icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

HASRAT, CINTA, DAN PENGORBANAN

Bab 4 Bertemu Dengan Bara Kembali

Jumlah Kata:1250    |    Dirilis Pada: 27/06/2022

, sampai mata lela

nya ikut terangkat, wanita itu sesegera mungkin menundukkan kepala dengan

bebas melakukan apapun yang kamu suka, termasuk menindas gadis itu." Raka menunjuk ke arah Inara. "Aku bukan lelaki bodoh yang mudah ditipu, tidak bisa me

ubuhnya untuk bisa lebih jelas melihat wajah Inara yang tertunduk gemetaran. "Hanya a

kkan dalam sekejap menggelitik indera penciuman Inara

saja. Sedangkan pekerjaan seorang asisten pribadi itu harus menyiapkan seluruh kebutuhan atasan. Bukan hanya membenci lelaki itu, Inara juga merasa takut, ia mulai membayangkan hal yang aneh-aneh yang akan menimpanya. Oh! Astaga, Jangan sampai. Hari ini Raka sudah berani menciumnya, lalu

ulit sekali mengatakan kalimat itu, ternyata lebih sulit menjawab pertanyaan Rak

ar, hati dan pikiran lelaki itu sudah tertutup sepenuhnya oleh nama Inara. Tak mau lebih sakit hati lagi, Bella berja

k berantakan, tetapi dengan gerak cepat Inara lebih dulu menghindar. "Apa Ba

ingkat sambil mengangguk pelan, ia berjalan ke a

ruangannya, tetapi malah duduk di pantry bersamanya. Ju

saya akan mengantarkan kopi ini ke ruangan Bapak." Dengan

yak pekerjaan," jawab Raka dengan santai sambi

ana jika ada tamu yang mencari, Bapak? Da

nya," jawab Raka sambil terus

engaja sorot mata keduanya saling beradu. Inara bergegas menundukkan pandan

hingga pandangan Raka teralihkan ke

pa?" tanya Raka d

e

palagi bisa bertemu dengan lelaki gagah itu. Hati Inara melonjak kegirangan mengingat sudah hampir sepuluh tahun Inara tidak pernah bertemu den

ara sudah menolaknya, tetapi gadis itu

bangku sekolah dasar, ia sudah sibuk mencari perhatian Bara, lelaki berhati dingin sedingin es. Lelaki itu hamp

angan mereka ataupun sibuk dengan tugas sekolah yang menumpuk setiap harinya. Inara justru s

tanah yang Anda minta," jawa

s panggilan teleponnya secara sepihak. Ia memiringkan kepala, menatap Inara heran, kenapa gadis itu membuat dua cangkir

iatif untuk membuatkan kopi untuk orang tersebut sekalian," jawab Inara sambil

natap Inara tajam. "Jadi ka

ka sendiri yang berbicara sangat keras, karena indera pendengaran

i kamu ingin bilang aku ya

ruk tengkuknya mesk

an memakai sebuah kacamata hitam, ia memakai pakaian formal lengkap dengan sebuah dasi yang melingkar di leher jenjangnya sehingga tampak gagah dan berwibawa. Dengan langkah perlaha

at lebih gagah dan tampan tidak jauh berbeda dari sepuluh tahun yang lalu, jantung Inara semakin berdebar-

yang menyala di dalam sana. Ia melihat sandwich di atas piring yang tergeletak di meja, dan entah milik siapa itu, Raka tidak peduli

ubuhmu terlihat kurus." Raka terseny

dengan terpaksa ia mengunyah sandwich yan

erjalan menghampiri Raka sambil melepas kacamata yang dipakain

rah Bara. "Hem, d

asih bany

gadis ini sangat enak.

a justru teralihkan tertuju ke cangkir kopi milik Bara.

a merasa tidak keb

sambil memanyunkan bibirnya. "Tida

un menoleh bersamaan ke a

kan matanya d

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka