Terjebak Cinta sang "Mantan"
. Rasanya aku bingung apa yang sebenarnya harus kusyukuri dari perpisahan ini. Di satu sisi ini jalan yang memang diperlukan.
eka untuk tak menghormati ayahnya. Mereka sendiri yang memutuskannya. Ya. Mereka sudah cukup de
yang benar-benar menjadi alasan untuk ku meminta cerai darinya. Namun tak ada lagi harapan untuk kita melanjutkan lag
k-anak. Sungguh, berat sekali jika aku terus melakukan semua peran ini sendirian. Dan terlebih adalah 'Cinta
Rafli yang ramah, tutur katanya yang lembut, nada bicaranya yang mendayu. Itu semua
ia. Jika hanya aku yang berjuang. Hanya aku yang mendayung, aku yang memutar hal
iku. Pria yang belasan tahun lalu sangat kucintai, sebelum bertemu dengan mas Rafli. M
n yang
inya," bisiknya saat pertama kali kami be
ulir air mata yang baru
bahagia dengannya, sudah kuba
gguh brengsek ia mengatakan hal itu padaku. Lantas aku bangkit d
a kamu menangis sendirian di
" kataku ketus. Namu
h sama seperti dulu. Cant
, sudah punya istri, beraninya me
ng lain. Tapi hatiku, masih untukmu
pada mas Rafli walaupun menikah karena perjodohan. L
main game, dan menjajani mereka. Sontak membuatku panik takut tiba-tiba mas Rafli datang dan menanyaiku siapa dia. Namu
wa jika bersama kita pasti bisa mencari jalan keluar. Namun apa? Ia hanya sibuk mencari uang, dan terus menyuap
ndapatkan uang. Ya. Berjudi. Pantas semua aset dan kend
Bahkan ia diam-diam mengakali tanda tangan ibuku untuk meminjam uang pada rentenir. Badai menerpa
aannya tak mampu kutolak. Biaya sekolah, cicilan rumah, nafkah sehari
tuk wanita lain? Bahkan wanita bersuami?" tanyaku suatu k
cebiknya. Kuabaikan lagi, tak berni
ir terhitung belasan juta, pun lunas dibayarkan oleh Jaden. Tentu tanpa sepengetahuan siapa p
hon, bahkan diriku pun tak akan cukup
saja semua uang dariku ta
ikku dalam batin. Baiklah. Jika dia mau begi
k sulungku yang hendak Ujian sekolah. Ujian? Aku tersentak kaget. Seburuk it
dengan pria ini? Tapi baiklah. Toh mas Rafli tak akan sanggup membayarkan uang
an menang. Tunggu saja ya! Mas akan kembalikan semua aset dan kendaraan kita, lal
emui Jaden. Seperti biasa dia menungguku di samping gedung proyek yang sedan
sudku bukan gelap yang merajuk pada warna. Ia terlihat kusut dan semrawut. Kantung matanya yang tajam terlihat sedikit coklat, poninya yang biasa tertata klimis, dibiar
atinku tan
endapatiku mendekat ke arahnya.
sahanya, ia hanya duduk sambil menggeser air minum botol di ata
amu kenapa?" tanyaku terus terang
mu nanya kenapa ke aku," ucapnya. Aku ta
," ucapku setelah meneg
ahu malu aku bangkit hendak pergi setelah menerima amplop tebal darin
mengeluh pelan. "Kamu ... Kejam," liri
gi? Mau apa lagi? Dia yang menawarkan, dan susah payah mau direpotkan keluargaku. Namun
daknya lalu kutanya sekali lagi, "Kamu ada masalah apa?" tanyaku,
ah menyandarkan k
ku sedikit kaget, membulatkan netra,
anyaku, ia
pun kusentuh dia. Dan sekarang, ia kembali dengan laki-laki yang menghamilinya. Seolah aku hanya pengganggu di antar
awang jauh langit pekat tanpa ca
h," belaku untuk
engangkat wajah, menatapku intens. Terlalu
hampir mati karena gila. Tak bisa kah kau menungguku? Pada
yang salah
ingsut menggeser tubuh menjauh darinya
hmu," des
akin mendek
ah," ucapnya lalu tanpa
Alkohol? Dia baru saja minum. Sontak aku meronta mencoba melepaskan diri. Namun ia sangat kuat.
at kejam ..
ahli hingga membuatku melenguh disela pagutan kami. Menyadari aku terbawa suasana ia mel
ukup menahan diri. Tapi kali ini ia berhasil mengunciku. Ia me
. Setengah jam berlalu, dan permainan semakin panas. Ia mulai berani menjamah satu per
urindukan, sentuhan yang sangat kuinginkan. Malam itu tuntas. Aku terpuaskan. Semua has