Pudarnya Pesona Janji
lahir dari rahim Ibunya. Takdir menuliskan ia menjadi
ntong ajaib, Intan punya lisan magic. Ingin ini, ingin itu, apa yang tidak bisa? Apa pun yang ia sebut
h lugu yang menggunakan jurus tantrum, begitulah Intan melancarkan aksi. Hanya saja ia tak pakai acara ngamuk-ngamuk. Simpel. Hanya membicarakan keinginannya sam
jauh-jauh hari. Awalnya Bapak dan Ibu bersikap biasa ketika Intan dengan terang-terangan mengakui suka anak tetangganya. Paling-paling cinta ses
Ibu berikan. Padahal calon-calon jodoh Intan kelak adalah anak-anak pengusaha yang memiliki cabang di be
mengerti. Cinta itu tidak bisa dipaksa. Kalaupun Ibu dan Bapak me
ang tuanya mencoba membicar
Padahal sudah lebih dari s
rabutan. Tidak ada yang istimewa ditilik dari latar belakangnya. Salahsatu alasan kenap
saat jatuh di acara Agustusan. Saat itu, ketika usianya kurang lebih lima belas tahunan
senang menontonnya. Selama ini Intan sering dilarang Ibu dan Bapak walaupun sekadar m
a minggu sebelumnya, Intan tertarik. Akhirnya Intan nekad pergi tanpa sepengetahua
n mereka itu kotor! Ga
teman kayak mereka. Miski
h esktrem Ibu
sepadan. Kamu ini orang kaya. Anak semata wayang Ibu dan Bapak. Keluarga Ha
Sebagai gantinya Intan di
rta ditutup sedang tangannya diikat ke belakang. Nahas, setelah lomba itu selesai, Intan malah jatuh gara-gara menginjak ku
terduduk. Lelaki itu bernama Iman. Dengan sigap ia bertanya, "Sakit, Kak? Kakak
menjadi satu-satunya orang yang bertanya dan menolong. Itu cukup memb
ng disertai senyuman. Teman-teman Intan yang pengalamannya jauh lebih banyak justru mencium sebuah kecurigaan bahwa sesuatu tengah terjadi. Sikap itu memancing ingin tahu berle
bak. Tapi, itu sa
ersenyum. Sepertinya ia masih ingin
ma
an-teman hanya bengong. Bukan tanpa alasan, sebab
mengatakan secara rinci. Sekali lagi, Intan
*
pinggir meja Intan sesaat bel pulang be
an sambil memasukkan
u saja membalikkan badannya ke b
ong!" j
n yang tak tahu asal mua
lehkan main kapanpun waktunya, bahkan kalau perlu sampai menginap. Bersama mereka, orang tua Intan sangat percaya, utamanya senang. Jelas saja, Ayah Indri pemilik toko elektronik
Mia, Intan tahu ada sesu
ngin tahu Im
dalam pertemanan yang sudah bertahun-tahun terjalin itu belum sekali pun Intan membi
dimana?" Mia tak sabar se
ar," timpal Indri sambi
a emas. Intan sudah hapal jam berapa Iman akan lewat. Kesempatan
ersiap. Matanya tak lepas
tujuh menit, lewatlah l
Dia
makai tas hitam itu masih tampak rapi meskipun jam sudah siang. Biasanya kebanyakan siswa hanya rapi pada jam-jam pertama sekolah. Kalau sudah pulang, penampilan mereka su
g. Teman-teman Intan yang berjum
h menatap Intan dengan mata agak
u Intan
dan lihat. Dia memang Iman. Lelaki
cil, Tan!" Mia ka
u tujuh belas. Selisih kami juga jauh. Bah
ih bau kencur. Apa yang ka
ena umur dia masih dua belas. Tunggulah d
u dua pu
s? Ada ya
h urusan cinta, apa yang bisa diperbua