Terjebak Cinta sang "Mantan"
ntai menghampiriku yang
nada medok khas Jawa. Dan gaya berjalan khas
saja. Terkadang aku ingin tertawa melihat tingkahnya. Menahan tawa, aku p
lorohku, Raffa pun ngeluyur pergi sambil menahan tawa juga. Ya.
ngepul di atas meja dapur seperti seorang
a. Di mana-mana cita rasa itu keluar kalo gulanya t
era kita mungkin berbeda. Buatku tadi saja sudah cukup m
suka makan di luar. Toh mungkin masakanmu tak sesuai den
ng menyindirku? Lagi pula selain tadi, kapan mas Rafli tak memaka
dibantu oleh Raffa. Lalu kupanggil mas Rafli dan Rasya yang kini su
asi rumah mama kan baru dimulai besok, paling selesai du
atur nafas sesantai mungkin, dan ekspresi sedata
pasti seneng ada yang nemenin," jawab mas Rafli d
ma sambil melirik den
gah, "boleh banget mah, N
nya tak akan ada apresiasi untukku. Sesak sekali. Aku pun melanjutkan makanku menghabis
ngar ocehan lain jika membiarkan perabot kotor teronggok di wastafel dapur. Tanpa diduga mas Rafli datang menghampiriku,
us kopi, cangkir, dan sendok kecil. Ah. Juliana memangnya kita pengantin b
ma. Mas ada bisnis baru sekarang, doakan lancar ya sayang ...." ucapnya s
tku kelu. Seperti menelan pil pahit tanpa air. Selalu seperti ini. Bahkan aku tak diberi kesempatan untuk merengek oleh
kaian kotor untuk kucuci. Biar mertuaku tahu bahwa seperti itulah putranya. Sambil menahan bulir air mata yang hamp
mama pada mas Rafli yang duduk di sofa seberangnya. Segera kuhentikan langkah, menguping
mas Rafli singk
runtung banget istrimu dapetin suami seperti kamu," puji mama membuatku tersenyum sarkas
mur bor, soalnya airnya suka se
fli kirim uang lag
Namun sebagai istri kenapa aku malah terlihat menyedihkan seperti ini? Jangankan nafkah lahir, batin pun aku ters
lalu segera memalingkan wajahnya seolah sedang membicarakan sesuatu yang rahasi
lembut. Mas Rafli menepuk sofa
p-usap pucuk kepalaku. Tanpa diduga mama bangkit dan beranjak perg
aik sama mamah di rumah ya," ucapnya sa
duk kalo dia mau bangun? Mulutku terkatup rapat menahan jengk
k lenganku sendiri, merasakan hawa dingin suas
memeriksa semua persiapan, mas Rafli menyalakan mesin mobil. Kuraih lengannya lalu kucium agak lama. Sekedar mera
untuk merajuk, men
keinginannya. Namun kuurungkan lantaran
Jangan pikirin yang di rumah. Yang pen
i sindiran ditelingaku. Atau memang sudah kebiasaannya seperti itu.
ea perumahanku. Bagaimana pun dia suamiku. Sesakit apa pun hatiku at
buah suara membangunkan
menutup gerbang garasi. Anak kelas lim
u ke atas ranjang. Tak menunggu
tiba-t
ng membuatku tersentak kaget. Sontak a
lari menuju
tersendat-sendat. Aku takut jika ibu mertuaku itu kenapa-napa.
y
r saat menuruni anak tangga, nasib baik ak
ibu nanyain kamu," pekiknya
hendak mengambil barang. Ah. Mungkin itu hanya harapanku saja. Dia terlihat baik-baik saja
but pada wanita paruh baya y
arkan di lehernya. Tersenyum ramah padaku, ia mendekat lalu mengangkat tang
ya neng Ana mau dipijit," bisiknya
gara-gara terkilir barusan. Dengan senyum frustr
a?" tany
dipijat mah,"
mama sekalian mau
lahan aku menaiki anak tangga lantaran k
as saja nanti," r