Fatimah Perjuangan TKW Indonesia
ti
gan TKW
n a tru
amarkan untuk m
i 2
ter, tetapi keterbatasan ekonomi keluarg
etani. Sawah punya kedua orang tuaku tak luas. Cukup ketar ketir untuk m
ekolah ke SMA, karena kebanyakan teman-temanku tak melanjutkan sampai ke
a aku lulus SMA aku akan mencari kerja sambil kuliah atau aku bisa menunda beberapa tahun agar aku bisa membiayai kuliahku se
dan saat pulang uang tabunganya dipakai untuk biaya kuliah di STIKES daerah Indamayu. Setelah lulus bibiku bekerja menja
g tinggal didaerah wilayah III Cirebon, tidaklah sulit untuk menjadi TKW, apalagi dikam
at sendiri dan setelah bekerja aku akan menopang ekonom
ak. Syarat untuk menjadi TKW adalah minimal usia 23 tahun, sedangkan saat itu usiaku masih 18 tahun. Untuk data mereka bisa memani
ya tidak ketat hanya Singapu
di, tetapi tetap masih besar gaji TKW di Taiwan. Aku tetap berharap mudah-mu
arena aku anak tunggal yang selalu dekat dengan orang tua.
ka menghabiskan waktuku di rumah. Aku tidak suka jalan-jalan atau main dengan teman-temank
a Bapak dan Ibu,
han 3 bulan, pali
nangis terus minta pula
ng mau mempekerjakan
r, setelah para tetangga dan saudara-saudaraku
bahwa ucapan mereka tidak benar. Perjalananku menjadi TKW tidaklah mulus,
ya visa kerja akan turun minimal 3 minggu sampai 3 bulan saat sudah di agensi Indonesia. Karena Visa kerja yang turun dadakan, jadi semua persiapanku juga dadakan. Selam
tulan bekerja di Jakarta. Tetapi karena waktu keberangkatanku tinggal
i kontrakku nanti 2 tahun dan tak boleh pulang. Rasa
"apa aku sanggup, menahan rindu selama 2 tah
h, tetapi aku langsung ingat semangat dan cita-citaku. Bapak dan ibu sudah
nku sebelum aku pergi. Walaupun waktu bersama mereka sebentar sa
erasaan tenang. Satu yang aku in
cengeng! Neng buktikan kalau neng bisa sukse
adalah pesan
waktu menghubungi keluarga hanya 1 kali setiap bulannya karena s
rang, bahkan facebook pun belum ramai
ibu dengan panggilan internasional. Tentu saja tidak bisa lama, karena biayan
nyak orang sedang menggali kubur. Kub
pa?" tanyaku pada salah sa
at Bapakmu." Ja
ing, ada nenek yang aku rawat ternyata belum tidur. Di sana tugasku merawat nenek jompo yang
tidur?" tany
aku terbangun tadi, mungkin ter
r, Fat." Jawab nenek
bangun? Tidurlah!"
u rawat adalah orang baik, apalagi nene
buruk." Ja
a mimpi buruk. Aku cerita pada nenek yang aku jaga, ten
an tiba aku langsung meminta izin menelepon keluargaku menggunakan telepon
rumahnya jauh dan sudah malam juga, akhirnya aku larang. Dan setiap bulan saat aku menelpon ada
uler. Aku bisa berkomunikasi dengan teman yang satu kampung
tanyaku lewat telepon dan tentu saja
tak jelas, seperti b
olong katakan yang sebe
an cerita setiap aku menelepon ke kampung selalu t
g melarang Lisa untuk jujur padaku, karena khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk padaku. Air ma
engar Lisa berteriak mema
bibirku lemas, tak bisa
kan baik-baik aja,