Pudarnya Pesona Janji
ng baik membuat Intan lebih berani mendatangi rumah Iman. Entah itu untuk bertemu Bu Marni atau sek
akan Intan jelas bisa dilihat dustanya. Intinya Intan ingin bertemu Iman.
a dan bersed
an main ke rumah Iman. Kurang lebih satu bu
at. Bola matanya menyipit.
lah dengar. Tapi, ketika Iman
ia menikah denganmu. Aku ..." Iman menjed
mbung Intan dibuatnya. Bahkan ketika ia menghidupkan motornya dan pamit pulang, pi
bil mendorong gagang pintu depan. Sengaja biar Bapak dan
berada. Bapak sedang memakan kacang re
apa?" Wajah sumringah Intan b
u datang-datang langsung disuruh menebak? Kalau mau tebak-tebakan ya kasih kisi-kisinya dulu. Baru dijawab. Begit
a kabar apa? Hm ... gembira a
a," jaw
, ta
anya. Yang ada langsung ke kamar dan kunci pi
Yang dikatakan
bawa?" Bapak berseloroh. Ru
memisahkan Ibu dan Bapak
a apa ini? Kenapa heboh begini?
bahwa dia menerima lamaran Bapa
lalu meninju udara. Persis atlet yang berhasi
?" tan
gangguk b
Bu! Intan ak
ri semata wayangnya, Ib
enyusun rencana. Pertama tentukan
mau n
ua rekannya, Intan mengirim pesan. Klik. Pe
h, kok, tahu t
, Tan?
dan Mia. Jari Intan sampai pegal membalas satu-satu. Daripada ribet
menampilkan tu
di ujung sana, Intan sudah heboh. Menun
i itu seandainya lamaran ditolak. Kalau perlu pindah tempat tinggal. Selain buat menghapus in
rencana karena faktanya All
pernikahanku nnti jadi pengalaman yang tidak bisa dilupakan seumur hidup." Intan terus bic
ya. Kamu terima
butik langganan teman Mama aku. Tempatnya b
s. Oh, iya, nanti kalau mau belanja-bela
apa-apa saj
omong-ngomong? Kok, dari tadi g
ma
ndri mewakili
gi. Aaah, dasar kalian! Pura-pura amnesia." Intan
anak ke
amaran Bapakku," jaw
" ucap mereka
*
ka, tak lama dari keputusan Iman ditentu
bar Bu Marni meninggal. Itu terjadi tepat seminggu sebelum pest
pula Iman sudah setuju menikah. Jadi,
Apalagi tak ada tanda-tanda Bu Marni akan pergi. Bu Marni tampak sehat sepert
han ini. Saya benar-benar kehilangan Ibu s
atas pusara Bu Marni, ketika di makam
aja dulu. Kami akan menunggu keputusanmu." Haji Juna
rus menerus meski Inta
sih mau di sini sama Ibu." Iman melirik sang calon
mani kamu. Khawatir kamu sendiri da
a pengantar sudah pulang, termasuk Haji Junaedi dan is
k dibalut kebaya buatan butik yang tak mungkin disaingi gadis di kampungnya. Harganya selangit. Siapa