Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pesona Istri Simpanan

Pesona Istri Simpanan

nv.chrd

5.0
Komentar
211
Penayangan
9
Bab

Di malam ulang tahun pernikahan yang ke-3 tahun, Issa Gavriel Crawford mendapatkan kekecewaan besar dari istrinya, Lily Quande Stanton, karena lebih mementingkan pekerjaan daripada merayakan ulang tahun pernikahan mereka. Padahal, Issa sudah menyiapkan segala kejutan serta hadiah yang sangat spesial untuk istrinya. Yang mana malah membuat Issa menyiksa diri dengan mabuk-mabukan di kantornya, dan berakhir dengan 'memaksa' Kaire Abigael Palaloi, seorang petugas kebersihan, untuk tidur dengannya karena mengira itu adalah istrinya. Kejadian malam itu, membuat Kaire hamil. Issa pun tidak memiliki pilihan lain selain menikahi Kaire diam-diam. Bagaimana kisah cinta segitiga itu akan berakhir? Akankah Kaire selamanya menjadi istri simpanan Issa atau Lily yang harus dilepaskan?

Bab 1 Diabaikan Istri

Di siang hari yang sangat terik, di musim panas, sorang pria tengah duduk santai

di kursi eksklusif di puncak gedung pencakar langit yang paling tinggi di kota Bolivia.

Sudah beberapa menit berlalu, tetapi dia masih setia memegang benda berukuran persegi

panjang kecil itu, sambil sesekali memainkan layarnya yang terus hidup.

Setelah berapa kali mencoba, akhirnya ia mendapatkan jawaban. Itu terlihat dari kedua

sudut bibirnya terangkat, menampilkan sebuah senyum kecil yang merekah.

"Jam berapa kau akan sampai?" Sebuah pertanyaan yang sangat antusias terdengar dari

sambungan telepon itu.

{Maafkan aku, tapi untuk beberapa hari ke depan, aku masih belum bisa kembali.}

Jawaban yang sangat menyakitkan hati. Jawaban ini memang sudah dapat diprediksi sebelumnya,

hanya saja kali ini, pria yang bernama Issa Gavriel Crawford itu sedang menguji peruntungannya.

{Seharusnya pemotretanku sudah selesai hari ini, hanya saja agency-ku memberi kabar

bahwa malam ini ada perjamuan. Di sana

akan banyak sekali para petinggi-petinggi perusahaan yang akan hadir. Pihak agency memintaku untuk hadir agar mempermudah mereka mendapatkan tawaran kontrak untuk iklan produk mereka. Izz, kuharap kau memahamiku.}

Belum selesai rasa kecewa di hati Issa, yang akrab dipanggil Izz, itu, wanita yang

sedang diteleponnya itu memberikan penjelasan yang semakin membakar jiwanya.

"Lily Stanton, tidak bisakah kau melepaskan pekerjaanmu untukku? Aku bisa

memberikan apa pun untukmu tanpa kau harus bekerja keras seperti ini." Siapa pun yang mendengar suara pria ini pasti akan sangat merasa iba, karena suara itu terdengar dengan penuh permohonan dan ketidakberdayaan.

{Izz, ini adalah mimpiku. Bukankah kita sudah

sepakat untuk kau tidak melarangku mengejar impianku ketika kita akan menikah 4 tahun yang lalu?}

Jawaban itu lagi dan lagi menambah rasa kekecewaan Issa terhadap Lily Quande

Stanton, wanita yang sudah 3 tahun berstatus sebagai istrinya.

"Aku mengerti kau sangat ingin mengejar kariermu, tetapi, aku juga membutuhkanmu. Aku ini suamimu, sayang." Issa sangat memelas, berharap dengan begitu Lily mau mendengarkan dirinya.

{Izz, sudahlah, jangan bersikap seperti anak-anak. Kita ini sudah sama-sama dewasa. Jangan

berlebihan seperti ini!}

Jawaban yang sangat tidak berperasaan!!!

Issa tersenyum mengejek. Ini seperti lelucon yang paling lucu yang pernah ia dengar di sepanjang perjalanan hidupnya.

"Anak-anak? Jadi, ketika seorang suami meminta waktu istrinya sendiri, adalah sebuah sikap

kekanak-kanakan? Lily Quande Stanton, bagaimana sikap gilamu terhadap mimpi-mimpimu hingga mengabaikan aku, kau yang lebih jelas dari siapa pun!"

Issa mulai meninggikan nada bicaranya. Ia sangat kecewa.

Sementara di seberang sana pun, Lily sudah mulai terpancing amarah.

{Lalu, katakan padaku, apakah salah jika seorang istri mengejar mimpinya?}

Issa juga tidak mau kalah, "Apakah dengan cara menghabiskan seluruh waktumu di luar?

Lily, aku juga membutuhkanmu! Apa yang tidak bisa kuberikan padamu? Dunia ini pun, bisa kuberikan padamu kalau kau mau!" Issa mulai memohon kembali.

Lily menggelengkan kepalanya. Dia masih tetap dengan pendiriannya.

