JATUH DI PELUKAN LELAKI BERISTRI
DI PELUKAN LE
rt
*
selimut aku bersembunyi meratap
arna merah tergele
kepuasan dari wanita yang masih asli sepertimu," ujar
hkan air mata tak
itinggalkan begitu saj
rus berj
ti masih menjerit menerima kenyataan.
menjalani k
but nama-Nya sebag
semua ajaran kebaikan y
aku akan terluka jika
kepala. Apa kabar laki-laki yang
ahagia. Aku sungguh merindukan
ai tak punya muka walau seked
akdir mengantarkan aku pada tempatku yan
mulai me
ia ini daripada harus hidup dengan menanggung cibiran An
but senyuman hangat oleh Mami Asni y
akan aku, karena saat ini aku adal
alam kemarin. Ambil dan belanjakan
tu seharian ini untuk menikmati semua kemewahan
ngat kau tak boleh berbuat
h menjadi rumah untukku. Tidak ada
ri mencolek lembut dagu r
a saja yang aku suka. Uang yang b
rasakan saat ini. Hidupku hampa, set
terbesar, aku melihat sosok y
ga aku semakin yakin, bahwa yang a
ng. Rasa senang berca
laskan, jika Nyonya Jelita be
an binar mata yang sud
a sulit aku jelaskan. Mungkin karena terkej
ucapny
"Nyonya, aku sungguh bagai sedang
eraih kedua bahuku dan meren
ini. Maaf, Luka. Saya sudah mendengar tentangmu. Bahkan di kota ini
nya berdebar hebat, kini
h menampar keras hatiku. Sak
semua bukan
nah hadir dalam kehidupan saya dan Mas Abraham lagi. Ka
al demikian. Sedangkan aku masih terpaku
mua yang ada di sini memandang sinis, t
i. Aku berlari masuk ke dalam taksi
lang, Pak!" pe
, Nyo
npa membeli apa-apa at
kataan Nyonya Jelita sungg
k di desa, hingga sampai ke kota. Aku
dikatakan para lelaki hidung belang in
rta menyendiri ta
ri. Air mata seolah tak mau lagi keluar. Perih yang aku ras
pir berganti tahun. Aku semakin
n, hanya sesekali merasa di
ang datang ingin membayarmu mahal," u
sung menemuiku di sini!" perintahku sem
ah, sa
s keluar memanggil lelak
rlalu, akhirnya penikmat n
enoleh ke arahnya. Terdengar suara
n kaca. Betapa kecantikan ini ma
gan gaya apa?" tanyaku s
ni
ak menjawab ata
laki-laki itu tinggi dan sangat ideal. T
dak berdebar-de
apa
skan topinya, berlanjut denga
. Berewok serta kumisnya palsu, dan yan
" lirihku masi
am tanpa bersuara. Aku gem
ng Engkau m
tertunduk malu, dan seolah ribuan orang ten
kat wajah untuk kembal
ini tak pernah hadir, kini malah membun
ada naik turun menahan sesak
dah berdarah karena aku menggig
ya keluar. Aku tersedu-sedu sembari men
annya tawaran yang tadi ak
kamar ini, maka aku pa
aja Tuan Abraham mendeka
Tolong jangan menangis,"
mata dan merenggangkan diri
m meneteska
rtiny
sam