MAKNA CERITA CINTA
ema pada Juni yang
ra. Juni hanya sesekali memandang arloji di tangannya, dan menunggu lift yang membawa mereka ke lantai y
berjalan lebih dulu dii
ampai didepan pintu bertuliskan 227. Jema yang kini tengah
r." Dengan sant
?" lirih Juni kin
i nampak sedikit menyelidik ke arahnya. Si bungsu Najamadra itu mengu
mberitahu, kamu pasti juga s
etranya mengerjap pelan
ahat, 'kan? Aku ingin b
Aku tidak suka kamu bah
apan Juni, membuat gadis itu semakin t
kamu menjauh
ak melarangku dekat dengan Kak Dikta. Seharusnya Kak Dikta yang berhak melara
ran Juni yang memang benar adanya. Dirinya tak bisa menyangkal jika Dikt
mu
ikku." Li
li Jema t
u bukan mi
ka aku membun
gila, Ka
Si mungil itu sedikit meringis, merasakan sakit dipunggungnya yang i
encang karena kaget dan takut
ae
ak suka
cara. Juni diam, mendongak memandang obsidian yang ki
ma yang menahannya, namun nihil. Sia-sia saja usahanya untuk me
tidak mengert
di depanku!" Bentak Jema yan
seolah ingin membunuh sekarang juga. Mata obsidian itu benar-b
rah sekarang. Marah kepadanya
ak suka kamu menyebut
gkin tahu
kta?" pertanyaan Jema membua
rbicara setelah mendengar bentakan Jema. Juni terlalu takut sekarang, terl
arena Jema yang semakin meng
a, mencoba menghindar dari w
uat kamu menjadi milikku malam ini." Deep voice
tenaganya tak cukup seimbang untuk menahan Jema yang memaksanya untuk mengimbangi langkah menyeretnya kea
ak benar!" Seru Juni mencoba
ing tubuh mungil itu diatas tempat tidur.
kini tersenyum smirk kearahnya. Jantungnya kembali berdegup kencang dengan rasa ketakutan yang teramat. Juni turun da
Je-
mberontak tentu saja, si mungil berusaha melepaskan pangutan ka
ak
g kini merangkak naik keatas ranjang. Juni beringsut menjauh menghindar, namun pergelangan kaki kanannya ditarik dengan mudah
tidak benar..." lirih Juni de
edua tangannya masih ku
hon saat berada di
i berusaha memberontak melepa
hi
u Najamadra bahkan tak bergerak sediki
imu... hks...lepaskan
kebenaran. Aku ha
ema kembali men
n bagi Juni. Itu penyi
gan kasar. Melumat,
kh
maksa Juni untuk membuka mulut. Sia-sia saja Juni mencoba mengelak dari cium
ng
emperdulikan Juni yang sudah susah payah mengambil nafas, atau Juni yang beberapa kali tersedak saliva entah punya s
as terengah. Bibirnya bengkak terluka, saliva bekas ciumannya mengalir kelehernya. Si netra ha
Jema," lirih Juni dengan
an Jema mencium leher seputih porselen Juni, menggigitny
..cuk
, baby fox."
suara yang Juni yakin malah akan membuat
ihat akan sampai kapan
re
, dua kancing teratasnya terpental entah kemana, m
uh yang sempur
yang ingin melucuti pakaiannya. Namun lagi-lag
Jema! Aku mohon berhen
memohon
u gi
a terangkat menyingkirkan rambut Juni yang menutupi dahi dan mata hingga memperlihatkan da
kh
untuk itu, baby fox..." bisik Jema,
a jambakannya. Dengan lembut, Jema mendekatkan wajahnya, kembali mengecup dan memb
r untuknya. Tak ada gunanya melawan Jema, hasilnya nihil dan hanya akan membuat si b
makin dingin namun apartem
t Juni tidak berdaya. Membuat Juni benar-benar menjadi miliknya. Si bu
ta, maaf