All About Safira
ap seorang wanita yang saat ini sedang berada di pel
bersedih seperti ini," Arfan men
" sentak Mayang frustasi, mena
sayang. Mama begitu bahagia saat melihat mereka, tapi langsung sedih saat ada ibu-ibu
kita sudah periksa dan kita semua normal," Arfan masih mencoba menghi
alu, "Arfan, aku hamil," ucap seorang gadis b
ebentar lagi lulus sekolah dan aku belum sia
neruskan cita-citaku," sambung Arfan
mencintaimu!!" pekik gadis itu lalu menepis tangan Arfan yang memegang kedua bahun
lunya. Gegas Mayang menghapus airmatanya dan mengurai pelukan itu, dan berjalan kearah pin
ayang, tadi telepon keponsel non katanya ngga aktif," jawab art yang bernama Ni
punya kebiasaan saat mengecas ponsel pasti dia matikan. M
da suaminya, Mayang akui, Arfan sosok pria yang tampan memiliki mata
mendekat, tangannya sibuk menyalakan ponselnya, sementara matanya sese
etralkan desir rasa cemburu dan kesal saat art-nya menatap suaminya. Nia adalah anak mbok Sum s
knya mendapatkan pekerjaan. Tapi sudah izin terlebih dahulu pada majikan mbok
mar mereka berada di lantai dua. Jemari lentik Mayang menari dengan li
r, bibirnya tersenyum saat mendapati
ang kemudian berdiri dan mengecup kening Mayang, langk
" ocehnya. Tubuh Arfan membeku "Safira," cicit Arfan
nia ini," ucap Arfan mencoba menepis perasaan in
Mayang, setelah itu Arfan berjalan menuruni tangga bibir
n sang majikan, kening Nia mengkerut bertanya
mengumamkan nama gadis masa lalunya, "semoga bukan di
capnya pada diri sendiri lalu memasukkan kunci kelubangnya dan m
mama menunggu. Di sana Arfan melihat sang mama memangku seorang anak
k, lalu mengecup kening sang mama. Mata Arfan menatap intens anak kecil te
an lalu menempelkan kekeningnya, "halo, Om," sapa anak kecil itu
ya mengusap pundak Arfan, "namaku Alfiandra om," sahut anak kecil itu, "dan itu mbak Naya, teman
Mata mbak Naya menatap Arfan tidak berkedip, lalu ganti menatap tuan
"mamanya lagi sibuk, jadi Fian di suruh main kesini," imbuh mama Fani s
n seperti itu. Tiba-tiba dering ponsel mbak Naya berbunyi, m
. "Iya ini mas Fian ngga rewel kok," ucap nya pada si penelepon. Terlihat
dengan nada sendu, mbak Naya mengangguk lal
p mbak Naya, dan mbak Naya mengangguk sebagai jawaban. Nyonya Fani merogoh
a rindu Fian biar bisa telepon," ujar nyonya Fani me
ni menyerahkan ponselnya agar mb
sih bobo," Fian berujar sambil terkikih,
menginterupsi, Fian menggel
amat baru daftar, iyakan mbak?" Fian menoleh dan sediki
an kanannya, sedang tangan kirinya menenteng barang-barang milik
ung