Terjebak Cinta sang "Mantan"
Tak jadi menaiki tangga lantaran kakinya terlalu sakit. Ia merin
bengkak loh neng," ucap wanita paruh baya
umpati ulah Jaden yang seolah berharap ia terkilir lantaran mengiri
in
um?] Sebuah notif dari Ja
rin,' dengus Jul
balasnya
n Jaden mengirim
ti sakit gara-g
ar gak tahu malu,' batinnya. Namun diam-diam sudut bibirnya mele
tnya?" tanya wanita tua itu, kin
bengkaknya lumayan parah. Kalo gak cepe
" tanya Mbah Siah lagi, Ana menunjuk tangga tanpa beruca
rdiri. Bisa jalan g
k sakit, tapi bisa
an tulang keringnya," ucap Mbah Siah, Ju
uk di sofa bekas duduk Juliana. Mbah Siah pun l
dong mbah!" rin
ah, ini udah pelan," protes Mbah Siah, mem
kinya di kamar," pamit Juliana sambil
Mbah belom di bayar
l Mbah Siah, mama Wa
uduk perlahan di ujungnya, ia mengusap-usap seprai dingin yang selalu membuatnya nyaman itu. Ta
lalu memeluk guling dam membenamkan wajahnya di sana. Tubuh y
annya. Rasanya belum beberapa menit ia menyeduh kopi, namun udara malam membuatnya cepat dingin. Dan benar saja, malam itu turun hujan
gumamnya sambil
itu semakin membara. Jaden pun bertekad untuk mencuri seluruh cinta Juliana kembali. Lalu membawanya ke pelukann
alan ke arahnya dengan senyuman. Menyerahkan diri dengan sendir
asan tahun yang lalu, dengan gaun itulah seorang pria merebut Ana darinya. Tanpa sadar Jaden
ia asing di sisinya. Seorang gadis yang ia cintai sepenuh hati. Gadis polos yang ia rela bahk
n itu, hanya ia yang tahu. Kenapa Juliana menerima pinangan itu? Kenapa Ana me
yang kini keduanya sudah meninggal. Tidak aneh jika dirinya tak diberi restu oleh orang tua Ana. Tapi melihat dirinya kini sudah sukses dengan harta berlimpah ia sangat
n membuang
erisi kertas-kertas surat perceraiannya dengan mantan istrinya. Jaden pun menggeleng lemah. Bukan. Bukan uang yang membuat
luk gawai yang baru saja ia lihat. Kembali ia tatap layar ponsel dengan foto Ju
Kanaya besok. Cepet tidur!' batin Jaden
*
li hari dengan
riak mama Wardah
perlahan. Cukup baginya sekali ia lari pontang-panting tak karuan untuk hal sepele
Namun Juliana tak mempercepat langkah, "sebentar mah," sahut Juliana pelan. Sekedar
ar mandi bawah. Perlahan ia memb
pintu kamar mandi terbuka asap panas
ni?" tany
rnya bisa panas semua begini? Gimana cara ng
anggil gak nyaut-nyaut," omelnya lagi sambil
macet. Tak tanggung-tanggung, pria itu bahkan memasang bath tub dan pengatur air panas listrik, di dua kamar mandi r
ucap Juli setelah memas
itu. "Ya ampun, baru sadar hari ini? Memangnya dari kemarin gak
kedua putra, dan mertuanya itu. Roti bakar selai coklat, susu, dan nasi goreng spesial untuk Wardah
n." Juliana menengadahkan wajah,
ransel hitam di punggungnya. Gegas remaja tanggung itu menggeser kursi la
ana?" ta
lu mengambil roti dan langsung melahapnya. Tak lupa
soalnya," pamit Raffa setelah men
skan dipiringnya. Dengan gaya makan ala table manner, menggunakan garpu dan sendok di kedua tangannya. Juliana diam-diam menahan tawa, melihat
ek?" tany
u hanya mengangkat
h lembut, lalu menggeser
Rasya mengambil piring lalu m
angkat lagi sih?
liva seolah enggan
malah semakin mencebik, "besok kan week end, gak bisa apa libur d
epan Wardah. Ia ingin terlihat menjadi ibu yang bisa andal dalam segala bidang termasuk membujuk putranya yang
gede. Masa harus sama papah mulu? Kalo ketemu temen cewek, terus ketauan lagi main sama papahny
en cewek apaan." R
emaren kerja kelompok di ruma
engerucutkan mulutnya yang dipenuhi nasi goreng, sementa
ng mah, nek," pamit Rasya lalu beranjak
ibalas lambaian oleh Rasya, "lupa ma
i membawa perabot kotornya. Lalu menyimpan kembali sisa sus
Na, rumah besar gini gak ada yang urus," celoteh Wardah
dua, ya kali bisa ngerjain tugas sekaligus,' batinnya. Lalu ia mengambil penyedot debu, mulai membersihkan lantai, tangga, dan setiap celah yan