That XX
ma
ta. Tak butuh waktu lama baginya untuk menarik wanita untuk jatuh ke pelukannya. Hampir seluruh klu
api entah kenapa aku tak tertarik dengannya. Ya, ia tampan dan memiliki daya tarik yang tak terkalahkan oleh pria manapun. Memang
Setidaknya itu yang aku pikirkan selama ini bekerja dengannya, tapi setelah pertem
ntu saja bisa kubeli jika niat menabung, aku juga bisa meminta pada dua sahabatku itu, mereka
mana?" t
ke luar kantor hanya untuk makan. Hanya membuang-buang waktu, lagipula makanan di kantin i
na mungkin seorang Tamara yang sangat angkuh ini tak menyukai dua makanan yang lumayan berkelas itu? Tapi ini serius, aku tak menyuka
yang g
aku tahu, dan aku memilih tak mengatakan apapun. Karena selain harga diriku, ada
ura-pura aja. aku sempat ngeli
ncing amarah seorang Gita. Pekerjaan tammbahan untukku
i banget sama kamu, kamu nge
"Jadi aku lagi duduk bareng salah
serius sama Pak T
Wanita ini yang menyarankan untuk melakukan taruhan, tapi ia send
han ini ga
aku jadi jantungan sendiri. Kalau kamu tiba
kami. Yang lainnya akan memanggil Theo dengan sebutan pak untuk men
t atau kamu takut kalau
itu buat pacaran, kan? Sama yan
it. Setelahnya terserah kamu
berlebih yang kumiliki untuk mereka, aku menyebutnya dengan penguasaan diri. Ada alasan kenapa aku menjadi seperti ini, tapi b
g kamu gak normal tapi temen tidur kamu banyak banget." Gita
u kebal terhadap pesona Theo? Bukan hanya Theo, tapi hampir seluruh pria yang kutemui. Tak
menemukannya, karena sem
elain karena aku belum mengenal sifat Theo dengan baik di luar pekerjaan, jadi aku agak sulit u
g tak beres denganku. Bagaimana mungkin bisa menjadi suatu ke
nggunakan egoku untuk mendapatkan pria dingin dan menyebalkan seperti ini. Aku yang sedang si
pku pada sang bartender yang baru
ang me
ya dengan mulut manis sepertinya memang selalu memberikan senyuman manis untu
mu datang lebi
an kaos oblong putih dan juga celana jins, tapi hanya seperti ini saja ketampanannya sudah m
lebih jauh dengan teman bar
nar
h, maka aku benar-benar sudah gila. Tamara tersipu di hadapan
harimu?"
pernah kutemui di kantor sehari-hari, dan anehnya aku nyaman. Padahal aku terbiasa unt
lkan karena si
k ingin mencari lebih jauh tentang maksud dari tatapan itu, tak mungkin jika aku mengeluar
ya? Tak ada hal baik tentang
Aku terbiasa untuk berkata jujur dalam kondisi apapun, karena pasti akan berakhir bai
dia sangat tamp
wanita di kantorku memujanya, tapi aku tidak termas
ana den
Theo. Ia masih menatapku penuh arti, entah apa yang ia cari dari semua
nya sedik
ang sama, tapi entah kena
pan Anas dan juga Dean, tak seharusnya aku ikut masuk dalam permainan ini lagi. Tam
akukan, aku hanya takut ada hal lain di mata itu. Aku hanya harus menyelesaikan permainan ini dan mendapatkan hadia
menginap? Tempatku a
ian malam itu. Aku sama sekali tak memiliki wajah lagi untuk menghadapi Theo. Malam itu benar-
kan meninggalkan Theo begitu saja di kamar hotel yang kami sewa malam itu. Aku tak membutuhkan
mau sembunyi kaya
erti ini, siapa lagi kalau bukan Anas. Mbak Nimas saja sampai
as, bukan ka
tulan aku membutuhkan Anas di sampingku. Lupakan saja soal Dean, karena i
seorang pria, juga terjadi hal yang sama seperti ini. Ia juga sudah sangat hapal, bahkan bosan dengan sifat Tama
amah yang bakal dia kasih ke kamu. Tapi percuma juga
yak gitu bakal kejadian. Kamu juga jangan kasih tahu
, karena beban masa laluku juga yang masih belum bisa kulepaskan. Aku selalu memili
h kenapa aku jadi kayak gini, aku bahkan gak
kalau tiba-tiba kamu
takutin, Nas. Aku cuman gak
ejadian malam itu, tak pernah lepas dari pikiranku. Hingga saat ini
a Theo-Theo in
u gi
an pake teriak,
apalagi pria itu adalah Theo. Aku tak pernah membayangkan akan menyukainya, mungki
m ini kita bal
mu mau Mbak Nimas ngamuk gara-g
an banget, aku kan juga biasany
barang-barang dulu," ucap Anas. Ia b
lan di sekitar vila untuk menghirup udara segar, dan itu sudah kulakukan selama satu minggu ini. I
, aku hampir melupakan satu hal penting di sini. Aku sudah mendapatkan Kate Spade yang di janjikan Gita, dan
ku setelah mengirimkan bukti bahwa aku tidur dengan Theo. Mungkin mereka juga
ya ngelakuin ini dalam keadaan sadar.
an bagaimana hal itu bisa terjadi. Tadinya aku ingin menerima tantangan Gita dengan membuatnya j
k, mungkin aku tak akan seperti ini. Kalimat ajakan yang kukatakan saja masih sangat
u jika pria ini akan menyusulku hingga di sini, lagipula bagaimana caranya hingga ia tahu
t sulit untuk men
alam itu. Kupikir, aku benar-benar sudah terlalu jauh untuk berkhayal. Aku membalikka
lari lagi?
ni benar-benar nyata? Maksudku, pria tadi yang berdiri di hadapanku benar-benar nyata? Buk
stikan penglihatanku. Lihat apa yang