My [Secret]ary
nya, tidak tersentuh. Dia sedang memikirkan kedatangannya ke kantor Aksa Corp siang tadi. Buka
ada sesuatu ya
agetkan Raya. Perempuan itu tersentak, me
wa sebuah gelas di tangan yang entah berisi apa. Mahen mendudukkan dir
masuk ke sini
an mau tanya, gimana rasanya p
tanya kalo itu
amu suk
jang. "Ya suka sih, cum
emosi g
uti arah pandang sang adik. Raut wajahnya menjadi penuh t
lalu mengambil sebuah buku, membaca judul yang tertera di cover. "
ginian. Kak Jev tuh yang suruh aku baca, katanya sebelum prak
engar alasan yang diberikan adiknya, dia
orang Jevano. Dia memang begitu sejak
ude kalo akhirnya cu
"Dek, Kakak mau tanya deh, kamu waktu suka sama J
hu? Semua orang mengetahui kalau Jevano itu adalah presiden mahasiswa, ketua BEM. D
cari tahu yang
luarganya g
punya kepentingan sama Je
sud Raya. "Bisa dimengerti sih, Jevano 'kan emang
hen tahu siap
berlalu dalam keheningan. "Tahu sih, sau
pa? Ayo kas
wajah Mahen. "Enggak ah, Kaka
al kasih tahu aja kenapa sih? Ng
ak sih, tapi ngerugiin dia. U
menyebalkan di antara tiga kakaknya. "Ya mau bahas apa
? Malah dia yang omelin kamu
an bahas dia lag
h suka." Mahen mencolek pi
Mahen
denger tadi siang kamu gantiin K
ada urusan di luar kota, jadi aku yang g
karena-" Mahen buru-buru menghentikan ka
a berh
enal dia. Jadi, gima
a obrolin masalah kerja sam
ikut kamu waktu kali
nta Kak Jev buat nungg
ke panggilan itu?" tanya Mahen, menggoda adi
buat panggil dia begitu. Dia juga bilang mau
n besar suatu hari nanti? Namun, Jeremy bukan tipe orang yang m
tnya suatu hari nanti dan semog
move on tuh dari Jevano ke Jerem
Mahen ngomongnya makin melantur, lebih baik keluar aja san
ku tersayang." Mahen mencubit pipi Raya sebelum mengambil gel
*
as. Pemandangan ini sangat jarang sekali dia saksikan. Hari ini mendadak hatinya ingin m
enatap dari jauh saja sudah bisa melepas kerinduan itu, tapi ternyata tida
, sebuah mobil mendadak datang, berhenti tepat di belakang mobil miliknya
ah mendekatinya. Tangan laki-laki itu
akuin itu nggak bakal biki
rumah di depannya dari jalan memasukkan kedua
diterima, Jev. Kapa
pergi, masuk ke dalam mobil. Untuk terakhir kali, dia tatap
cara, "Lu juga seharusnya tahu, gua nggak a
gas, melajukan mobilnya meninggalkan rumah dan