HASRAT, CINTA, DAN PENGORBANAN
ar
ngan sendirinya dari tangan Inara. Ingin seka
ergerakan dua sosok bayangan di atas sofa sana mampu membuatnya
ing bertukar saliva di depan sana menoleh ke arah sum
tahun yang terkenal dengan sifat angkuh yang dimilikinya. Dia a
seperti tak terjadi apa-apa. Baginya, itu sudah menjadi hal biasa, b
nara karena begitu saja masuk tanpa permisi mengganggu kesenangannya. Dengan wajah ditekuk kusut, wanita itu segera me
nkan pelan, ia memberi kode supaya Bella, s
ia dengan sengaja menabrakkan tangannya ke lengan gadis itu dengan kasar, sement
segalanya, sudah dipastikan sang atasan akan memecatnya, padahal dia belum genap satu bulan bekerja. Sek
embungkukkan badannya beberapa kali karena merasa bersalah. Secepat
an ... mereka berdua pun saling berhadapan. Kini jarak mereka semakin dekat, sorot mata sa
yang benar-benar tampan seperti malaikat yang terperangkap dalam wujud manusia, untuk pertama ka
a tidak pernah berani mengangkat wajahnya ata
gga memperlihatkan lekukan tegas otot tubuh Raka yang atletis, dilapisi bulu-bulu halus yang ja
ngan terkutuk yang mulai meracuni pikirannya. 'Ah, Ra. Kamu berpikir apa sih?
uk tetap terdiam di tempat. Ia sudah berusaha untuk tak terjebak, tetapi pesona Raka sungguh luar biasa mampu membuat gadis itu
m sekejap Inara tersadar. Dia hanyalah gadis miskin yang kecantikannya pun tak bisa dibandingkan denga
yang terdengar jantan seperti lelaki dewa
hanya dipenuhi wajah Raka seorang. Sangat sayang rasanya walau sedetik saja me
h malaikat itu kembali menggema sebab gadis itu hanya berdiri terpaku menatapnya, kontan
wab? Bolehkah saya tahu kesalahan apa yang saya p
s mengantarkannya saat ini juga. Dia bukan cenayang yang bisa memprediksi masa kini atau masa
engganggu kesenanganku. Bahkan kamu terlambat datang bekerja." Raka menatap Inara tajam sambil menaik
a datang terlambat? Ia mulai bergidik ngeri membayangkan bahwa Raka me
bisa tahu Inara datang terlambat sebab belum ada secangkir kopi di atas mejanya tadi pagi saat dia datang.
jawab?" Raka kembali bertanya kepada Ina
ra tampak kesulitan menelan saliva, seolah
a, kemudian memasukkan kedua tangannya ke saku celana. "Baik, aku anggap kediamanmu sebagai tanda kam
gangkat tangannya, ia tidak mau mende
Raka, lelaki itu tak akan menarik kata-katanya meskipun salah. Ia merasa menyesal kenapa dia harus masuk dalam
kipun, Alexa pasti akan kecewa padanya mengingat sahabatnya itulah yang membantunya
upuk mata, tetapi sekuat tenaga ia bertahan. Me
g." Dengan ekspresi kuyu, ia memutar tubuhnya dan melangkah menuju pintu k
Seharusnya Inara melakukan apapun untuknya demi mempertahankan
dengan cepat Raka meraih pergelangan tangan Ina
bibirnya. Antara rasa takut, marah dan jijik m