CEO
udara bernama nafas. Miring tak nyaman, terlentang tak tenang, tengkurap masih jua gelisah. Ser
n melayang. Apa mampu iya berbohong kepada sang bapak seorang yang selama ini demi rengeknya akan sesuap nasi harus berpeluh panas
uk esok hari menyanggupi permintaan Pak Darmaji si calon mertua un
aja dan melupakan semua tentang Aini dan rasa sayangnya yang mulai menggebu karena pertemuan kemarin pagi atau k
ong kepada Bapak dan Ibu," gumamnya dalam kesunyia
ali. Ah kenapa mata Jingga terbayang selalu apakah aku terkena guna-guna Rindu. Atau memang aku sudah jatuh pada pa
akin engkau anakku yang baik tak mungkin kau menodai seorang anak gadis orang jadi menolaklah bila kau
ting
kepala Sam. Sebuah pesan singkat cat wa sang terkasih, si bidadari, si perma
as kasur yang menggelesah di lantai-lantai kamar. Memang sengaja tanpa tempat tidur sebab
l hati Sam. Kenapa asa syarat kalau demi kebaikan, kenapa bersyarat kan mereka ya
rpaut bagaikan tertancap rantai besi
keduanya. Adek meminta kalung emas sebagai seserahan dan uang sebesar seratus ribu saja sebagai
pada telinga dan awang-awang otak berbicara, "Sam maju besok datanglah kalau kau tak data
apa begitu cepat ada syarat? Ke mana aku harus mencari sejumlah rupiah untuk membelikanmu kalung emas yang kau jadi
ok hari harus aku tebus dengan kebohongan. Begitulah terus otak Sam mer
erpikir pada akhirnya matanya terlelap dengan sendirinya dalam gelap kamarnya bersegi empat kali tiga m
*
i di rum
ang diri. Jangankan membawa orang tuanya untuk ikut menjadi saksi akad siri di hari ini. Berkata sejujur
bak api amarah atau raksasa wanita yang siap melahap mangsa. Nyali Sam seketika mengesenyum manis menggandeng tangan Sam mengajaknya masuk lalu berucap,
anya berbatas meja duduklah sang calon mertua laki-laki berpeci hitam bersarung hitam kotak-kotak di sampingnya sang calon ibu me
isihan awal Aini dan Sam. Saat tiba masanya Aini bertanya agak h
erapa saat tak berdetak. Sekejap matanya hanya dapat melihat bayangan tak terbuk
au minta," kata-kata itu meluncur deras dari mulut Sam membua
u yang murah saja kau tak bisa membawanya," teriak Aini marah membabi buta lalu pergi berla
ah ya sudah tidak diingat lagi kok, coba tenangkan dulu kekasihmu i
mpu ia kuasai langkahnya ringan menuju Jingga di teras samping rumah. Duduk agak merapat di sebelahnya
yang tersemat di belakang namamu dan mari kita berjuang bersama untuk
a tersandar pada pundak Sam sambil matanya terpej
a Mas,"