Ning Andini
matanya untuk membantu menghilangkan rasa kantuknya. Hari ini jadwalnya padat sekali, pagi tadi ia soan ke ndalem Kiyai
i kecil-kecilan di warung kopi tepi jalan, seperti kebiasaan mereka saat masih mondok. Bahagia sekali rasanya saat bertemu kemb
hingga ia tidak sadar ada seorang gadis dengan celana tunik hitam dan baju toska berlari di d
ke aspal dan suara rem d
k gadis itu sembar
as jalan. Ia masih belum sadar apa yang terjadi. Tapi yang pasti setang motorny
..." rintih
i.
rintihn
s itu sekuat tenaga bangun. Ia me
ihat kondisi gadis itu. Sikunya berdarah,
ejurus kemudian ia melihat ada mobil yang lewat dari kejauhan. Belum sempat ia menyentuh gadis itu, Amin lang
erhenti. Dengan raut wajah
Mau ma
embawa gadis itu ke rumah sakit
ang memakai levis pendek itu
laki itu kemudian memastikan. "Astaghfir
s?" tanya laki-laki paruh baya itu denga
saya akan bertanggung jawab, Pak,
b, ia fokus ke depan untuk
*
an. Ia panik, memikirkan bagaimana kondisi gadis yang ia tabrak itu. Bagaimana kalau terjadi apa-apa? Astaghfirullah... Amin meremas r
menabrak Reva mau bertanggu
gadis yang ia tabrak tadi. Tapi tetap saja ia tidak bisa memba
engar percakapan te
g. Besok pagi saja ke sininya kalau memang tidak t
, hati-ha
h, ia sedikit terkejut melihat Amin yang berdiri di b
nal denga
arnya sembari menyilangkan kedua lengann
ngkah cepat kembali masuk ke ruang ICU dengan seorang dokter muda. Mereka hanya diam, sibuk dengan pikiran mas
aya akan bertanggung jawab dengan p
berkaos hitam itu. Ia memilih tenang daripada marah-marah dengan pemuda di depannya itu. Tidak ada satu oran
an saya. Saya yang kaget langsung menginjak rem dan membelokkan arah motor ke kiri. Karena begitu dek
terangan Amin. Ia hanya berdehem sembari mengatur
ah, tidak ada yang menginginkan musibah sama sekal
n mengulurkan tangannya. Laki-laki di depa
ah. Kaki sampean juga. Sebaiknya lukanya diobati dulu," pinta Jalal. Ia kemudian memang
mengikuti seorang perawat menuju ruang rawat. Beber
eluarga
nya. Bagaimana kondis
apa-apa. Dia sudah siuman. Kandungan
eneruskan sudah disahut Jalal. Keningnya mengeren
apa. Hanya saja kami mengkhawatirkan kakinya karena setelah kami cek a
nutupi keterkejutannya mendengar Reva hamil. Tapi itu akan ia bicarakan dengan Ab
kinan terbu
rburuknya pasie
rbaik untuk keponakan
an melakukan yang te
a kasi
nnya yang sudah siuman. Reva terbaring lemah di kasur rumah sakit dengan h
rintih Re