{Izz, aku tidak mungkin mengingatkanmu lagi dengan kesepakatan kita sebelum menikah.

Kau berkata akan selalu mendukungku dalam mengejar semua angan-anganku, itulah

kenapa aku mau menikah denganmu.}

Jawaban yang diberikan istrinya itu, sungguh sangat menyakiti hati Issa. Dia mencengkeram

erat telepon genggam yang menempel di telinga. Dia ingin marah, tetapi, dia sungguh sangat mencintai istrinya ini.

"Aku tidak melupakannya, tetapi untuk malam ini, aku mohon, biar kita melewati malam ini berdua. Lily, tidak ingatkah kau, ini adalah malam ulang tahun pernikahan kita yang ketiga."

Di seberang sana, Lily langsung menepuk jidat.

{Astaga Izz, aku melupakannya.}

Issa tersenyum, meskipun Lily selalu melupakan hari-hari penting mereka, tetapi Issa tetap bahagia, karena menurutnya, ketika Lily, istrinya, telah diingatkan tentang hari besar mereka, maka, istrinya akan memilih pulang malam ini.

"Tidak masalah, aku mengerti jika kau melupakannya mengingat jadwalmu yang sungguh padat. Jadi, demi merayakan hari besar kita ini, kau akan pulang 'kan, sayang? Aku menunggu-"

Issa belum selesai dengan perkataannya, tetapi Lily sudah memberikan jawaban yang

menyakiti hati Isaa.

{Izz, maaf, aku tetap tidak akan bisa pulang. Malam ini, di perjamuan yang akan diadakan, pemilik saham terbesar dari brand yang ingin sekali aku bintangi,

akan hadir. Kesempatan ini tidak bisa aku lewati begitu saja. Aku ingin berkenalan dengannya secara pribadi, aku ingin dia yang memilihku menjadi brand

ambassador dari produk itu. Izz, kita akan merayakan ulang tahun pernikahan kita setelah aku kembali.}

"Tapi, sayang, tolong pertimbangkan kembali,"

ucap Issa terus memohon.

{Izz, mengertilah. Ini mimpiku sejak dulu. Kau juga sudah mengetahuinya dengan

jelas.}

Issa masih mencoba peruntungannya, "Baiklah, kalau kau tidak bisa kembali, aku yang akan menyusul kamu ke sana. Kau pergi ke perjamuanmu itu, dan kita merayakan malam ulang tahun pernikahan kita setelahnya, bagaimana?"

{Izz, bukan aku melarangmu datang ke sini. Tetapi kalau sampai media mencium kehadiranmu di negara ini, bahkan hadir di perjamuan itu, bukankah itu sama saja dengan membenarkan opini-opini masyarakat yang mengatakan bahwa aku bisa mendapatkan semua tawaran foto iklan itu, dengan menggunakan namamu? Izz, aku ingin orang-orang melihat usahaku.}

Setelah semua penolakan itu, Issa langsung duduk lemas tak berdaya. Dia pun sudah tidak berminat lagi untuk meneruskan perbincangan dalam sambungan telepon itu, karena tahu semakin dilanjutkan, rasa kecewa serta rasa di hatinya pasti akan semakin

mendalam.

Siang itu, untuk pertama kalinya, dia baru tahu bahwa sinar matahari ternyata tidak sepanas yang ia duga selama ini. Masih ada yang lebih panas dari sinar matahari, yaitu hatinya.

Dengan langkah yang gontai, sambil menekan kemarahannya, pria yang sering dipanggil Izz

itu, berjalan menuju lemari penyimpanan alkohol yang ada di kantornya. Di tatanan yang paling tinggi, sebotol wine yang diolah pada tahun 1950 dengan label nama Cheval Blanc, dipilih untuk menemani hatinya yang hampa.

Botol yang sebesar bayi itu, di genggamnya menuju sofa.

_

"Kaire, bolehkah kamu membantuku? Hari ini pacarku datang setelah berada di luar kota

selama hampir 2bulan. Aku ingin menjemputnya di bandara, tapi aku malah melupakan perintah Nona Ghina yang memintaku untuk membersihkan ruangan Presdir, karena sejak tadi kita sibuk dengan membersihkan area lobby utama. Jadi, bolehkah kamu menggantikan aku membersihkan ruangan Presdir? Nona Ghina berkata, Presdir hari ini akan meninggalkan kantornya lebih awal karena

akan menjemput istrinya dari luar negeri. Jadi, mungkin beliau sudah pergi

sejak tadi."

Kaire Abigael Palaloi, wanita itu tersenyum manis menampilkan lesung pipi mungil yang tepat berada di sudut bibir kanannya, sambil menatap wanita yang sedang memelas di depannya.

"Sudah, sudah, pergi sana. Jangan terlalu sungkan seperti itu," balas Kaire sembari mendorong pelan tubuh wanita yang sedang meminta tolong padanya itu.

"Ahh, Kaire, kau memang yang terbaik. Aku sangat mencintaimu," balas Mika Avantie Shayk, sembari mencium pipi kiri Kaire.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku