Terjebak Cinta sang "Mantan"
th tub menuju kamar. Sedikit berjalan sempoyongan lantaran kakiku mulai keram dan kaku. Terpincang-p
a. Leher, tengkuk, dada, perut, ternyata banyak sekali Jaden membuat kepemilikannya. Lalu di selangkangan dan .
san aku beringsut ke tepi ranjang hendak kuraih ponselku di atas nak
ambil mengedarkan pandangan s
irkan dengan nada seperti apa aku harus mengatakan sesuatu. Men
?" ucapk
h dengan aman?] t
ku lalu mencebik, "ya.
aden sontak membuatku bangkit, ta
dan menarik nafas, "Suamiku ada di rumah, ja
nya membuatku menjambak r
menyulitkanku,"
k ada, aku sudah pesankan bubur untukmu sar
ai dengan mudah. Aku baru saja menggali kuburanku sendiri, dan bersiap dikubur hidup-hidup. Sejauh ini hidupku nyaman dan tenteram, selain kekurangan
m sampai aku menuruni anak tangga, pintu rumahku diketu
ik
kubuka setelah mengucapkan terima kasih pada abang gojek yang mengirimnya. Gegas aku duduk di ruang tamu lalu menyendok bubur
ur memeluk wanita dengan kacamata
Meski sudah kulakukan dengan segala cara pendekatan sebisa mungkin. Aku dan dia seolah terhalang garis batas yang dibuat ol
a kujawab, aku sibuk merapikan bantal di atas sofa lalu mempersil
r Ana bawakan m
" tambahku lalu menutup bungkus bu
a wanita itu
u gak masak?"
Ana lagi gak enak
sambil menunjuk bungkusan bubur ayam y
mamku dengan senyum
ri kamu harus berbakti dengan menyiapkan makan dan minumn
ndisi apa pun? Memangnya lelah putranya itu untukku? Ya tuhan. Andai dia tahu Rafli bahkan sudah tak tahu menahu tentang SPP anak-anak, jangankan bayar listrik atau beli
di ruang tamu utama setelah mengatakan bahwa ak
nya kasih kamu saran sesama perempuan saja. Jang
apa yang akan aku lakukan jika terus duduk di sampingnya? Toh hanya memperhatikan d
aksakan dengan nada sebiasa mungkin. Dia hanya mengangkat al
harus selalu berusaha mencintainya sepenuh hati. Ya walaupun jujur saja jika melihat tingkahnya, nada bicaranya, dan gayanya
skan tubuhku lagi ke atas ranjang King size dengan seprai lembut dan dingin kesayanganku itu. Menggesek
perlahan. Sontak aku bangkit mengucek mata lalu memicingkannya. "Mas Rafli?" gu
kamu malah tidur d
" jujurku. Toh memang aku m
run dari ranjang
uy
esuap bubur tadi. Aku menoleh melirik jam dinding. Pukul satu siang. Pantas
capku, mas Rafli hanya
g di ranjang sambil memainkan gawainya, a
ai di tangannya. Tanpa sadar aku menggeleng pelan. Entah apa yang ia lakukan
antai di bawah, aku mengedarkan pan
mana dek?
ya seadanya. Aku hanya ber oh l
nya gak tau anaknya kemana," ujar
ya yang masih mengomel soal Raffa yang usianya menginjak masa remaja, pergaulan, pac
memang selalu tersedia di kulkasku. Siapa lagi yang menyiapkan semua persediaan itu kalau bukan Jaden. Bahkan ia sudah berl
tiba-tiba Raffa datang
basa-basi. Sontak aku kaget lalu mengangk
main ke rumahnya boleh ga
n namanya seperti Raffa. Dengan tan
geknya sambil menaruh gaw
t dengan orang itu," ucapku seol
dia mah, seru orangnya. Baik b
nenekmu ya. Gak baik, nanti malah sa
eyakinkan, dengan telunjuk di
wa kecil sambil menutup mulut tiba-tiba mama Wardah da
ih?" tanyanya dengan