icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Aisyah (Kisah Pilu Gadis tak Beribu)

Aisyah (Kisah Pilu Gadis tak Beribu)

Penulis: Aisy Luqman
icon

Bab 1 Setelah Lulus Mau Sekolah di Mana

Jumlah Kata:1650    |    Dirilis Pada: 05/07/2022

an ke mana Aisyah?” Mbak Aira,

hu mau melanjutkan ke mana. Abah, bapaknya sama sekali belum membahas tentang hal itu. Jangankan

nyaan pun hadir sebagai pembanding. Misal, “Dari mana Aisyah membayar biaya hidup dan sekolahnya? Bagaimana dengan sekolahn

orang tua yang bisa dijadikan role model, itulah yang kini dirasakan Aisyah. Mustofa teramat sibuk dengan keluarga barunya. Jangankan berbicara periha

u tidak mau melanjutkan?” tanya

mikirkan perihal mimpi dan cita-citanya. Banyak hal yang ia inginkan untuk meraih sem

ingin membahagiakan Simbah dan Simbok. Wanita renta yang tak mengenal l

tanya Ai

u hanya menunduk, memelintir ujung baju kumalnya dan di s

a sembari menyentuh

mengg

mau se

tu pun mengan

desak Aira

da biaya, Mbak,

ya. Membuat tahu isi, bakwan, tempe goreng, dan aneka gorengan lainnya yang selain dititipkan di warung kecil-keci

coba menghibur gadis yang baru

ang paling minim biayanya. Bebas uang bulanan, bahkan bagi siswa baru akan diba

ati

ta berbinar, tapi sekaligus berkaca-kaca. Ada harap

an Mbak, gimana jika kamu s

ana itu, Mbak?” t

itu merupakan sekolah yang bebas dari uang bulanan, Syah. Di sana berada di bawah naungan pesantren. Pendidikan agamanya, k

i ke arah yang jauh lebih baik lagi. Pikiran positif kini berpihak padanya.

kan dengan biaya bulanan. Mbak mengajar di sana juga, kok. Guru-gurun

ah yang akan menjadi tangga untuknya meraih segala mimpi dan cita-cita

eberuntungan yang memang sangat aku idam-idam

dan Jamal juga sekola

nar

nganggu

g usianya terpaut tidak terlalu jauh dari Aisyah itu sama sekali tidak dekat dengan dir

ap hari Aisyah melihat mereka mengendarai sepeda ontel dengan mengenakan seragam biru-putih dan abu-putih, kh

mereka sekola

rtanyaan itu hanya t

i sini, kan, bisa numpang bonceng? Lumayan, lah,

mbali teringat tentang abahnya yang sama sekali tidak bertanggung jawab. Ia takut jika pendidikannya akan terus menjadi beban bagi Mbah Kakung dan Simbok. Ia takut akan

usi dengan Abah, Mbak

eraba seperti apa rupa orang tua

ki dalam lubuk hati Aisyah memang ingin berdiskusi dengan abahnya, tapi keinginan itu hanya ada dalam angan. Aisyah sama sekal

uk berbicara dengannya. Bagai anak ayam kehilangan induknya, Aisyah terdampar dalam belenggu rindu yan

u temperamental. Ia sangat membenci Aisyah. Tak peduli Aisyah memiliki salah atau tidak, kebencian itu seakan tertanam begitu

alan kenangan. Mungkin ini yang sering orang bilang, "Mau sama bapaknya, tapi tidak mau sama anaknya. M

mu, ya?" ucap Aira seolah mengert

ung menyahut, masih berusaha menc

ya

i, membuat gadis kecil itu terkejut

inya dilanda kepiluan. “Biar Aisyah sendiri yang akan b

ak

enganggu

yah. Apa pun keputusannya nanti

a sekan melihat cerminan dirinya di masa lalu. Namun, nasibnya tidaklah seburuk Aisyah. Ia juga an

ya. Kehilangan ibu kadang memang lebih menyakitkan daripada kehilangan ayah. Ibulah tempat kasih

Mbak?” pinta Aisyah me

gnya,” ucapnya seraya memberikan beberapa uang

Mbak. Aisyah

jalan, Syah. Mba

k, M

kse

rjalan pelan menyusuri lorong kecil di desa Sumber Anom. Terik mentari yang menyengat membuat tubuhnya berkeri

ah, seorang gadis tak beribu yang begitu kuat dan tegar menghadapi kenyataan.

pun hina, itu sudah hal biasa. Setelah ini, Aisyah akan menjajakan tahu isi dan b

