Tata.

Leon maju dan turun tangan. Mencekal tangan kanan Tata lembut. Dia menatap manik mata Tata penuh arti dan menggeleng memberikan isyarat untuk sahabat nya itu tidak melakukan hal selanjut nya.

Tata hendak berlaku kasar, dia tak segan ingin membalas dendam korban yang masih ketakutan di lantai itu.

Sampai genggaman tangan Leon mampu membuat dirinya kembali tenang.

Tata memejamkan mata sejenak. Menghembuskan napas perlahan. Melihat ke bawah sana yang terdapat si pelaku tengah menahan amarah kesalnya menatap tajam ke arah Tata.

Pelaku hendak berdiri, namun Leon lebih dulu mencegah. "Lo lakuin hal kaya gini lagi, ada bukti yang bisa buat Lo diskors bahkan dipenjara. Kebetulan sekali bukan, Lo udah sembilan belas tahun," tegas Leon penuh peringatan.

Membuat si pelaku tak jadi memberikan pelajaran pada Tata yang menunggu sejak tadi.

Tata terkekeh kecil. Menyeringai pada si pelaku. Kemudian dia berbalik badan dan membiarkan korban menjadi urusan Leon untuk selanjut nya.

Tata berjongkok pelan. Membantu si korban untuk berdiri dan menyeka seluruh kotoran makanan yang menempel di wajah serta baju gadis itu.

"Kita ke toilet ya." Tata menggandeng pelan si korban dan membawa nya ke toilet.

Ia tak peduli tatapan orang-orang yang menjadikan mereka pusat perhatian.

Kendali emosi Tata sedang naik-turun, ia tak suka jika melihat orang tertindas seperti tadi. Mangkanya langsung nekat menyerang tanpa pikir panjang.

Mereka berjalan dari lorong ke lorong. Tata menyerahkan hukuman pelaku ke Leon yang membawa gadis itu bersama rekan nya dan dibantu Juan juga beberapa orang ke ruang kepala sekolah dan guru.

Di toilet cewek.

Tata menunggu korban pembullyan tadi yang tengah berada di bilik yang tertutup.

Sudah hampir setengah jam namun pintu tak kunjung terbuka. Hingga Tata yang berada di depan toilet memutuskan untuk masuk ke dalam.

Ia berteriak mencari si korban. "Hey kamu di mana?" Sambil membuka pintu bilik yang ternyata kosong.

Sisa di ujung sana yang tertutup rapat. Tata berjalan cepat menuju bilik tersebut.

Menggedor-gedor cukup kencang dan berusaha membuka pintu tersebut yang terkunci.

Hingga beberapa saat kemudian, sebuah cairan merah mengalir dari balik bilik mengenai lantai yang tengah Tata pijak.

Mata yang membulat dan getaran jantung yang berpacu sangat cepat membua dirinya panik.

Lekas dia berlari keluar dari area toilet menuju ke ruang guru.

Menubruk beberapa siswa dan siswi yang keheranan melihatnya berlarian.

"Maaf, maaf gue nggak sengaja." Menunduk sebagai pertanda permintaan maaf.

Lalu dia melanjutkan larinya yang tersisa cukup jauh. Tata terus menerobos jarak hingga dia berada di depan pintu ruang guru.

Sebelum masuk dia mengetuk pintu lebih dulu. Kemudian baru membuka pintu dan membungkuk hormat pada guru yang ia temui di dalam sana.

Kebetulan jam istirahat masih berlangsung, otomatis para guru masih banyak yang berada di sana.

Tata menghampiri wali kelas nya. "Pak, tolong ... Ada yang terkunci di kamar mandi dan darah. Darah mengalir dari dalam sana." Tata mencoba menjelaskan apa yang terjadi saat ini.

Begitu panik, membuat si lawan bicara terhenyak.

"Kamu serius?"

Tata mengangguk. "Silakan Bapak liat sendiri, tolong buka pintu itu aku rasa di dalam sana ada korban bully yang pelakunya sudah dibawa Leon ke ruang kepala sekolah," ungkap Tata.

"Pak Zain, tolong bisa ikut saya dengan guru yang lain ke toilet," usul Pak Rian selaku wali kelas Tata.

Guru yang menyaksikan mendengar penjelasan Tata sejak tadi. Mereka beberapa terutama guru BK berjalan cepat mengikuti Tata ke arah toilet.

Di setiap langkah mereka yang terlihat menegang, raut wajah dengan sorot mata para saksi mata tak henti memandang heran dan kepo ke arah mereka.

Di sela perjalanan mereka yang belum sampai di toilet. Ada beberapa siswi yang masuk ke dalam. Tiba-tiba mereka menemukan darah yang mengalir keluar dari bawah bilik toilet paling ujung.

Seketika teriakan histeris saling bersahutan membuat yang lain kepo dan langsung menuju ke toilet.

"Arrrghhhh darah!"

Bersamaan dengan Tata dan para guru yang datang, banyak orang yang berkerumun di dalam toilet.

Para siswi menyingkir saat guru datang untuk memeriksa ke dalam.

Dengan hati-hati mereka mendekat ke arah sumber yang dimaksud Tata.

Betapa terkejutnya apa yang dikatakan Tata benar adanya. Darah mengucur dari bawah bilik membuat lantai kamar mandi menjadi merah dan amis.

Guru BK meminta untuk cepat membuka pintu dengan susah payah. Namun mereka gagal berkali-kali.

Hingga suatu tak terduga datang, Sam menerobos kerumunan yang saling tegang dan panik.

Dia tanpa izin masuk ke dalam bilik sebelah lalu melompat ke bilik yang terdapat si korban di dalam nya.

Sam membuka kunci pintu dari dalam hingga pintu tersebut akhirnya bisa terbuka lebar.

Sam keluar dari bilik, sepatu putih nya terkena darah karena ia melewati lantai yang sudah bercampur cairan merah tersebut.

Bilik yang terbuka, menampilkan sosok korban yang Tata temani untuk membersihkan badan, kini cewek itu terkapar dengan darah yang terus mengalir dari pergelangan tangan kanannya yang bertumpu di atas closet duduk.

"Cepat panggil ambulan, Pak!" perintah Ibu BK yang tak tahan melihat betapa mengenaskan nya kejadian hari ini.

Tata juga syok. Sam menarik lembut tangan gadis itu untuk menyingkir dari area penemuan korban yang mencoba bunuh diri.

Sam membawa Tata ke taman untuk menenangkan gadis itu yang gemetaran.

Sam menemani Tata yang duduk dalam diam. Kemudian setelah cewek itu baikan, Sam mencoba berkomunikasi.

"Lain kali jangan ikut campur urusan orang lain," katanya yang membuat Tata kesal.

"Lo juga nggak usah ikut campur urusan gue." Tekan nya berdiri dari duduk dan melangkah dari sana.

Meninggalkan Sam yang terdiam di tempat nya tanpa sepatah kata pun.

Sam hanya menggertakan giginya, rahang yang mengeras membuat kulit wajah nya saling tegang.

Sedangkan Tata sudah kabur menuju area depan, di mana ambulan membawa korban yang ia temui di toilet itu.

Tata memantau dari jauh, terlihat para siswa menonton dan para guru mulai membubarkan mereka semua usai ambulan bergerak keluar dari area sekolah.

Tata mendekati guru BK yang berjalan masuk kembali ke gedung sekolah.

"Ibu, maaf mengganggu. Apa bisa saya bicara sebentar?"

"Oh kamu anak kelas Pak Rian, ya. Boleh, kita bicara di Taman ya," katanya tersenyum tipis.

Tata mengangguk setuju. Ia berjalan berdua bersama dengan Bu BK untuk membicarakan sesuatu.

Sesampai nya di taman, mereka saling duduk beriringan. Bangku yang terisi dua orang itu terlihat sendu dan tampak hening untuk beberapa saat.

"Apa yang ingin kamu katakan?"

"Sebelumnya, perkenalkan Bu saya Tata dari kelas dua belas. Jadi, saya ingin memberitahu hal mengenai apa yang terjadi hari ini," jelasnya pada Bu BK yang menyimak dengan serius.

Guru cantik itu mengangguk. "Saya sudah mendapat bukti untuk kasus pembully hari ini di kantin, bukankah korbannya dia? Itu yang akan kamu sampaikan ke saya, kan?"

"Benar Bu, saya mohon dan tolong usut semua ini supaya pelaku jera," imbuh Tata berharap kali ini kasus bisa diatasi dengan baik.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Cris Pollalis
5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku