HASRAT, CINTA, DAN PENGORBANAN
, sampai mata lela
nya ikut terangkat, wanita itu sesegera mungkin menundukkan kepala denganbebas melakukan apapun yang kamu suka, termasuk menindas gadis itu." Raka menunjuk ke arah Inara. "Aku bukan lelaki bodoh yang mudah ditipu, tidak bisa me
ubuhnya untuk bisa lebih jelas melihat wajah Inara yang tertunduk gemetaran. "Hanya a
kkan dalam sekejap menggelitik indera penciuman Inara
saja. Sedangkan pekerjaan seorang asisten pribadi itu harus menyiapkan seluruh kebutuhan atasan. Bukan hanya membenci lelaki itu, Inara juga merasa takut, ia mulai membayangkan hal yang aneh-aneh yang akan menimpanya. Oh! Astaga, Jangan sampai. Hari ini Raka sudah berani menciumnya, lalu
ulit sekali mengatakan kalimat itu, ternyata lebih sulit menjawab pertanyaan Rak
ar, hati dan pikiran lelaki itu sudah tertutup sepenuhnya oleh nama Inara. Tak mau lebih sakit hati lagi, Bella berja
k berantakan, tetapi dengan gerak cepat Inara lebih dulu menghindar. "Apa Ba
ingkat sambil mengangguk pelan, ia berjalan ke a
ruangannya, tetapi malah duduk di pantry bersamanya. Ju
saya akan mengantarkan kopi ini ke ruangan Bapak." Dengan
yak pekerjaan," jawab Raka dengan santai sambi
ana jika ada tamu yang mencari, Bapak? Da
nya," jawab Raka sambil terus
engaja sorot mata keduanya saling beradu. Inara bergegas menundukkan pandan
hingga pandangan Raka teralihkan ke
pa?" tanya Raka d
e
palagi bisa bertemu dengan lelaki gagah itu. Hati Inara melonjak kegirangan mengingat sudah hampir sepuluh tahun Inara tidak pernah bertemu den
ara sudah menolaknya, tetapi gadis itu
bangku sekolah dasar, ia sudah sibuk mencari perhatian Bara, lelaki berhati dingin sedingin es. Lelaki itu hamp
angan mereka ataupun sibuk dengan tugas sekolah yang menumpuk setiap harinya. Inara justru s
tanah yang Anda minta," jawa
s panggilan teleponnya secara sepihak. Ia memiringkan kepala, menatap Inara heran, kenapa gadis itu membuat dua cangkir
iatif untuk membuatkan kopi untuk orang tersebut sekalian," jawab Inara sambil
natap Inara tajam. "Jadi ka
ka sendiri yang berbicara sangat keras, karena indera pendengaran
i kamu ingin bilang aku ya
ruk tengkuknya mesk
an memakai sebuah kacamata hitam, ia memakai pakaian formal lengkap dengan sebuah dasi yang melingkar di leher jenjangnya sehingga tampak gagah dan berwibawa. Dengan langkah perlaha
at lebih gagah dan tampan tidak jauh berbeda dari sepuluh tahun yang lalu, jantung Inara semakin berdebar-
yang menyala di dalam sana. Ia melihat sandwich di atas piring yang tergeletak di meja, dan entah milik siapa itu, Raka tidak peduli
ubuhmu terlihat kurus." Raka terseny
dengan terpaksa ia mengunyah sandwich yan
erjalan menghampiri Raka sambil melepas kacamata yang dipakain
rah Bara. "Hem, d
asih bany
gadis ini sangat enak.
a justru teralihkan tertuju ke cangkir kopi milik Bara.
a merasa tidak keb
sambil memanyunkan bibirnya. "Tida
un menoleh bersamaan ke a
kan matanya d