aman, betapa terkejutnya ia saat melihat Si

uat tenaga. Gadis itu begi

k! U

dung dari almarhumah uminya A

? Mok tidak a

tahu isi di sembarang tempat. Air mat

Perempuan renta itu memegang da

mari mencari bala bantuan. Keringatnya b

ekitar rumahnya. Biasanya juga ada Mba

entang Simbok semakin menjadi. Mbah Kakung terlihat sedang

panggil Mb

dari tempatnya berada sebab kondisi Simbok sedang ge

ah terjepit!" teriaknya membuat Aisyah tak

ra bersamaan Simb

rah kembali kelu

dengan Simbok?" raung

ak apa, Nduk. Mbahmu kak

i, M

dia. Dia pasti s

pentingan suaminya. Karena sudah dipinta seperti itu, Aisyah pun

Mbah!" pekik A

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Setelah Lulus Mau Sekolah di Mana 2 Bab 2 Ketakutan yang Teramat Sangat3 Bab 3 Rindu yang Membelenggu4 Bab 4 Ketulusan Hati5 Bab 5 Di Ambang Dilema6 Bab 6 Mencoba Bertemu7 Bab 7 Perlakuan yang Berbeda8 Bab 8 Meminta Pertanggung Jawaban9 Bab 9 Dua Pilihan yang Sulit10 Bab 10 Sindiran yang Menyakitkan11 Bab 11 Aisyah Azzahra12 Bab 12 Foto Usang di Sepanjang Kenangan13 Bab 13 Kehangatan Keluarga14 Bab 14 Dua Sisi Dua Kubu15 Bab 15 Kejadian yang Hampir Mengancam Nyawa16 Bab 16 Kondisi yang Menghawatirkan17 Bab 17 Biang Mala Petaka18 Bab 18 Ada Benci Ada Peduli19 Bab 19 Tamu yang Ditunggu-Tunggu20 Bab 20 Suara Hati Simbah21 Bab 21 Keputusan Seorang Abah22 Bab 22 Bernostalgia dengan Masa Lalu23 Bab 23 Risiko Dari Mengambil Keputusan24 Bab 24 Perdebatan Sengit25 Bab 25 Ada Benci Ada Sayang26 Bab 26 Apa Maksudnya 27 Bab 27 Hal yang Tidak Biasa28 Bab 28 Jangan Seperti Itu29 Bab 29 Tak Kuasa Melepas30 Bab 30 Kembali Pulang31 Bab 31 Hal yang Paling Ditakutkan32 Bab 32 Semangat, Aisyah!33 Bab 33 Tawa Ejekan34 Bab 34 Hari Pertama35 Bab 35 Larangan Berjualan36 Bab 36 Anak dan Menantu Durhaka37 Bab 37 Ide Licik si Tamak38 Bab 38 Lidah Manis Hasutan Dendam39 Bab 39 Dewasa Sebelum Waktunya40 Bab 40 Dilarikan ke Rumah Sakit41 Bab 41 Tetap Tenangkan Dia42 Bab 42 Hanya Berjanji, Sulit Ditepati43 Bab 43 Surat Cinta Ummi44 Bab 44 Jangan Tinggalkan Aisyah, Mbok!45 Bab 45 Pesan Mbah Kakung46 Bab 46 Kehilangan Keduanya47 Bab 47 Rumah untuk Pulang48 Bab 48 Jatah untuk Aisyah49 Bab 49 Aksi Nekat Demi Tidak Terlambat50 Bab 50 Maukah Kau Jadi Temanku 51 Bab 51 Perlakuan yang Berbeda52 Bab 52 Diskriminasi Itu Menyakitkan53 Bab 53 Fakta Apa Lagi Ini 54 Bab 54 Benar-benar Jahat55 Bab 55 Kejadian Janggal56 Bab 56 Mimpi Buruk57 Bab 57 Antara Sadar dan Tak Sadar58 Bab 58 Kekasih Simpanan59 Bab 59 Misteri yang Disembunyikan60 Bab 60 Ancaman Ekonomi61 Bab 61 Pengaruh Jahat62 Bab 62 Mau Menjual Tanah63 Bab 63 Semakin Ngelunjak64 Bab 64 Dalam Pengaruh Sihir65 Bab 65 Awal yang Baru66 Bab 66 Nasihat Kebaikan67 Bab 67 Apa Cita-citamu 68 Bab 68 Masa Remaja Memang Penuh Warna69 Bab 69 Hadiah untuk Aisyah dan Ahmad70 Bab 70 Asrama71 Bab 71 Ungkapan Hati72 Bab 72 Pertemuan Kembali73 Bab 73 Kehangatan Keluarga74 Bab 74 Luka Itu Masih Ada75 Bab 75 Bertemu Si Pengkhianat76 Bab 76 Malam Keberangkatan77 Bab 77 Dunia yang Penuh Sandiwara78 Bab 78 Cemburu79 Bab 79 Sepertinya Ada yang Suka80 Bab 80 Calon Imam81 Bab 81 Sakit Karena Rindu82 Bab 82 kedekatan dengan Abah83 Bab 83 Pembelajaran Berharga84 Bab 84 Pertemuan Setelah Cukup Lama Terpisah85 Bab 85 Tidak Sadarkan Diri86 Bab 86 Penyesalan Terdalam87 Bab 87 Jatuh Sakit88 Bab 88 Pulang Karena Sakit89 Bab 89 Pengakuan Mengejutkan90 Bab 90 Kembalilah Padaku91 Bab 91 Pernikahan ke Dua92 Bab 92 Khitbah Langsung Nikah93 Bab 93 Bagaimana, Aisyah 94 Bab 94 Surat Rahasia95 Bab 95 Dear Aisyah96 Bab 96 Percaya Kemampuan Diri97 Bab 97 Kepanikan di Hari Bahagia98 Bab 98 Pesaing Cinta99 Bab 99 Apa Opname 100 Bab 100 Di Antara Dua Pilihan